Mengelola Stres Kerja Karyawan

Tabel 2.1 Penanggulangan Stres Secara Individual dan Organisasional Secara Individu Secara Organisasi A. Melakukan perubahan reaksi perilaku atau perubahan reaksi kognitif, seperti istirahat sejenak namun masih dalam ruangan kerja, keluar ke ruang istirahat jika menyediakan, pergi sebentar ke kamar kecil untuk membasuh muka atau berwudhu bagi orang Islam, dan sebagainya. A. Melakukan perbaikan iklim organisasi. Sebuah strategi pengaturan dengan membuat struktur tebih terdesentralisasi dengan pembuatan keputusan partisipatif dan membuka jalur komunikasi dengan para karyawan. Perubahan struktur dan proses struktural dapat menciptakan iklim yang lebih mendukung bagi karyawan, memberikan mereka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan dapat mencegah atau mengurangi stres kerja karyawan B. Melakukan relaksasi dan meditasi, Dengan relaksasi dapat membangkitkan perasaan rileks dan nyaman bagi karyawan. Meditasi membuat karyawan tetap tenang dan bersemangat disaat melakukan pekerjaan. B. Melakukan perbaikan terhadap kondisi fisik tempat kerja,meliputi tata ruang kerja,suhu,cahaya,kualitas udara,tempat duduk yang nyaman dan keamanan dalam bekerja. C. Melakukan kegiatan olah raga seperti lari secara rutin, tenis, bulu tangkis, dan sebagainya. Dengan olah raga dapat mengurangi hormon-hormon stres dan memberi manfaat bgi kesehatan fisik maupun mental. C. Melakukan analisis dan kejelasan tugas. Dengan merancang desain pekerjaan dan meningkatkan faktor isi pekerjaaan seperti tanggung jawab, pengakuan, dan kesempatan untuk pencapaian, peningkatan, dan pertumbuhan atau dengan meningkatkan karakteristik pekerjaan seperti variasi skill, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi, dan timbal balik yang dapat memotivasi dan memberikan pengalaman,tanggungjawab, serta pengetahuan karyawan. D. Menghindari kebiasaan rutin yang membosankan. Dengan membuat jadwal yang harus diprioritaskan agar dapat memperkecil peluang stres dengan mempersibuk diri sendiri. D. Menyediakan sarana olah raga di ruang istirahat tempat karyawan bekerja dan mengadakan pengajian rutin berupa siraman rohani bagi karyawan dan pimpinan. E. Dukungan sosial terutama orang yang terdekat, seperti keluarga, teman sekerja, pimpinan.Agar diperoleh dukungan maksimal, dibutuhkan komunikasi yang baik pada semua pihak. E. Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional, sehingga penyebab stres dapat dihilangkan atau dikurangi. Masing-masing pekerjaan mempunyai ekspektansi yang jelas dan penting atau sebuah pengertian yang jelas dari apa yang dia kerjakan. F. Memahami tugas dan kewajiban sebagai karyawan, mungkin inilah yang jelas – jelas akan mengurangi stres yang dialami di tempat kerja. F. Memantau terus – menerus kegiatan organisasi sehingga kondisi yang dapat menjadi sumber stres dapat diidentifikasi dan dihilangkan secara dini. G. Melakukan pengelolaan waktu yang tepat. Keseimbangan dengan membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. G. Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap timbulnya gejala–gejala stres di kalangan para bawahannya dan dapat mengambil 33 langkah–langkah tertentu sebelum stres itu berdampak negatif terhadap prestasi kerja karyawan H. Kekuatan yang bersumber dari dalam diri sendiri berupa keberanian menerima cobaan dengan berdoa,ikhlas menerima akan membantu menyelesaikan masalah, mampu mengendalikan perasaan,lebih mementingkan kesehatan badan, selalu positive thinking dan selalu tersenyum dalam menghadapi masalah. H. Menyediakan jasa bantuan atau konseling bagi para karyawan apabila mereka sempat menghadapi stres. Sumber : Siagian, 2003: 302-303 diolah penulis Menurut pendapat Keith Davis John W. Newstrom,dalam Mangkunegara, 2002:157-158 yang mengemukakan bahwa Four approaches that of ten involve employee and management cooperation for stres management are social support, meditation, biofeedback and personal wellnes programs, Ada empat pendekatan terhadap stres kerja, yaitu dukungan sosial, meditasi, biofeedback, dan program kesehatan pribadi. a. Pola sehat Pola sehat adalah pola menghadapi stres yang terbaik yaitu dengan kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang. Para karyawan yang tergolong kelompok ini biasanya mampu mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga ia tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun sebenamya tantangan dan tekanan cukup banyak. b. Pola harmonis Pola harmonis adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai hambatan. Dengan pola ini, karyawan mampu mengendalikan berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara teratur. Karyawan atau Individu tersebut selalu menghadapi tugas secara tepat, dan jika perlu ia mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada