Asas-asas dalam Hukum Jaminan Sifat dan Bentuk Perjanjian Jaminan

Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008 Sebenarnya apa yang dikemukakan di atas merupakan sebuah konsep yuridis, yang berkaitan dengan penyusunan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hukum jaminan pada masa yang akan datang, sedangkan J. Satrio mengartikan hukum jaminan sebagai peraturan hukum yang mengatur mengenai jaminan-jaminan piutang seorang kreditur terhadap debitur. F 126 Dari beberapa definisi di atas maka penulis berusaha menarik kesimpulan, bahwa pengertian dari hukum jaminan adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur mengenai hubungan hukum antara kreditur dengan debitur dalam suatu perjanjian pemberian kredit yang disertai dengan pembebanan hak agunan.

a. Asas-asas dalam Hukum Jaminan

Hukum jaminan pada saat ini tergolong bidang hukum, yang secara populer disebut dengan The Economic Law atau droit economique hukum ekonomi yang mempunyai fungsi untuk menunjang kemajuan ekonomi dan kemajuan pembangunan pada umumnya. Sehingga bidang hukum demikian pengaturannya dalam undang- undang perlu diprioritaskan. Apabila diteliti beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang agunan, maupun kajian terhadap literatur tentang hukum jaminan, maka akan ditemukan lima asas penting dalam hukum jaminan, yaitu: F 127 126 J. Satrio, Op. Cit, hal 2 127 H.Salim, Op. cit. Hal. 9. Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008 1. Asas publicitet, yaitu asas bahwa semua hak, baik hak tangggungan, fidusia maupun hipotek harus didaftarkan. Pendaftaran ini dimaksudkan supaya pihak ketiga dapat mengetahui bahwa benda tersebut sedang dibebani jaminan. 2. Asas specialitet, yaitu bahwa hipotek, fidusia dan hak tanggungan hanya dapat dibebankan atas persil atau benda-benda yang sudah terdaftar. 3. Asas tidak dapat dibagi-bagi, yaitu dapat dibaginya utang tetapi tidak dapat mengakibatkan dapat dibaginya hak jaminan, walaupun telah dilakukan pembayaran sebagian. 4. Asas inbezittstelling, yaitu barang jaminan gadai harus berada pada penerima gadai. 5. Asas pemisahan horizontal, yaitu bangunan dan tanah bukan merupakan satu kesatuan. Lebih lanjut Mariam Darus Badrulzaman berpendapat bahwa asas-asas dalam hukum jaminan itu meliputi asas filosofis, asas konstitusional, asas politik dan asas operasional konkret yang bersifat umum. Asas operasional itu terbagi lagi menjadi asas sistem tertutup, asas absolut, asas mengikuti benda, asas publisitas, asas spesialitet, asas totalitas, asas asesi perlekatan, asas konsistensi, asas pemisahan horizontal dan asas perlindungan hukum.

b. Sifat dan Bentuk Perjanjian Jaminan

Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008 Sifat perjanjian jaminan pada umumnya selalu dikonstruksikan sebagai perjanjian yang bersifat tambahan accesoir, yaitu merupakan perjanjian yang dikaitkan dengan perjanjian pokok atau selalu mengikuti perjanjian pokoknya. Dalam praktek, perjanjian pokok tersebut biasanya berupa perjanjian pemberian kredit utang piutang. Sifat perjanjian jaminan sebagai perjanjian accesoir nampak dengan jelas, sebagaimana diatur dalam Pasal 1821 KUH Perdata yang menyatakan “tidak ada penganggungan utang jika tidak ada suatu peikatan pokok yang sah”. Kedudukan perjanjian jaminan sebagai perjanjian accesoir bermaksud untuk menjamin kuatnya lembaga jaminan bagi pemberian kredit oleh kreditur. Perjanjian jaminan selaku perjanjian accesoir, mempunyai akibat-akibat hukum antara lain sebagai berikut: F 128 1. Adanya perjanjian jaminan tergantung pada perjanjian pokok; 2. Hapusnya perjanjian jaminan tergantug pada perjanjian pokok; 3. Jika perjanjian pokok batal, maka perjanjian jamianan juga batal; 4. Perjanjian jaminan ikut beralih dengan beralihnya perjanjian pokok. Menurut Pasal 1824 KUH Perdata suatu penanggungan utang tidak dapat dipersangkakan, tetapi harus diadakan dengan pernyataan yang tegas. Adapun maksud dari ketentuan tersebut adalah perjanjian jaminan harus dibuat dalam bentuk tertulis, dan demi kepastian hukum sebaiknya dibuat alam bentuk akta autentiik. 128 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-pokok Hukum Jaminan Perorangan, cet. 5 Yogyakarta:Liberty, 2001, hal 37 Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008 Dalam suatu perjanjian jaminan dapat diperjanjikan bahwa atas suatu barang- barang tertentu, kreditur pemegang hak jaminan dapat mengambil pelunasan lebih dahulu dari kreditu-kreditur lainnya. Dengan demikian asas persamaan antara kreditur yang diatur dalam Pasal 1132 KUH Perdata telah disimpangi, baik oleh undang- undang sendiri mealui hak istimewa privielege F 129 F maupun oleh perjanjian antara kreditur dengan debitur.

2. Eksekusi Pada Benda Agunan berdasarkan Hukum Jaminan