Kasasi Upaya Hukum dalam Kepailitan

Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008 0B BAB IV UPAYA PERLAWANAN TERHADAP PENANGGUHAN EKSEKUSI STAY BENDA AGUNAN

A. Upaya Hukum dalam Kepailitan

Dalam Pasal 11 Undang-undang Kepailitan disebutkan, upaya hukum yang dapat diajukan terhadap putusan atas permohonan pailit adalah kasasi ke Mahkamah Agung.

1. Kasasi

Dalam Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tidak ada diatur upaya hukum banding. Hal ini berarti bahwa berdasarkan Undang-undang ini, terhadap perkara kepailitan tidak dapat diajukan banding tapi langsung kasasi ke Mahkamah Agung. Pasal 11 Undang-undang Kepailitan mengatur tentang kasasi ke Mahkamah Agung, yaitu: 1 Upaya hukum yang dapat dilakukan terhadap putusan pailit dapat diajukan kasasi ke Mahkamah Agung 2 Permohonan kasasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diajukan dalam jangka waktu paling lambat 8 delapan hari terhitung sejak tanggal putusan pailit dimohonkan 3 Permohonan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat 2, selain dapat diajukan oleh debitur dan kreditur yang merupakan pihak pada persidangan Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008 pertama, juga dapat diajukan oleh kreditur lain yang bukan merupakan pihakpada persidangan tingkat pertama yang tidak puas trehadap putusan atas permohonan pernyataan pailit. 4 Panitera mendaftarpermohonan kasasi pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan, dan kepada pemohon diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani Panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan pendaftaran. Ketentuan sebagaimana yang tercantum dalam Pasaal 11 diatas secara tegas telah memberikan jangka waktu yang cukup ketat untuk mengajukan kasasi. Dihapuskannya hak untuk banding menunjukkan bahwa Undang-undang Kepailitan menganggap bahwa perkara kepailitan harus segera diselesaikan dalam jangka waktu yang singkat dan harus dilaksanakan secara efektif dan efesien. Hal ini berarti bahwa peraturan kepailitan yang lama dirasakan tidak efektif dan efisien dari segi waktu dan juga biaya, karena itu Pasal 11 peraturan kepailitan yang lama direvisi total dengan hanya memberikan hak untuk mengajukan kasasi langsung ke Mahkamah Agung. Ketentuan yang baru yang menarik adalah Pasal 11 ayat 3 yang memberikan hak kepada kreditur lain yang bukan merupakan pihak pada persidangan tingkat pertama yang tidak puas terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit untuk mengajukan kasasi. Ketentuan ini merupakan hal yang baru yang tidak dijumpai dalam Undang-undang No. 4 Tahun 1998. Diberikannya hak bagi kreditur lain untuk mengajukan permohonan kasasi menunjukkan bahwa hukum kepailitan memberikan hak kepada kreditur yang dirugikan atas permohonan kepailitan pada pengadilan tingkat pertama untuk mengajukan kasasi, sehingga bila kreditur pemohon pailit tidak mengajukan kasasi maka kreditur lain dapat mengajukan permohonan kasasi. Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008 Selanjutnya Mahkamah Agung akan membentuk sebuah majelis hakim yang khusus dibentuk untuk memeriksa dan memutuskan perkara yang menjadi lingkup kewenangan Pengadilan Niaga. Mahkamah Agung, sesuai dengan kewenangannya untuk memeriksa dan memutus dalam tingkat kasasi, dapat membatalkan putusan Pengadilan Niaga yang dimohonkan kasasi itu karena: 1. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang; 2. Salah menerapkan atau melangar hukum yang berlaku; 3. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang- undangan yang mengancam kelalaian itu dengan Salah menerapkan atau melangar hukum yang berlaku; 4. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang- undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan. Perihal permohonan kasasi ini, Pasal 12 menentukan: 1 Pemohon kasasi wajib menyampaikan kepada Panitera Pengadilan memori kasasi pada tanggal permohonan kasasi didaftarkan. 2 Panitera wajib mengirimkan permohonan kasasi dan memori kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 kepada pihak termohon kasasi paling lambat 2 dua hari setelah permohonan kasasi didaftarkan. 3 Termohon kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi kepada Panitera Pengadilan paling lambat 7 tujuh hari setelah tanggal termohon kasasi menerima memori kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan Panitera Pengadilan wajib menyampaikan kontra memori kasasi kepada pemohon kasasi paling lambat 2 dua hari setelah kontra memori kasasi diterima. 4 Panitera wajib menyampaikan permohonan kasasi, memori kasasi dan kontra memori kasasi beserta berkas perkara yang bersangkutan kepada Mahkamah Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008 Agung paling lambat 14 empat belas hari sejak tanggal permohonan kasasi didaftarkan. Pasal 13 menentukan: 1 Mahkamah Agung mempelajari permohonan kasasi dan menetapkan hari sidang paling lambat 2 dua harisejak tanggal permohonan kasai diterima oleh Mahkamah agung. 2 Sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi dilakukan paling lambat 20 dua puluh hari sejak tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. 3 Putusan atas permohonan kasasi harus diucapkan paling lambat 60 enam puluh hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. 4 Putusan atas permohonan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat 3 yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. 5 Dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara anggota dengan ketua majelis maka perbedaaan pendapat tersebut wajib dimuat dalam putusan kasasi. 6 Panitera pada Mahkamah Agung wajib menyampaikan salinan putusan kasasi kepada Panitera pada Pengadilan Niaga paling lambat 3 tiga hari setelah tanggal putusan atas permohonan kasasi diucapkan. 7 Jurusita Pengadilan wajib menyampaikan salinan putusan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat 5 kepada pemohon kasasi, termohon kasasi, kurator, dan Hakim Pengawas paling lambat 2 dua hari setelah putusan kasasi diterima. Dari ketentuan pasal-pasal diatas diketahui bahwa proses pemeriksaan permohonan pernyataan pailit mulai pada tingkat Pengadilan Niaga sampai pada kasasi pada Mahkamah Agung memiliki time frame yang sangat singkat yang telah ditentukan secara tegas dalam Undang-undang No. 37 Tahun 2004. Hanya saja undang-undang ini tidak menentukan sanksi apakah yang akan dikenakan apabila proses permohonan pernyataan pailit lebih lama jangka waktunya dari yang telah ditetapkan. Selain itu juga, setelah putusan pernyataan pailit, proses kepailitan dan Freddy Simanjuntak : Penangguhan Eksekusi Stay Benda Agunan Dalam Kepailitan, 2008 USU e-Repository © 2008 pemberesannya tidak memiliki jangka waktu maksimum. Ketentuan baru yang terdapat dalam Pasal 13 ini adalah adanya dissenting opinion sebagaimana ditentukan dalam ayat 5 yang harus memuat perbedaan pendapat antara anggota dengan ketua majelis hakim yang mendasari keputusan tersebut dalam keputusan hakim.

2. Peninjauan Kembali