Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008
Sebagai suatu hukum acara, Undang-undang Kepailitan mengatur dua jenis
prosedur pembayaran utang secara kolektif One Law-Two Procedures yang dapat ditempuh umtuk menagih pembayaran utang sebagai berikut:
a. Kepailitan atau Likuidasi
Prosedur likuidasi formal liquidation preceeding diatur dalam Bab I Pasal 1 sampai Pasal 221. Dalam prosedur likuidasi dikenal ada dua jenis kepailitan yaitu
kepailitan secara paksa compulsory bankcruptcy yang dimohonkan oleh kreditur atas debiturnya. Yang kedua adalah kepailitan sukarela voluntary bankcruptcy yaitu
kepailitan sukarela yang dimohonkan sendiri oleh debitur. Permohonan pailit dapat diajukan jika debitur yang memiliki dua orang arau
lebih kreditur tidak membayar satu dari utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat 1 jo Pasal 8 ayat 4, debitur dapat
dinyatakan pailit jika ia memiliki lebih dari dua orang kreditur dan ia tidak membayar satu dari utangnya yang telah jatuh tempo.
Ketentuan Undang-undang Kepailitan dalam menjatuhkan putusan pailit
terhadap debitur ini sangat sederhana dan tidak membutuhkan pembuktian yang rumit. Hal ini sejalan dengan tujuan dari prosedur likuidasi yaitu untuk membekukan
harta pailit dalam hal debitur telah gagal membayar utangnya yang sudah jatuh tempo.
Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008
b. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU
Prosedur PKPU ini dikenal dengan berbagai istilah, seperti reorganization proceeding, suspencion of payment of debt atau moratorium on debt repayment
procedures. Ketentuan tentang ini diatur dalam Bab II Pasal 222 sampai 298. Adapun perbedaaannya dengan prosedur likuidasi atau kepailitan adalah:
1. Kondisi debitur bukan dalam keadaan tidak membayar utangnya tapi karena
debitur dalam keadaan tidak sanggup meneruskan pembayaran utangnya karena menghadapi masalah likuiditas temporer temporary liquidity problem
2. Debitur tetap dianggap cakap mengelola hartanya tapi pengelolaan dilakukan
bersama-sama dengan pengurus administrator yang diangkat oleh Pengadilan Niaga.
Dari sudut tujuannya, jelaslah PKPU bertujuan untuk memberi debitur fresh start dalam usahanya dengan cara menjadwalkan kembali pembayaran utang-
utangnya dengan kreditur. Penjadwalan utang ini tertuang dalam komposisi yang diajukan debitur baik pada saat mengajukan permohonan PKPU ke Pengadilan Niaga
atau diajukan sebelum rapat permusyawaratan hakim dimulai. Ada beberapa kondisi yang mengakibatkan debitur dalam proses PKPU
menjadi pailit, yaitu: 1.
Jika debitur tidak datang menghadap pada sidang yang ditentukan setelah PKPU sementara ditetapkan.
F
57
57
Lihat pasal 225 ayat 5 Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan.
Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008
2. Jika PKPU berakhir dan tidak ada persetujuan yang dicapai sehubungan
dengan komposisi hutang yang diajukan.
F
58
3. Jika tidak tercapai persetujuan sehubungan dengan komposisi utang yang
diajukan dalam PKPU tetap.
F
59
4. Jika kreditur dan administrator mohon kepada Pengadilan Niaga untuk
mengakhiri PKPU dengan alasan debitur tidak beritikad baik dalam mengajukan permohonan PKPU.
F
60
5. Jika kondisi asset debitur tidak lagi memungkinkan untuk meneruskan
PKPU.
F
61
6. Jika komposisi yang diajukan ditolak oleh kreditur.
7. Jika komposisi disetujui oleh kreditur tapi Pengadilan niaga menolak
mengesahkannya dengan alasan yang ditentukan dalam Undang-undang Kepailitan.
F
62
Akibat dari PKPU yang berubah menjadi Kepailitan adalah bahwa pernyataan pailit atas diri debitur sudah dianggap final sehingga debitur tidak lagi diperkenankan
mengajukan rencana perdamaian
F
63
F
dan pemberesan atas boedel pailit dapat segera dimulai. Di samping itu, Kepailitan yang timbul dari PKPU mengakibatkan uapya
58
Lihat pasal 228 ayat 5 Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
59
Lihat pasal 228 ayat 5 Jo Pasal 230 ayat 1 Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
60
Lihat pasal 255 Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
61
Lihat pasal 255 huruf e Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
62
Lihat pasal 285 ayat 3 Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
63
Lihat pasal 292 Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008
hukum telah tertutup bagi debitur sehingga ia tak dapat lagi melakukan kasasi atau peninjauan kembali.
c. Pengertian Insolvent