Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008
1 Mahkamah Agung segera memeriksa dan memberikan keputusan atas
permohonan Peninjauan Kembali, dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari setelah tanggal permohonan diterima Panitera Mahkamah Agung.
2 Putusan atas permohonan Peninjauan Kembali yang memuat secara lengkap
pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut. 3
Dalam jangka waktu paling lambat 32 tiga puluh dua hari setelah tanggal permohonan diterima Panitera Mahkamah Agung, Mahkamah Agung wajib
menyampaikan kepada para pihak salinan putusan peninjauan kembali yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan
tersebut. Setelah ditetapkannya putusan Kasasi atau Peninjauan Kembali, kurator wajib
mengumumkan putusan tersebut. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 17 Undang-undang No. 37 Tahun 2004 yang menentukan:
1 Kurator wajib mengumumkan putusan Kasasi atau Peninjauan Kembali yang
membatalkan putusan pailit dalam Berita Negara Republik dan paling sedikit 2 dua surat kabar harian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 4.
2 Majelis Hakim yang membatalkan putusan pernyataan pailit juga menetapkan
biaya kepailitan dan imbalan jasa kurator. 3
Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dibebankan kepada pemohon pernyataan pailit atau kepada permohonan dan debitur dalam perbandingan
yang ditetapkan oleh Majelis Hakim tersebut.
4 Untuk pelaksanaan pembayaran biaya kepailitan dan imbalan jasa kurator
sebagaimana dimaksud pada ayat 2, Ketua Pengadilan mengeluarkan penetapan eksekusi atas permohonan kurator.
5 Dalam hal putusan pernyataan pailit dibatalkan, perdamaian yang mungkin
terjadi gugur demi hukum. Penetapan biaya kepailitan dilakukan oleh Majelis Hakim Pengadilan yang
memutus perkara kepailitan berdasarkan rincian yang diajukan oleh kurator setelah mendengar pertimbangan Hakim Pengawas.
F
133
B. Upaya Perlawanan terhadap Penangguhan Eksekusi Benda Agunan dan
Pelaksanaannya
133
Penjelasan Pasal 17 ayat 2 Undang-undang No. 37 Tahun 2004
Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008
Mengenai masalah penangguhan eksekusi stay benda agunan dalam kepailitan hingga kini belum pernah ditemui adanya suatu perkara mengenai
perlawanan dari kreditur separatis terhadap penetapan penangguhan eksekusi yang dilakukan oleh hakim pengawas. Upaya perlawanan dari pihak mana pun belum
ditemui di BHP Kota Medan, hal ini dikarenakan sita atas putusan pailit ini merupakan putusan yang lebih kuat dan sempurna dari sita atass putusan lainnya.
F
134
Hal tersebut dapat disebabkan oleh bermacam-macam kemungkinan. Untuk itu terlebih dahulu perlu kita ketahui bagaimana undang-undang kepailitan mengatur
mengenai bentuk-bentuk perlawanan atau upaya-upaya hukum apa yang dapat dilakukan oleh kreditur separatis untuk mengangkat penangguhan eksekusi terhadap
benda agunan ataupun mengubah syarat dari penangguhan eksekusi tersebut. Undang-undang kepailitan menjelaskan bahwa kepada kreditur yang haknya
ditangguhkan dapat mengajukan permohonan kepada kurator untuk mengangkat penangguhan atau mengubah syarat dari penangguhan eksekusi tersebut dapat
mengajukan permohonan dimaksud kepada hakim pengawas. Kemudian dalam waktu paling lambat satu hari sejak permohonan diajukan
kepada hakim pengawas, hakim pengawas wajib memerintahkan kurator untuk segera memanggil dengan surat tercatat atau melalui kurir para kredutur yang mengajukan
permohonan pengangkatan penangguhan untuk didengar pada sidang pemeriksaan atas permohonan tersebut, dan dalam waktu paling lama sepuluh hari terhitung sejak
134
Hasil wawancara, Op.Cit
Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008
permohonan diajukan kepada hakim pengawas, penetapan atas permohonan harus sudah diterbitkan.
Sebagai suatu proses peradilan yang singkat dan cepat, serta demi menciptakan kepastian hukum, undang-undang kepailitan kembali telah memberikan
constraint waktu yang tegas mengenai pengajuan perlawanan atas penetapan penangguhan eksekusi yang diberikan oleh kurator ataupun hakim pengawas.
