Psychomotor domain, diukur dari psychomotorpractice keterampilan

rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja. h. Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. i. Induksi Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra. Kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala. j. Deduksi Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. 2. Cara modern atau ilmiah Cara modern atau ilmiah yakni melalui proses penelitian yang lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau disebut metodologi penelitian research methodology.

2.1.4. Motivasi

Kemampuan melaksanakan tugas adalah unsur utama dalam menilai kinerja seseorang. Namun, tugas tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa didukung oleh suatu kemauan dan motivasi Nursalam, 2011. Penelitian Alhassan et al. 2013 mengatakan bahwa motivasi berpengaruh terhadap kualitas pelayanan petugas kesehatan di fasilitas kesehatan. Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang Nursalam, 2011. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu Stoner dan Freeman, 1995 dalam Nursalam, 2011. Motivasi menurut Ngalim Purwanto 2000 adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Sunaryo 2004 motivasi adalah dorongan penggerak untuk mencapai tujuan tertentu, baik disadari ataupun tidak disadari. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu atau datang dari lingkungan. Motivasi yang terbaik adalah motivasi yang datang dari dalam diri sendiri intrinsik bukan pengaruh lingkungan ekstrinsik. Maslow 1943, dalam Bastable, 2002 seorang ahli teori mengembangkan suatu teori tentang motivasi manusia yang diintegrasi secara utuh pada individu dan dalam bentuk hierarki tujuan, dia menyatakan bahwa tidak semua perilaku dimotivasi dan bahwa teori perilaku tidak sama dengan teori motivasi. Ada hubungan antara motivasi dan pembelajaran, antara motivasi dan perilaku, antara motivasi, pembelajaran, dan perilaku Bastable, 2002. Menurut Maslow 1943 setiap manusia memiliki hierarki kebutuhan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi Misbach, 2010. Kebutuhan-kebutuhan terdiri dari lima hierarki, dalam Notoatmodjo 2010 sebagai berikut: a. Kebutuhan fisiologi Physiological Menurut Maslow kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidup, oleh sebab itu sangat pokok, yakni sandang, pangan, dan papan. Apabila kebutuhan ini secara relatif terpenuhi, maka kebutuhan yang lain seperti rasa aman, kebutuhan untuk diakui oleh orang lain akan menyusul untuk dipenuhi. Seseorang tidak akan termotivasi untuk pengembangan dirinya, apabila motif dasarnya masih belum terpenuhi. Maslow menekankan bahwa ketika kebutuhan itu muncul pada seseorang, maka hal tersebut merupakan pendorong dan pengarah untuk terwujudnya perilaku. Pada saat seseorang sudah sampai pada taraf untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, maka pada saat diberikan tanggung jawab yang lebih besar untuk meningkatkan kemampuan sebagai perwujudan dari aktualisasi diri. b. Kebutuhan rasa aman Safety Kebutuhan rasa nyaman mempunyai bentangan yang sangat luas, bukan saja keamanan fisik, tetapi juga keamanan secara psikologis, misalnya bebas dari tekanan atau intimidasi dari pihak lain. c. Kebutuhan sosialisasi atau afiliasi dengan orang lain Affiliation Kebutuhan untuk berafiliasi atau bersosialisasi dengan orang lain dapat diwujudkan melalui keikutsertaan seseorang dalam suatu team work atau perkumpulan tertentu. Kebutuhan berafiliasi dengan orang lain pada prinsipnya agar dirinya diterima dan disayangi oleh orang lain sebagai anggota kelompoknya. Oleh karena manusia sebagai makhluk sosial, dalam mewujudkannya membutuhkan atau menginginkan kebutuhan-kebutuhan sosial terdiri dari: 1 Kebutuhan akan perasaan kemajuaan dan tidak seorang pun yang menyukai kegagalan dalam tugas atau pekerjaan apapun. Kemajuan atau keberhasilan sebuah kegiatan, pekerjaan atau tugas merupakan kebutuhan setiap orang. 2 Kebutuhan akan perasaan ikut serta atau berpartisipasi. Seseorang akan merasa senang jika diikutsertakan dalam berbagai kegiatan perusahaan atau organisasi. Keikutsertaan dalam mencapai tujuan bukan hanya dalam bentuk fisik atau kegiatan saja, tetapi dalam bentuk pendapat, ide atau saran. 3 Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap orang merasa dirinya penting. Serendah-rendahnya pendidikan yang dicapai, atau serendah- rendahnya jabatan yang dipunyai, seseorang merasa penting dan perlu dihormati. 4 Kebutuhan untuk diterima oleh orang lain dilingkungan tempat tinggal. d. Kebutuhan akan penghargaan Esteem Kebutuhan penghargaan ini adalah kebutuhan prestise, kebutuhan untuk dihargai merupakan kebutuhan semua orang terlepas dari kedudukan dan jabatannya. Dalam mewujudkan kebutuhan penghargaan ini bukan semata- mata pemberian dari pihak lain, tetapi harus dibuktikan dari kemampuan atau prestasi yang dicapai. Untuk itu sistem pemberian reward di organisasi- organisasi perlu dikembangkan, tetapi bukan didasarkan pada lama kerja atau model arisan, tetapi harus didasarkan pada sistem kompetisi prestasi kerja. Kebutuhan akan penghargaan dapat diberikan berupa status, pengakuan, dan perhatiaan Misbach, 2010. e. Kebutuhan aktualisasi diri Self-actualization Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan untuk mengembangkan potensi diri secara maksimal. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan realisasi diri secara lengkap dan penuh. Pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri ini antara seorang yang satu dengan yang lain akan berbeda. Program pendidikan jangka panjang bergelar dan pelatihan pendidikan jangka pendek didalam suatu institusi atau organisasi merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi berbeda dengan kebutuhan yang lain, yakni: 1 Aktualisasi diri adalah bagian dari pertumbuhan individu, dan berlangsung terus-menerus sejalan dengan meningkatnya jenjang karier seseorang individu. 2 Kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat dipenuhi semata-mata dari luar individu, tetapi yang lebih utama adalah usaha dari individu itu sendiri. Redman 1993, dalam Bastable, 2002 memandang pengkajian motivasi sebagai bagian dari pengkajian kesehatan umum dan menyatakan bahwa pengkajian ini mencakup bidang-bidang seperti tingkat pengetahuan, keterampilan klien, kapasitas pembuatan keputusan pada individu, dan skrining pada populasi sasaran untuk program pendidikan. Para ahli mengelompokkan metode peningkatan motivasi dalam Notoatmodjo 2010, yaitu: 1 Model Tradisional Model ini menekankan bahwa untuk memotivasi masyarakat agar berperilaku sehat, perlu memberikan insentif berupa materi bagi anggota masyarakat yang berprestasi tinggi dalam berperilaku hidup sehat. 2 Model Hubungan Manusia Untuk meningkatkan motivasi berperilaku sehat, perlu dilakukan pengakuan atau memperhatikan kebutuhan sosial mereka, meyakinkan mereka bahwa setiap orang adalah penting dan berguna bagi masyarakat. 3 Model Sumber Daya Manusia Setiap manusia cenderung untuk mencapai kepuasan dari prestasi yang dicapai, dan prestasi yang baik tersebut merupakan tanggung jawabnya seebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan motivasi hidup sehat perlu memberikan tanggung jawab dan kesempatan yang seluas-luasnya bagi mereka. Motivasi akan meningkat jika diberikan

