Daya Eksekusi Putusan Pailit

Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008 dengan credietverband. Bahkan, sekarang kita mengenal jaminan untuk persil berupa hak tanggungan dan fidusia untuk benda bergerak. F 115 Dalam Pasal 1 sub 2 diberikan perumusan tentang jaminan fidusia, yaitu: Hak agunan atas benda bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberiukan kedudukan diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya. F 116 Berdasarkan perumusan tersebut, ternyata objek agunan fidusia menurut Undang-undang Fidusia menyimpang dari pendapat pengadilan dan praktek yang selama ini berlaku, yang hanya mengakui fidusia atas benda-benda bergerak saja, dan juga menyimpang dari pendapat sarjana pada umumnya. F 117 F Agunan fidusia berupa benda bergerak ditambah dengan bangunan-bangunan tertentu dan hak tanggungan untuk benda-benda yang berupa persil yaitu tanah dan bangunan serta karya seni yang bersatu dan berdiri diatas tanah yang bersangkutan.

C. Daya Eksekusi Putusan Pailit

115 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, cet. 4, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002, hal 91 116 Pasal 1 sub a Undang-undang No. 42 Tahun 1999 tentang Fidusia 117 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002, hal 152 Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008 Undang-undang kepailitan memiliki maksud agar putusan pernyataan pailit dapat diputuskan secepat mungkin juga untuk dapat dieksekusi. Salah satu cara agar putusan pernyataan pailit dapat diputuskan dengan cepat, adalah dengan adanya ketentuan dalam Pasal 8 ayat 4 Undang-undang Kepailitan. Menurut Pasal 8 ayat 4 Undang-undang Kepailitan, suatu permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-undang Kepailitan telah terpenuhi. Undang-undang kepailitan juga telah menentukan bahwa suatu putusan pengadilan niaga putusan pengadilan tingkat pertama atas permohonan pernyataan pailit harus memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. Putusan pernyataan pailit oleh pengadilan niaga bersifat serta merta sifat dapat dilaksanakan terlebih dahulu atau disebut juga uit ver baar bij voor raad. Artinya sekali pun putusan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum tetap, akan tetapi putusan itu telah dapat dilaksanakan oleh kurator, walaupun terhadap putusan itu dilakukan upaya hukum. Sifat putusan pengadilan niaga yang demikian itu ditentukan oleh Pasal 16 ayat 1 Undang-undang Kepailitan, yang menyatakan bahwa terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit ditetapkan, kurator berwenang untuk melaksanakan tugas Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008 pengurusan dan pemberesan F 118 F atas harta pailit, meskipun terhadap putusan itu diajukan upaya-upaya hukum. Berdasarkan ketentuan diatas, maka terhadap suatu putusan pengadilan niaga dapat diajukan upaya-upaya hukum yang dimaksud adalah kasasi ke Mahkamah Agung. Menurut undang-undang kepailitan terhadap putusan pengadilan niaga tidak dapat diajukan upaya hukum banding kepada pengadilan tinggi, melainkan langsung kasasi ke Mahkamah Agung. Permohonan kasasi harus diajukan paling lambat delapan hari setelah tanggal putusan yang hendak dimohonkan kasasi diucapkan, dengan cara mendaftarkannya kepada panitera pengadilan yang telah memutus permohonan pernyataaan pailit. Suatu permohonan kasasi selain dapt diajukan oleh debitur dan kreditur yang merupakan pihak pada persidangan tingkat pertama, juga dapat diajukan oleh kreditur lain yang bukan merupakan pihak pada persidangan tingkat pertama, dan tidak puas terhadap putusan pernyataan pailit. Upaya hukum selain kasasi yang dapat dilakukan oleh pihak yang merasa tidak puas adalah Peninjauan Kembali PK, karena menurut ketentuan Pasal 14 ayat 1 undang-undang kepailitan, peninjauan kembali terhadap suatu putusan pernyataan pailit yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap in kracht van gewijsde adalah dimungkinkan. 118 Pemberesan adalah penguangan aktiva milik debitur pailit unutk digunakan membayar dan atau melunasi utang-utangnya. Lihat penjelasan Psal 16 ayat 1 Undang-undang Kepailitan Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008 Walaupun ketentuan Pasal 14 ayat 1 menyatakan demikian, akan tetapi permintaan untuk pengajuan permohonan peninjauan kembali hanya dapat dilakukan berdasarkan pada dua macam alasan saja, dan terhadap masing-masing alasan secara khusus telah dibatasi dengan suatu jangka waktu tertentu. Adapun alasan-alasan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: 1. Terdapat bukti tertulis baru yang bersifat menentukan, yang pada waktu perkara diperiksa di pengadilan sudah ada tetapi belum ditemukan; atau 2. Dalam putusan hakim yang bersangkutan terdapat kekeliruan yang nyata. Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan poin pertama harus dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 180 hari, dan paling lambat tiga puluh hari untuk alasan poin kedua, terhitung sejak tanggal putusan yang hendak dimohonkan peninjauan kembali memperoleh kekuatan hukum tetap. Ketentuan-ketentuan tersebut merupakan ketentuan khusus lex specialis terhadap ketentuan umum lex generalis yang diatur dalam hukum acara perdata baik HIRatau RIB untuk daerah Jawa dan Madura, maupun RBG untuk daerah luar Jawa dan Madura.

D. Eksekusi Benda Agunan Oleh Kreditur Separatis