15
belajar ini diperoleh setelah siswa mengikuti serangkan tes, dan ujia materi melalui ulangan harian, ulangan semester maupun ujian nasional.
Untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran dibagi atas beberapa tingkatan taraf sebagai berikut.
a Istimewamaksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa.
b Baik sekalioptimal, apabila sebagian besar bahan pelajaran dapat dikuasai 76-99.
c Baikminimal, apabila bahan pelajaran hanya dikuasai 60-75. Kurang, apabila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60.
8
Alat ukur pencapaian hasil belajar, saat ini sangat ditentukan oleh batasan kriteria ketuntasan minimun KKM, dimana KKM ini dibuat oleh
guru yang berangkutan dengan memberikan skor pada tiap tipa indikator yang ada pada kompetensi dasar KD dengan mengukur tingkat kesulitan
materi, daya dukung atau sarana yang disediakan oleh sekolah dalam meunjang proses belaajar mengajar dan daya serap siswa atau kemampuan
dasar siswa sebelum menerima materi pembelajaran yang baru. Sering kali pencapaian hasil belajar ini tidak memenuhi stanadar
minimum yang ada pada KKM, sehingga penilaian hasil belajar siswa tidak obyektif sebagaimana kemampuan siswa. Hal ini terjadi karena
standar minimum yang dibuat guru tidak mengikuti prosedur yang belaku, guru memberikan batasan minimum nilai dalam KKM hanya berdasarkan
perkiraan dan ada juga yang melihat dari sekolah lain sebagai bahan rujukan dan acuan KKM pada sekolah tersebut. Selain itu rasa malu, jika
batasan minimum yang dibuat guru lebih kecil dari sekolah lain, padahal situasi dan kondisi tiap sekolah tidak dapat disamakan baik daya dukung
maupun daya serap siswanya. Selain itu banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hail belajar.
8
Syaiful Bahri Djamarah, Op-Cit, h. 107.
16
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, bahwa hasil belajar siswa banyak ditentukan dari faktor-faktor pendukung baik faktor internal
maupun eksternal sebagaimana yang diungkapkan oleh Slameto dalam “bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan
dunia fisik dan lingkungannya ”
9
. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang
mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
.Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya strategi Belajar mengajar mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah
tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi dan suasana belajar.
10
Pada masa perkembangan anak usia remaja, sebagai masa rasa ingin tahu, coba-coba sangat besar. Dan jika hal ini kurang mendapat perhatian,
tempat mencurahkan perasaan baik dari guru maupun orang tua, maka besar kemungkinan mereka akan mencari sendiri tempat dan perhatian dari
luar lingkungan sekolah dan rumah. Faktor-fator ini juga yang harusnya menjadi bahan pertimbangan dan
penilaian seorang guru, karena tidak semua memiliki dan berada pada kondisi yang baik, baik dalam keluarga, masyarakat dan sekolah juga
faktor yang ada pda diri siswa itu sendiri seperti faktor kesehatan, faktor fsikologis minat dan bakat dari siswa itu sendiri. Dengan mengetahui
faktor-faktor tersebut, guru dapat mengambil tindakan bimbingan kepada siswa agar hasil belajarnya jauh lebih baik dari yang sudah diperoleh.
c. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian merupakan bagian akhir dari peoses belajar, sebagai tolak ukur tingkat kemampuan seseorang dalam mengikkuti proses tersebut.
9
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2003 Cet. 4, h. 55
10
Syaiful Bahri Djamarah, Op-Cit, h. 107
17
Pengalaman Proses Belajar
c a
b Tujuan Pengajaran
Hasil Belajar
Belajar mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran, pengalaman belajar dan hasil
belajar.
11
. Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan dalam diagram dibawah ini
Diagram 2.1 Hubungan Unsur Proses Pembelajaran
Dari diagram diatas, diketahui bahwa belajar merupakan proses yang didalamnya terdapat pengalaman dari sesuatu yang didengar,dilihat
dan dialami yang selanjutnya ditransfer dalam bentuk daya ingat, kemudian diaflikasikan dalam bentuk perbuatan dengan adanya perubahan
sikap, prilaku dan ucapan yang disebut dengan hasil belajar. Baik atau tidaknya hasil belajar yang diperoleh tidak terlepas dari tujuan pengajaran.