orang lain dengan memberikan kepercayaan penuh. Dengan demikian, akan terjadi keharmonisan dan keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan reaksi yang diberikan. Demikian juga terhadap keharmonisan antara dirinya dan lingkungan. c. Pola patologis. Pola patologis adalah pola menghadapi stres dengan berdampak berbagai gangguan fisik maupun sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu akan menghadapi berbagai tantangan dengan cara-cara yang tidak memiliki kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat menimbulkan reaksi-reaksi yang berbahaya karena bisa menimbulkan berbagai masalah-masalah yang buruk. Untuk menghadapi stres dengan cara sehat atau harmonis, tentu banyak hal yang dapat dikaji. Dalam menghadapi stres, dapat dilakukan dengan tiga strategi yaitu, a memperkecil dan mengendalikan sumber-sumber stres, b menetralkan dampak yang ditimbulkan oleh stres, dan c meningkatkan daya tahan pribadi. Dalam strategi pertama, perlu dilakukan penilaian terhadap situasi sumber-sumber stres, mengembangkan alternatif tindakan, mengambil tindakan yang dipandang paling tepat, mengambil tindakan yang lebih positif, Strategi kedua, dilakukan dengan mengendalikan berbagai reaksi baik jasmaniah, emosional, maupun bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri. Dalam membentuk mekanisme pertahanan diri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya menangis, menceritakan masalah kepada orang lain, humor melucu, 35 istirahat dan sebagainya. Sedangkan dalam menghadapi reaksi emosional, adalah dengan mengendalikan emosi secara sadar, dan mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan. Strategi ketiga, dilakukan dengan memperkuat diri sendiri, yaitu dengan lebih memahami diri, memahami orang lain, mengembangkan ketrampilan pribadi, berolahraga secara teratur, beribadah, pola-pola kerja yang teratur dan disiplin, mengembangkan tujuan dan nilai-nilai yang lebih realistik. 36

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia. Bank BNI juga merupakan Bank Pemerintah pertama yang telah menjadi bank publik yang didukung oleh 594 kantor cabang dalam negeri dan luar negeri serta 10 kantor cabang syariah. Bank Negara Indonesia didirikan pada tanggal 5 Juli 1946 berdasarkan peraturan pemerintah pengganti undang- undang No. 2 tahun 1946 dengan nama Bank Negara Indonesia yang berfungsi sebagai Bank Sentral. Setelah terjadinya krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998, dan melihat situasi dan kondisi yang terjadi, banyaknya bank-bank yang dilikuidasi, hanya bank yang mempunyai prinsip syariah yang masih berdiri kokoh, maka dunia perbankan tertarik untuk mempelajarinya. Untuk mengantisipasi perkembangan lingkungan usaha dan perubahan kebutuhan masyarakat akan pelayanan jasa keuangan, Bank Negara Indonesia senantiasa melakukan penyesuaian atas produk dan jasa yang ditawarkan untuk memberikan nilai yang baik. Selama kurun waktu tersebut, Bank Negara Indonesia terus-menerus melakukan langkah-langkah perbaikan, pembaharuan, dan pengembangan di segala bidang sejalan dengan tuntutan dan pengembangan pasar. Dalam upaya memperluas segmen pasar Market Development BNI, maka manajemen BNI 37 memutuskan untuk menggarap pasar Bank Syariah sebagai salah satu diantara beberapa upaya untuk memperkuat bisnis BNI. Maka Bank Negara Indonesia Unit Usaha Syariah didirikan pada tanggal 29 April 2000 dan sampai saat ini telah mempunyai 22 kantor cabang syariah yaitu : Yogyakarta, Pekalongan, Semarang, Malang, Banjarmasin, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Bandung, Padang, Makassar, Medan, Palembang, Prima Jakarta, Prima Surabaya, Cirebon, Pekanbaru, Surakarta, Bogor, Balikpapan, Tanjung Karang, Jakarta Utara dan Bumi Serpong Damai. PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Kantor Cabang Syariah Medan merupakan cabang yang ke-11 dan didirikan pada tanggal 15 Agustus 2002 yang diresmikan oleh Agoest Soebhakti, direktur Ritel Bank Negara Indonesia. Bank Negara Indonesia Syariah adalah satu dari beberapa usaha BNI untuk melayani masyarakat yang menginginkan sistem perbankan yang berdasarkan prinsip syariah dalam rangka mewujudkan BNI sebagai Universal Banking. Bank Negara Indonesia Syariah merupakan unit tersendiri di Bank BNI yang secara struktural tidak terpisahkan dengan unit-unit lain di Bank BNI dan bergerak khusus di perbankan syariah. Namun demikian dalam operasional pembukaannya sama sekali terpisah dengan BNI yang melakukan kegiatan umum, tanpa mengurangi fasilitas pelayanan yang ada di Bank BNI. Adapun Alasan pembukaan Cabang Syariah sebagai berikut: 1. Menyediakan layanan perbankan yang lengkap Mewujudkan Bank BNI sebagai Universal Banking. 2. 30 masyarakat Indonesia menolak sistem bunga