Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
5
pembelajaran guru melakukan proses pembelajaran yang terdapat dalam satuan pembelajaran yang disebut rencana pelaksanaan pembelajaran RPP.
Pada RRP tersebut guru membuat skenario pembelajaran yang tujuannya tidak lain adalah tercapainya tujuan pembelajaran yang tertera pada
hasil belajar dengan indikator-indikator yang harus tercapai. Namun demikian konsep dan skenario yang ada terkadang bertolak belakang dengan realita
dilapangan dimana siswa dan guru tidak dapat memenuhi skenario pembelajaran karena media dan sumber yang tidak ada, daya serap siswa
yang rendah, metode dan model pembelajaran yang membosankan dan profesionalisme guru yang rendah. Kewajiban guru dalam mempersiapkan
skenario pembelajaran dan melaksanakan skenario tersebut banyak tidak dilaksanakan bukan hanya karena tidak adanya kontrol dan evaluasi dari
pimpinan dalam hal ini kepala sekolah namun juga karena rendahnya tanggung jawab terhadap tugas yang diembannya selaku pendidik dalam
mencerdaskan anak bangsa. Faktor-faktor tersebut yang menjadi kendala tidak tercapainya tujuan
belajar dan rendahnya hasil belajar siswa dan yang lebih memperihatinkan lagi guru harus tetap mencapai standar minimal dan standar kelulusan dalam
proses pembelajaran siswa, sehingga guru lebih banyak menngambil jalan pintas dengan mengkatrol nilai siswa sesuai tuntutan standar ketuntasan
belajar tanpa terlebih dahulu mengadakan pengayaan maupun remedial. Dari sekian banyak faktor yang menjadi kendala rendahnya hasil
belajar siswa secara umum adalah situasi dan proses pembelajaran yang tidak efektif dan membosankan, karena model dan metode yang digunakan guru
kurang vareatif pada setiap pembahasan. Guru lebih senang ketika suasana belajar hening sehingga guru lebih leluasa menjelaskan materi dengan metode
ceramah. Guru sebagai sentral dan sumber belajar, sementara siswa hanya sebagai pendengar yang budiman, guru kesal dan marah ketika banyak siswa
bertanya, berdiskusi, bergerak dan lain sebagainya karena hal ini dianggap membuat gaduh kelas, sehingga guru sulit untuk menerapkan metode
ceramah sebagai metode andalan yang umum digunakan guru.
6
Melalui penelitian ini, peneliti berupaya mencari jawaban dari permasalahan-permasalahan yang telah diuraika atas, dengan melakukan
penelitian tindakan kelas PTK, melalui penerapan metode aktif learning dengan tipe jigsaw. Metode ini dikedepankan sebagai jawab untuk
meningkatakan hasil belajar siswa dan memecahkan kebosanan siswa selama mengikuti proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPS.
Sebagai ilmu sosial, pembelajaran IPS bertujuan untuk membekali peserta didik untuk: 1 memiliki pengetahuan sosial, 2 Mampu
menganalisi, mengidentifikasi dan mencari alternatif dalam bermasyarakat, 3 Mampu mengmbangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan IPTEK.
11
Untuk mengimbangi tujuan pembelajaran tersebut tentunya harus ditunjang dengan kemampuan pendidik
dalam menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran. Dan salah satu model yang dapat dikembangkan oleh pendidik adalah dengan model
pembelajaran aktif atau active learning. Metode active learning atau biasa disebut pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang
memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam benuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru.
Dalam penjelasannya Hisyam Zaini dkk, mengatakan “pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar
secara aktif.
12
Ketika peserta didik belajar secara aktif maka siswa secara langsung mendominasi proses pembelajaran dengan melibatkan seluruh
kemampuan baik berfikir maupun bertindak dan dalam hal ini pendidik bertindak sebagai fasilitator, tutor untuk kelangsungan proses pembelajaran
dan keberhasilan tujuan pembelajaran. Saat ini pembelajaran aktif sudah menjadi trend dan trobosan dalam dunia pendidikan, karena pesatnya
perkembangan dunia pendidikan dan meningkatnya tingkat keingintahuan dan
11
Farida Novita, Pengertian Tujuan dan Ruang Lingkup IPS, Artikel diakses pada tanggal 18 Maret,
http:www.farida novita.blogspot.com201304ips-pengertian-tujuan-dan-ruang-
lingkup.html
12
Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008, h. 1
7
kritisnya siswa dala menerima materi pelajaran, siswa tidak lagi menjadi pendengar teteapi menjadi aktor utama dalam proses pembelajaran
sebagaimana yang tertuang dalam skenario pembelajaran. Selain itu fungsi motorik panca indra manusia, sudah lebih dari 2400 tahun silam, Konfusius
menyatakan “Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya ingat. Yang saya kerjakan, saya faham.”
13
Jika kita mau memahami, merenungkan dan merasakan kalimta Konfusis tersebut bahwa mlihat dan mengerjakan suatu pembelajaran
mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan belajar ketimbang mendengar. Dan inipula yang selama ini menjadi kegagalan pendidikan di
Indonesia, dimana seorang guru lebih senang menggunakan metode ceramah dengan menjelaskanbereceramah didepan kelas dan berharap anak didiknya
paham akan apa yang dijelaskan tanpa mengikut sertakan siswa berperan aktif dalam mengikuti proses belajar.
Banyaknya model active learning yang berkembang saat ini menjadi bahan dan rujukan guru dalam mengajar merupakan bentuk wajah baru dari
dunia pendidikan dan masa perlaihan dari pendidikan centralisasi menjadi pendidikan desentralisasi dengan mengedepankan aktiftas dan kreatifitas
siswa. Untuk mengkrucutkan pembahasan metode aktive learning, penulis membatasi pada bahasan metode active learning tipe metode jigsaw.
Metode Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan- kawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan
kawan-kawannya.
14
Melalui metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang
heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan
akademik tersebut.
13
Melvin L Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung: Nuansa, 2012, Cet. 7,h. 1
14
Rahman, Metode Pembelajaran Jigsaw, diakses pada tanggal 18 Maret 2013http:rahman- destia.blogspot.com201206metode-pembelajaran-jigsaw.html.
8
Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan
pembelajaran. Jigsaw adalah teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang
tinggi. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak
mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
15
Melalui metode active learning dengan tipe motode jigsaw penelitian tindakan kelas PTK, diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar,
memotivasi siswa dan memberikan suasana pembelajaran baru yang dapat membawa siswa pada situasa yang nyaman dan enjoy khususnya siswa kelas
5 MI Darul Amal Kota Tangerang pada pembelajaran IPS.