Karena proses yang dilakukan dalam belajar mengacu pada tujuan belajar. Dan tercapai tidaknya tujuan tersebut diukur melalui hasil belajar .
Menurut Syaiful
Bahri Djamarah
dan Aswan
Zain mengungkapkan, “bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat
keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.
12
Tes secara harfiah diartikan suatu deretan pertanyaan atau latihan yang mengukur kemampuan, tingkah laku, fotensi, prestasi baik sebagai hasil
belajar .
13
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian, sebagaiberikut:
11
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009 Cet. 14, h. 2
12
Syaiful Bahri dan Asan Zain, Op.Cit, h. 120
13
Noehi Nasution, Evaluasi Pengajaran, Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka,, 1993, cet. 2, h.3
18
1 Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya
serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dalam
waktu tertentu. 2 Tes Sub sumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu
yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat
prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam
menentukan nilai rapor. 3 Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa
terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk
menetapkan tarap atau tingkat keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu
Luasnya cangkupan penilaian hasil belajar siswa yang tidak hanya bertumpu pada kemampuan intelktual semata namun juga penilaian akan
aktifitas, kreatifitas dan sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran menajdikan alat ukur hasil dan prestasi belajar siswa penilaian yang baik
adalah penilaian yang menyeluruh dari semua sisi yang ada pada diri siswa , sehingga hasil belajar dapan relefan dengan tujuan yang diharapkan.
Penilaian menurut Mehrens dan Lehman yang dikutif oleh Noehi Nasution “Penilaian merupakan suatu pertimbangan profesional atau suatu proses
yang memungkinkan seseorang untuk membuat suatu pertimbangan mengenai nilai sesuatu”.
14
Untuk lebih memahami bentuk-bentuk dan jenis-jenis tes sebagai alat penilaian, termasuk bukan tes non tes dapat
dilihat pada diagram berikut:
14
Ibid, h. 5
19
Alat Penilaia
n
Non Tes
Tes Lisan
Tulisan
Tindakan
Observasi
KuesionerWa wancaea
Skala
Sosiometri
Studi Kasus
Checklist Individual
Kelompok Esai
Objektif
Individual Kelompok
Langsung Tak
Langsung Partisipasi
Berstruktur Tak
Berstruktu Penilaian
Sikap Berstruktur
Bebas Terbatas
Benar-salah Menjodohkan
Isian Pendek Pilihan Ganda
Sikap
Diagram 2.2 Alat dan Jenis Penilaian
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar, 2009 :6
2. Metode Aktif Learning
a. Pengertian Metode Active Learning
20
Mengajar bukan semata menceritakan, belajar bukanlah konsekwensi otomatis dari penaungan informasi kedalam benak siswa. Belajar
memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan Pemeragaan semata tidak akan membuahi hasil belajar yang langgeng
hanyalah kegiatan belajar aktif. Pembelajaran aktif adalah belajar yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari
berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah
pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis. Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan, dan penuh gairah,
bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak leluasa dan berfikir keras moving about and thinking aloud. Selama proses belajar siswa
dapat beraktivitas, bergerak dan melakukan sesuatu dengan aktif.
15
Keaktifan siswa tidak hanya keaktifan fisik tapi juga keaktifan mental. Belajar aktif sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang bermuara
pada belajar mandiri, maka kegiatan belajar mengajar yang dirancang harus mampu melibatkan siswa secara aktif. Siswa dan guru dalam belajar aktif
sama berperan untuk menciptakan suatu pengalaman belajar yang bermakna. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif
adalah suatu metode belajar yang mana siswa tidak hanya sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa juga
melihat apa yang dijelaskan oleh guru dan terakhir siswa melakukan atau mencobakan langsung apa yang telah dipelajari untuk memperoleh hasil
belajar. Seorang guru tidak uabahnya seperti seorang koki, dengan berbagai
tehnik dan strategi meramu bahan makanan sedemikian rupa dengan campuran bumbu agar menjadi makanan yang lezat dan nikmat, sehingga
orang yang memakan dari masakan tersebut merasakan kenikmatan dan
15
Melvin Silberman, Active Learning, Cara Siswa Belajar Aktif Bandung: Nuansa, 2012, Cet. 7, h. 9