h. Siswa yang melanggar tata tertib sekolah.
i. Sering malas atau membolos tidak sekolah.
j. Suka bergaul dengan orang yang reputasinya jelek.
k. Menjelekan nama keluarga dan sekolah.
Semua bentuk krisis akhlak yang ditemukan penulis di SMA Darussalam memang tidak tergolong pelanggaran yang diatur dalam KUHP Kitab
Undang-undang Hukum Pidana, akan tetapi tingkah laku dan perbuatan para siswa ini bertentangan dengan nilai-nilai agama.
4. Upaya–upaya Guru dalam Mengatasi Krisis Akhlak Siswa di SMA
Darussalam Ciputat
Upaya guru dalam mengatasi krisis akhlak di SMA Darussalam dapat dilakukan melalui berbagai cara. Dari hasil wawancara penulis dengan guru
Pendidikan Agama Islam, yaitu: mengenai usaha peningkatan pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMA Darussalam dalam membentuk akhlak
siswanya, diantaranya memberikan suri tauladan yang baik dan melakukan pembiasaan akhlak yang baik kepada siswa. Upaya-upaya untuk mengatasi
krisis akhlak di sekolah antara lain: a.
Melakukan bimbingan. Bimbingan dilakukan oleh semua guru di sekolah, tidak hanya melibatkan guru BPBK saja, tetapi menjadi
keharusan bagi tiap-tiap guru untuk melakukan bimbingan untuk membentuk kepribadian siswa yang sehat mental dan spiritual.
b. Bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, yaitu orang tua, sesama guru,
dan masyarakat lingkungan sekolah. Hal ini dapat dilihat dari tiap tiga bulan sekali diadakan pertemuan untuk membahas perkembangan anak-
anak mereka di sekolah. c.
Sekolah secara intensif melakukan panggilan, peringatan dan hukuman kepada siswa yang melakukan pelanggaran dan kenakalan di sekolah.
6
5. Sistem Evaluasi dan Antisipasi Terhadap Krisis Akhlak Siswa
SMA Darussalam terus berusaha melaksanakan upaya-upaya untuk mengatasi krisis akhlak siswa, walaupun demikian perlu juga adanya evaluasi
6
Marul Wa’id, Wawancara, Ciputat, Senin 25 Oktober 2010.
dan antisipasi terhadap krisis akhlak agar upaya tersebut menjadi semakin mantap dan maksimal. SMA Darussalam memiliki evaluasi dan antisipasi
sebagai berikut: a.
Mengintensifkan pelajaran Pendidikan Agama Islam. b.
Mengadakan pembenahan dan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan.
c. Penerapan metodologi mengajar dan belajar yang efektif, yaitu dengan
menggunakan metode ceramah, penugasan, diskusi dan observasi atau kunjungan kesuatu tempat yang relevan.
7
d. Dalam pelaksanaan kurikulum hendaknya memperhatikan keseimbangan
aspek kognitif, apektif, dan psikomotorik yang memadai. e.
Peningkatan pengawasan dan disiplin terhadap tata tertib sekolah. f.
Mengadakan identifikasi dan bimbingan mengenai bakat, minat, kemampuan dan penyalurannya.
g. Melatih atau membiasakan siswa untuk dapat bekerja sama, berorganisasi
dengan bimbingan guru melalui kegiatan organisasi sekolah, misalnya olah raga, OSIS, ROHIS dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang
diadakan di sekolah.
8
C. Deskripsi Data
Pada bab sebelumnya telah penulis kemukakan bahwa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan ini adalah dengan
angket dan wawancara, yaitu untuk memperoleh data informasi tentang peranan pendidikan agama Islam dalam mengatasi krisis akhlak siswa di
SMA Darussalam Ciputat. Angket yang disusun berdasarkan pokok penelitian yang diteliti, angket
yang dibuat terdiri dari 30 pernyataan, 15 item pernyataan mengenai peranan pendidikan agama Islam dan 15 item pernyataan mengenai krisis akhlak
siswa.
7
Marul Wa’id, Wawancara, Ciputat, Senin 25 Oktober 2010.
8
Marul Wa’id, Wawancara, Ciputat, Senin 25 Oktober 2010.