Selama berlangsungnya jangka waktu penangguhan, segala tuntutan hukum untuk memperoleh pelunasan atas suatu piutang tidak dapat diajukan dalam sidang
badan peradilan, baik kreditur maupun pihak ketiga yang dimaksud dilarang mengeksekusi atau memohonkan sita atas benda yang menjadi agunan. Terhadap
penangguhan yang ditetapkan kurator, kreditur dapat melakukan perlawanan kepada kurator, hakim pengawas dan juga kepada pengadilan.
Lebih lanjut dalam memutus permohonan yang diajukan oleh kreditur kepada hakim pengawas, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu :
a. Lamanya jangka waktu penangguhan yang sudah berlangsung.
b. Perlindungan kepentingan para kreditur yang dimaksud.
c. Kemungkinan terjadinya perdamaian.
d. Dampak penangguhan terhadap kelangsungan usaha dan manajemen usaha
debitur serta pemberesan harta pailit. Kemungkinan keputusan hakim atas permohonan kreditur diatas adalah
sebagai berikut :
Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008
a. Diangkatnya penangguhan untuk satu atau lebih kreditur.
b. Menempatkan persyaratan tentang lamanya jangka waktu penangguhan.
c. Penetapan tentang satu atau beberapa agunan jaminan yang dapat dieksekusi
oleh kreditur. Apabila hakim pengawas menolak untuk mengangkat penangguhan ataupun
mengubah persyaratan atas penangguhan eksekusi, maka hakim pengawas wajib untuk memberi perintah agar kurator memberikan perlindungan yang dianggap wajar
guna melindungi kepentingan pemohon. Terhadap putusan hakim pengawas yang menolak untuk mengangkat
penangguhan atau mengubah syarat dari penangguhan tersebut, kreditur yang mengajukan permohonan dapat mengajukan perlawanan kepada pengadilan dalam
jangka waktu lima hari sejak putusan ditetapkan, dan pengadilan wajib untuk memutuskan perlawanan tersebut dalam jangka waktu paling lambat sepuluh hari
terhitung sejak tanggal perlawanan diajukan. Putusan Pengadilan atas permohonan pengangkatan penangguhan eksekusi
atau perubahan syarat penangguhan eksekusi itu merupakan putusan yang bersifat final dan mengikat bagi kreditur maupun kurator, dan terhadap putusan pengadilan
tersebut tidak dapat diajukan upaya hukum apapun termasuk Peninjauan Kembali. Berdasarkan uraian diatas, menurut pendapat penulis belum adanya perkara
mengenai upaya perlawanan kreditur terhadap penetapan penangguhan eksekusi yang dilakukan oleh kurator ataupun hakim pengawas di pengadilan, besar kemungkinan
Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008
karena kurang efektifnya ketentuan mengenai upaya perlawanan yang diberikan oleh undang-undang kepailitan.
Hal tersebut disebabkan karena penangguhan eksekusi dilakukan untuk jangka waktu paling lama sembilan puluh hari, sementara upaya hukum yang bisa dilakukan
oleh kreditur separatis mulai dari permohonan pengangkatan penangguhan eksekusi kepada kurator maupun kepada hakim pengawas, sampai dengan upaya perlawanan
di pengadilan dapat memakan waktu kurang lebih tiga puluh hari. Sehingga dapat dimengerti jika para kreditur separatis sampai saat ini memilih sikap untuk tidak
melakukan upaya hukum perlawanan terhadap penetapan penangguhan eksekusi, karena pertimbangan waktu maupun biaya yang harus dikeluarkan, sementara
kemungkinan diangkatnya penangguhan eksekusi belum dapat dipastikan.
Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pernyataan pailit seorang debitur penting bagi kreditur yang terlibat
pernyataan pailit, terutama bagi kreditur separatis dan kreditur preferen, dimana mereka dapat mengeksekusi benda agunan seolah-olah tidak ada
kepailitan. Hal demikian berbeda dengan kreditur konkuren yang tidak memiliki benda agunan sehingga kemungkinan diantara mereka terjadi
perebutan harta debitur. Namun kreditur separatis didahulukan dan diutamakan dalam pelunasan piutangnya, sehingga mereka dapat
melaksanakan haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Penangguhan pelaksanaan eksekusi hak kreditur separatis untuk jangka waktu paling lama
90 hari sejak tanggal putusan pailit ditetapkan. Penangguhan yang disebutkan diatas tidak berlaku terhadap tagihan kreditur yang dijamin dengan uang tunai
dan hak kreditur untuk memperjumpakan utang. Selama jangka waktu pengangguhan pelaksanaan eksekusi kreditur separatis, kurator dapat
menggunakan atau menjual harta pailit yang berada dalam pengawasan kurator dalam rangka kelangsungan usaha debitur, sepanjang untuk itu telah