Dokumen yang terkait

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PETUGAS KESEHATAN DALAM PELAYANAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) PUSKESMAS DI KABUPATEN JEMBER

1 6 79

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) PADA PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

0 4 84

Analisis Penatalaksanaan Pneumonia pada Balita dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Belawan Kota Medan Tahun 2016

4 35 113

HUBUNGAN PENERAPAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) DIARE DENGAN KESEMBUHAN DIARE AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS I KARTASURA.

0 0 5

Hubungan Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Oleh Petugas Kesehatan Dengan Kepuasan Ibu Balita Sakit Di Puskesmas Parit Rantang Kota Payakumbuh Tahun 2009.

0 0 12

Analisis Penatalaksanaan Pneumonia pada Balita dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Belawan Kota Medan Tahun 2016

0 0 19

Analisis Penatalaksanaan Pneumonia pada Balita dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Belawan Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Analisis Penatalaksanaan Pneumonia pada Balita dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Belawan Kota Medan Tahun 2016

1 1 9

PENGARUH KONSELING DALAM MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) TERHADAP PERILAKU IBU DALAM MERAWAT BALITA SAKIT DENGAN DIARE DI PUSKESMAS PIYUNGAN BANTUL

0 0 12

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS (MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT) DENGAN TINGKAT KEPUASAN ATAU KESEMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA

0 0 62