Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Darussalam

Agar tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak tercapai maka seorang guru harus memiliki kemampuan untuk memilih cara yang tepat dalam penyampain pelajaran. Guru harus mampu menggunakan metode yang bervariasi sesuai dengan materi yang diajarkan. Berbicara mengenai metode, dari hasil wawancara dengan guru pendidikan agama Islam, metode pengajaran yang digunakan di SMA Darussalam adalah metode ceramah, metode diskusi, tanya jawab, penugasan dan observasi atau kunjungan kesuatu tempat yang relevan dengan materi pendidikan agama Islam. 5 Untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, guru pendidikan agama Islam melakukan sistem penilaian dengan menilai ketiga ranah belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk mengukur ranah kognitif siswa, guru menggunakan pertanyaan lisan di kelas, tugas rumah, tugas individu atau kelompok, ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Sedangkan ranah afektif dan psikomotorik siswa, guru menilai perkembangan perilaku siswa setelah mendapatkan pembelajaran.

3. Bentuk-bentuk krisis akhlak yang ditemukan di SMA Darussalam

Ciputat Usaha-usaha untuk mengoptimalkan pendidikan agama Islam dan berbagai usaha untuk mengatasi krisis akhlak telah dilakukan oleh SMA Darussalam Ciputat, namun berdasarkan hasil pengamatan penulis, masih dijumpai beberapa bentuk krisis akhlak siswa antara lain: a. Siswa yang berbohong kepada sesama temannya. b. Siswa yang melalaikan nasehat guru dan orang tua. c. Siswa yang tidak memiliki tutur kata yang baik dan sopan. d. Siswa yang melalaikan nasehat guru dan orang tua. e. Meminta uang dengan paksa kepada teman memalak. f. Siswa yang mengambil hak milik orang lain tanpa izin. g. Berkelahi atau tawuran di jalan. 5 Marul Wa’id, Wawancara, Ciputat, Senin 25 Oktober 2010. h. Siswa yang melanggar tata tertib sekolah. i. Sering malas atau membolos tidak sekolah. j. Suka bergaul dengan orang yang reputasinya jelek. k. Menjelekan nama keluarga dan sekolah. Semua bentuk krisis akhlak yang ditemukan penulis di SMA Darussalam memang tidak tergolong pelanggaran yang diatur dalam KUHP Kitab Undang-undang Hukum Pidana, akan tetapi tingkah laku dan perbuatan para siswa ini bertentangan dengan nilai-nilai agama.

4. Upaya–upaya Guru dalam Mengatasi Krisis Akhlak Siswa di SMA

Darussalam Ciputat Upaya guru dalam mengatasi krisis akhlak di SMA Darussalam dapat dilakukan melalui berbagai cara. Dari hasil wawancara penulis dengan guru Pendidikan Agama Islam, yaitu: mengenai usaha peningkatan pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMA Darussalam dalam membentuk akhlak siswanya, diantaranya memberikan suri tauladan yang baik dan melakukan pembiasaan akhlak yang baik kepada siswa. Upaya-upaya untuk mengatasi krisis akhlak di sekolah antara lain: a. Melakukan bimbingan. Bimbingan dilakukan oleh semua guru di sekolah, tidak hanya melibatkan guru BPBK saja, tetapi menjadi keharusan bagi tiap-tiap guru untuk melakukan bimbingan untuk membentuk kepribadian siswa yang sehat mental dan spiritual. b. Bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, yaitu orang tua, sesama guru, dan masyarakat lingkungan sekolah. Hal ini dapat dilihat dari tiap tiga bulan sekali diadakan pertemuan untuk membahas perkembangan anak- anak mereka di sekolah. c. Sekolah secara intensif melakukan panggilan, peringatan dan hukuman kepada siswa yang melakukan pelanggaran dan kenakalan di sekolah. 6

5. Sistem Evaluasi dan Antisipasi Terhadap Krisis Akhlak Siswa

SMA Darussalam terus berusaha melaksanakan upaya-upaya untuk mengatasi krisis akhlak siswa, walaupun demikian perlu juga adanya evaluasi 6 Marul Wa’id, Wawancara, Ciputat, Senin 25 Oktober 2010.