18. Ismail fahmi, ST S1Tekhnik
Fisika dan Matematika 19. Wisa Dwi Tiara, S. Si, Apt
S1A4 Geografi dan B. Inggris
20. Edi Haryono, S. Pd S1Bahasa Inggris
Bahasa Inggris 21. Najmuddin
SMA Olahraga
22. Mulyadi SMA
Biologi 23. Riska Anggraini
SMA Bahasa Inggris
24. Azye Murni, SS S1Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
25. M. Yahya, S. Pd. I S1PAI
Al- Qur’an
26. Tita Nur Hidayah, S. Pd S1Matematika
Matematika
SMA Darussalam Ciputat memiliki guru Pendidikan Agama Islam sebanyak 2 orang, yaitu Bapak
Marul Wa’id, S. Ag., dan M. Yahya, S. Pd.I. Keduanya memiliki kemampuan mengajar yang cukup kompeten di
bidangnya karena berlatar belakang sarjana Pendidikan Agama Islam S.Pd.I. Selain mengajar di sekolah ini, guru PAI dituntut untuk dapat membina
akhlak para siswa, hal ini terlihat dari kegiatan keagamaan yang dibimbing langsung oleh guru tersebut.
4. Figur Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam Ciputat
Tugas guru selain mengajar adalah menjadi contoh yang baik bagi para siswa. Karena salah satu cara membina akhlak siswa yaitu dengan
menjadikan guru sebagai pemberi contoh yang baik sesuai dengan misi yang dibawanya. Terlebih guru agama yang sudah jelas bertugas menanamkan ide
keagamaan kedalam jiwa anak. Perasaan cinta yang terdapat pada guru, berpengaruh besar terhadap perasaan cinta anak kepada apa yang diberikan
olehnya. Oleh karena itu guru agama harus memiliki sifat-sifat yang baik. Secara umum untuk menjadi guru yang baik dan diperkirakan dapat
memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya haruslah bertaqwa kepada Allah swt., berilmu, sehat jasmani, baik akhlaknya, bertanggung
jawab serta berjiwa nasional.
Krisis akhlak yang melanda kalangan pelajar pada saat ini adalah karena kurangnya sosok yang baik yang menjadi figur untuk kehidupan siswa sehari-
hari baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
5. Interaksi dan Komunikasi Guru Agama Islam dengan Pihak Terkait
Mengatasi krisis akhlak juga harus didukung oleh kerjasama yang kompak dan usaha yang sungguh-sungguh dari orang tua, sekolah, dan
masyarakat. Adanya proses interaksi dan komunikasi yang baik antara guru agama, orang tua murid, siswa, guru, dan seluruh masyarakat sekolah akan
mampu mengantisipasi krisis akhlak siswa. Berikut ini akan dijelaskan mengenai interaksi dan komunikasi guru agama dengan pihak terkait, yaitu:
a. Dengan Orang Tua
Hubungan antara guru agama Islam dengan orang tua, dengan tujuan untuk mengamati dan mengarahkan proses perkembangan akhlak murid
di rumah. Orang tua akan sangat berpengaruh dalam membentuk akhlak anaknya, karena para siswa memiliki waktu lebih lama di rumah.
Di SMA Darussalam Ciputat pihak sekolah dan guru agama melakukan pertemuan tiap tiga bulan sekali guna membahas dan
melaporkan perkembangan
prestasi belajar
dan perkembangan
kepribadian siswa. Hal ini dilakukan karena mengingat hanya sedikit waktu yang diluangkan oleh guru kepada siswa dalam proses kegiatan
belajar mengajar dan banyaknya waktu luang siswa di rumah, sehingga segala aktivitas siswa dapat di awasi di rumah.
b. Dengan Siswa
Guru agama Islam harus berinteraksi dan berkomunikasi kepada para siswa dengan baik. Seorang guru harus percaya kepada anak didiknya, ini
berarti bahwa guru harus mengakui bahwa anak-anak adalah makhluk yang mempunyai kemauan, mempunyai kata hati sebagai daya jiwa
untuk menyesali perbuatannya yang buruk dan menimbulkan kemauan untuk mencegah perbuatan yang buruk. Proses interaksi yang baik