Definisi Operasional KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

4.3. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objeksubjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan Hidayat, 2007. Populasi dalam penelitian adalah petugas kesehatan yang menangani MTBS di 8 Puskesmas kota Cilegon. Dari data Dinas Kesehatan kota Cilegon populasi petugas kesehatan yang terdiri dari dokter, bidan, dan perawat sebanyak 265 orang. Tabel 4.3.1 Populasi Dokter, Perawat, dan Bidan di Puskesmas kota Cilegon Juni 2014 Petugas Kesehatan Total Dokter 23 Perawat 119 Bidan 123 Total 265 Sumber: Dinkes kota Cilegon, 2014 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, atau sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti Hidayat, 2007. Teknik pengambilan sampel yang digunakan secara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki oleh peneliti Setiadi, 2007. Pada penelitian ini peneliti mengambil sampel yaitu petugas kesehatan yang sudah mengikuti pelatihan MTBS, yaitu sebanyak 51 responden di puskesmas kota Cilegon. Agar sampel yang digunakan match, peneliti menentukan kriteria inklusi: a. Petugas kesehatan Pria dan Wanita yang bekerja di puskesmas kota Cilegon. b. Petugas kesehatan yang pernah mendapatkan pelatihan mengenai MTBS. c. Petugas kesehatan yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian. Sedangkan kriteria ekslusi sampel dari penelitian ini adalah: a. Petugas kesehatan yang sedang cutiperjalanan dinassakit.

4.4. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari petugas kesehatan sebagai responden, peneliti menggunakan lembaran kuesioner dalam bentuk daftar cek atau check list. Instrumen ini terdiri dari empat bagian yaitu identitas responden, variabel pengetahuan, variabel motivasi, dan variabel perilaku. Cara pengukuran dilakukan dengan kuesioner dengan menggunakan skala Guttman untuk variable pengetahuan dan skala Likert untuk variabel motivasi dan perilaku. Pernyataan merupakan pernyataan positif. Jawaban-jawaban responden pada tiap variabel diberi nilai sebagai berikut: a. Kuesioner pada variabel bebas yaitu pengetahuan dengan pernyataan sebanyak 10 soal yang disusun oleh peneliti didasarkan pada panduan buku bagan MTBS 2010 dan Depkes RI 1999, dalam Hidayat, 2008. Penilaian dengan menggunakan skala Guttman, peneliti memberikan nilai dengan skor 1 untuk jawaban ya dan skor 0 untuk jawaban tidak. b. Pernyataan pada variabel bebas yaitu motivasi dengan 10 pernyataan soal yang disusun oleh peneliti didasarkan pengembangan kuesioner Purwanti 2010 dengan judul analisis pengaruh karakteristik individu, fasilitas, supervisi, dan motivasi terhadap kinerja petugas pelaksana pelayanan program MTBS di kabupaten Banyumas tahun 2010 berdasarkan teori motivasi Maslow. Kuesioner Purwanti 2010 pada variabel motivasi didasarkan pada lima hierarki kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis pada item nomor 3 dan 4, kebutuhan rasa aman pada item nomor 1 dan 2, kebutuhan kasih sayang pada item nomor 4 dan 5 , kebutuhan penghargaan diri pada item nomor 6, dan kebutuhan aktualisasi pada item nomor 7, 8, 9, dan 10. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Pada variabel motivasi jawaban sangat setuju diberi skor 4, setuju skor 3, tidak setuju skor 2, dan sangat tidak setuju skor 1. c. Pernyataan pada variabel terikat yaitu perilaku dengan 10 pernyataan soal yang disusun oleh peneliti berdasarkan buku pedoman MTBS WHO 2005 dan Depkes 1999 dalam Hidayat, 2008. Penilaian dengan menggunakan skala Likert. Untuk variabel perilaku jawaban selalu diberi skor 4, sering skor 3, kadang-kadang skor 2, dan tidak pernah skor 1. Peneliti membagi skor tersebut menjadi 2 kategori yaitu baik dan cukup. Analisis selanjutnya data variabel pengetahuan petugas kesehatan terhadap penanganan MTBS diare dikategorikan menjadi: a. Baik= jika skor total jawaban ≥ median. b. Cukup= jika skor total jawaban ˂ median Dahlan, 2013.

Dokumen yang terkait

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PETUGAS KESEHATAN DALAM PELAYANAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) PUSKESMAS DI KABUPATEN JEMBER

1 6 79

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) PADA PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

0 4 84

Analisis Penatalaksanaan Pneumonia pada Balita dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Belawan Kota Medan Tahun 2016

4 35 113

HUBUNGAN PENERAPAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) DIARE DENGAN KESEMBUHAN DIARE AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS I KARTASURA.

0 0 5

Hubungan Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Oleh Petugas Kesehatan Dengan Kepuasan Ibu Balita Sakit Di Puskesmas Parit Rantang Kota Payakumbuh Tahun 2009.

0 0 12

Analisis Penatalaksanaan Pneumonia pada Balita dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Belawan Kota Medan Tahun 2016

0 0 19

Analisis Penatalaksanaan Pneumonia pada Balita dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Belawan Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Analisis Penatalaksanaan Pneumonia pada Balita dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Belawan Kota Medan Tahun 2016

1 1 9

PENGARUH KONSELING DALAM MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) TERHADAP PERILAKU IBU DALAM MERAWAT BALITA SAKIT DENGAN DIARE DI PUSKESMAS PIYUNGAN BANTUL

0 0 12

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS (MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT) DENGAN TINGKAT KEPUASAN ATAU KESEMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA

0 0 62