Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Krisis Akhlak Siswa

penyelewengan-penyelewengan, merusak hak atau kepentingan dan harta orang lain. Pendidikan akhlak yang paling baik sebenarnya terdapat dalam agama, karena nilai-nilai akhlak yang dapat dipatuhi dengan kesadaran sendiri tanpa ada paksaan dari luar datangnya dari keyakinan beragama. Keyakinan itu harus ditanamkan dari kecil, sehingga menjadi kepribadian bagi si anak. Karena itu pendidikan akhlak tidak lepas dari pendidikan agama. Pendidikan agama haruslah dilakukan secara intensif, agar ilmu dan amal dapat dirasakan oleh siswa di sekolah. Karena apabila pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang diterimanya di rumah tidaklah berkembang, bahkan mungkin terhalang. Hendaknya segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran baik guru-guru, pegawai-pegawai, buku-buku, peraturan- peraturan dan alat-alat dapat membawa peserta didik kepada akhlak yang baik, dan sekolah harus dibersihkan dari tenaga-tenaga baik tenaga administratif maupun staf pengajar yang kurang baik akhlaknya dan kurang mempunyai keyakinan akan agamanya. Krisis akhlak yang melanda kalangan pelajar di sekolah terjadi karena kurangya penanaman nilai-nilai agama dan pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari serta kurangnya ketauladanan guru-guru yang akan dijadikan contoh oleh para peserta didik. Jika kita melihat tujuan dari Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan mengatasi krisis akhlak yaitu memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang agama Islam untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, pengetahuan, dan pengamalan mereka tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam memiliki peranan sebagai berikut: 24 24 Zakiah Daradjat, Peran Agama dalam Kesehatan Mental Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1995, Cet. XIV, h. 56 – 57. 1. Agama memberikan bimbingan dalam hidup Agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak sehingga merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadiannya, akan cepat bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul. Karena keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari kepribadian itu, akan mengatur sikap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam. Ia tidak mau mengambil hak orang lain atau menyelewengkan sesuatu, bukan karena ia takut akan kemungkinan ketahuan dan hukuman pemerintah atau masyarakat, akan tetapi ia takut akan kemarahan dan ridho Allah yang dipercayainya itu. 2. Agama adalah penolong dalam kesukaran Dalam hidup ini tidak sedikit kesukaran dan problem yang harus dihadapi. Menurut para ahli ilmu jiwa, sikap dan cara orang menghadapi kesukaran itu berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, sesuai dengan kepribadiannya dan kepercayaannya terhadap lingkungannya. Apabila kepribadiannya cukup sehat dan lingkungan tempat hidupnya menyokong dan memberikan rasa aman kepadanya, maka kesukaran itu akan kurang terasa olehnya, sehingga ia akan panik menghadapinya. Tetapi apabila kepribadiannya kurang sehat dan suasana lingkungan sering pula mengancam kebahagiaannya, maka ia akan merasakan sekali kesukaran tersebut. Bahkan barangkali akan menyebabkan ia menjadi bingung dan kehilangan akal dalam menghadapi kesukaran tersebut, yang mungkin dirasakannya sangat berat baginya. 3. Agama menentramkan batin Agama sangat perlu dalam kehidupan manusia, baik bagi orang tua, maupun bagi anak-anak. Untuk anak-anak agama merupakan bibit terbaik yang diperlukan dalam pembinaan kepribadiannya. Anak yang tidak pernah mendapat pendidikan agama diwaktu kecilnya, tidak akan merasakan kebutuhan terhadap agama dikala dewasa nanti. Kegelisahan- kegelisahan batin yang dideritanya akan diatasinya dengan cara-cara dan praktek-praktek yang diajarkan orang yang tidak dihubungkan kepada agama. 4. Agama adalah pengendali moral Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pendidikan moral dan pembangunan mental, karena itu pendidikan agama harus dilaksanakan secara intensif di rumahtangga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan moral tidak terlepas dari pendidikan agama dan keduanya harus sama-sama dilaksanakan dalam praktek hidup, pergaulan sehari-hari, disamping pengertian-pengertian tentang agama dan moral. Berdasarkan pemaparan diatas dapat penulis simpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam sangat berperan penting dalam mengatasi krisis akhlak siswa. Agama merupakan sebuah keharusan yang dimiliki oleh setiap manusia, karena hanya dengan agama sajalah seluruh aspek kehidupan dapat berjalan dengan baik. Agama dapat memberikan bimbingan dalam hidup, agama sebagai penolong manusia dalam kesulitan, agama dapat memberikan kesejukan dan ketentraman batin sehingga manusia merasa takut jika melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama dan ini juga merupakan peran agama sebagai pengendali moral sehingga tercipta akhlak yang baik sesuai dengan tujuan agama Islam yaitu memberikan keselamatan di dunia dan di akhirat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Sekolah yang di jadikan tempat untuk melakukan kegiatan penelitian adalah SMA Darussalam Ciputat. Penulis memilih sekolah tersebut dengan pertimbangan: 1. Penulis mengenal keadaan sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam observasi. 2. Sekolah tersebut memungkinkan dalam melaksanakan penelitian serta menunjang penulis baik dari segi jarak maupun informasi yang dibutuhkan. 3. Penulis ingin memberikan kontribusi kepada semua pihak yang terlibat pada proses pendidikan agama di lingkungan penulis tinggal.

B. Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu untuk memberikan gambaran tentang peranan pendidikan agama Islam dalam mengatasi krisis akhlak siswa di SMA Darussalam Ciputat.

C. Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan objek penelitian. 1 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Siswa kelas XI SMA Darussalam Ciputat. Adapun siswanya terbagi dalam 3 rombongan belajar, yang keseluruhannya berjumlah 167 siswa. 2. Sampel Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel yaitu sebanyak 30 siswa. Adapun teknik yang digunakan adalah penentuan sampel secara simpel random sampling, yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara ini dilakukan karena populasi dianggap homogen. 2 Yang menjadi sampel disini adalah kelas XI 3 IPS yang berjumlah 30 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data skripsi ini menggunakan metode penelitian berikut: 1. Penelitian pustaka library research, yaitu menelaah buku-buku yang relevan dengan pembahasan untuk memperoleh informasi dan data mengenai Pendidikan Agama Islam dan krisis akhlak. 2. Penelitian lapangan field research, yaitu penelitian yang dilakukan di SMA Darussalam Ciputat, dengan teknik sebagai berikut: a. Observasi Penulis melakukan penelitian ke lokasi penelitian untuk melakukan pengamatan secara langsung terhadap subjek siswa dan guru bidang studi Pendidikan Agama Islam yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar KBM. 1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998, Cet. 1, h. 115. 2 Nuraida, Diktat Metodologi Penelitian Ciputat: Aulia Publishing, 2008, h. 82.