biasa. Informan pangkal berperan sebagai penghubung antara peneliti dengan informan kunci dan informan biasa sekaligus sebagai sumber informasi mengenai
latar belakang keluarga klien di Panti Sosia l Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara.
Pada informan kunci dan informan biasa dilakukan wawancara mendalam untuk memperoleh data mengenai dukungan keluarga bagi . keberfungsian penyandang
disabilitas. Informan pangkal dalam penelitian ini adalah staf Panti Sosial Bina Daksa
“Bahagia” Sumatera Utara yaitu Bapak Andri, Ibu Wartinah dan Bapak Nobel. Informan kunci dalam penelitian ini ada 4 orang klien di Panti Sosial Bina Daksa
“Bahagia” Sumatera Utara. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Sukma Ayu Lestari, Hariyati, Leonardo Situmorang dan Devi Nukita Ramayani. Selanjutnya yang
menjadi informan biasa adalah Bibi dari Sukma Ayu Lestari, Ibu dari Hariyati, Kakak dari Leonardo Situmorang dan Ibu dari devi nukita ramayani.
5.2 Informan Pangkal
Informan pangkal dalam penelitian ini adalah Bapak Andri selaku pekerja sosial, ibu wartinah juga selaku pekerja sosial dan bapak nobel silitonga dari seksi penyaluran dan
bimbingan lanjutan. Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara memiliki tenaga profesi yang
terdiri dari 40 orang yaitu 1 Kepala Panti yang menanggung jawabi semua kegiatan –
kegiatan yang berada di dalam panti maupun di luar panti. Kemudian Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara memiliki 4 seksi yang bertugas merancang program –
program pada panti tersebut yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Seksi Sub Bag Tata Usaha bertugas melakukan urusan umum, penyiapan
rencana dan program kegiatan, urusan surat menyuruat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan.
2. Seksi Program dan Advokasi Sosial bertugas melakukan penyusunan program
rehabilitasi sosial, memberikan bantuan perlindungan sosial dan advokasi sosil serta kerjasama, pengkajian dan penyiapan standarisasi pelayanan,
pemantauan serta evaluasi dan laporan. 3.
Seksi Rehabilitasi sosial bertugas melakukan pendekatan awal berupa registrasi, observasi, identifikasi, pemeliharaan jasmani dan penetapan
diagnosa, perawatan, bimbingan pengetahuan dasar dan keterampilan kerja, mental, sosial dan fisik
4. Seks Penyaluran dan Bimbingan Lanjutan bertugas memberikan bimbingan
lanjut, kerja sama, pemberian informasi, praktek belajar kerja PBK dan penyaluran.
Sebelum para klien penyandang disabilitas mengikuti pembinaan di Panti Sosial Bina Daksa “ Bahagia” Sumatera Utara, mereka harus meregistrasikan diri dan
mengikuti beberapa prosedur yaitu :
a. Persyaratan Umum
1. Penyandang Disabilitas cacat tubuh
2. Usia 15 sampai dengan 35 tahun
3. Berbadan sehat dan tidak mengidap penyakit menular serta tidak ada indikasi
paraplegia, dinyarakan dengan surat keterangan dokter sebanyak 2 rangkap 4.
Tidak memiliki cacat ganda
Universitas Sumatera Utara
5. Bisa membaca dan menulis
6. Tidak mempunyai tanggungan keluarga belum menikah
7. Mengisi dan menandatangani surat pernyataan klien, orangtuaklien untuk
mentaati program rehabilitasi sosial 8.
Melampirkan surat pernyataan bahwa orangtuawali bersedia menerima kembali si anak, baik yang tamat maupun yang gagal dalam pembinaan
9. Menyerahkan foto terbaru seluruh badan ukuran sebanyak 3 lembar
10. Menyerahkan pas foto terbaru ukuran 3 x 4 sebanyak 3 lembar
11. Menyerahkan fotocopy KTPSurat keterangan dari Kepala DesaLurah tentang
status kependudukan sebanyak 2 lembar 12.
Menyerahkan fotocopy KTP orangtuawali sebanyak 2 lembar 13.
Menyerahkan fotocopy ijazahSTTB sebanyak 2 lembar b.
Prosedur pendaftaran 1.
Orangtuawali langsung menghubungi PSBD “Bahagia” Sumut dengan membawa seluruh berkas yang dipersyaratkan.
2. Orangtuawali menghubungi Dinas Sosial Propinsi dan atau KabupatenKota
setempat dengan membawa seluruh berkas yang dipersyaratkan. 3.
Pengirimanpemberangkatan calon klien secara kolektif oleh Pemerintah Propinsi, KabupatenKota Dinas Sosial setempat dengan terlebih dahulu ada
pemberitahuan kepada PSBD 4.
Rujukan LBK Loka bina karya atau lembaga – lembaga pelayanan sejenis, diupayakan melalui koordinasi dengan pemerintah daerah setempat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 163 HUK2008 tentang Pembagian Struktur Organisasi pada Panti Sosial Bina Daksa “ Bahagia”
Sumatera Utara maka spesialisasi pekerja sosial dilakukan menjadi beberapa bagian
Universitas Sumatera Utara
seperti terampil muda dan madya. Setiap jenjang memiliki indikatornya masing –
masing sesuai dengan Buku Pedoman tentang Teknik, Jabatan Fungsional Pekerja Sosial. Bapak Nobel Silitongan mengatakan :
“ Para pekerja sosial sudah dibagi menurut jenjang yang mereka miliki tetapi teknis di lapangan pembagian spesialisasi pekerja sosial dilakukan menurut
kebutuhan di dalam panti tersebut. Di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara tugas para pekerja sosial adalah melakukan pedampingan
secara berkala kepada klien, melakukan assesment dalam rangka memahami dan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan klien penyandnag disabilitas dan
biasanya pekerja sosial dibagi menurut jumlah klien keseluruhan yang terdaftar pada panti. 1 pekerja sosial bisa bertanggun jawab atas 4
– 5 orang klien ya
ng harus mereka pantau dan bina selama berada di dalam panti”. Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara melakukan case
conference yang dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam 1 tahun yaitu : a.
Awal, yaitu setelah dilakukan assessment penerimaan pada klien, case conference dilakukan untuk menetukan diterima atau tidaknya calon klien, kemudian ketika
klien diterima klien ditentukan untuk masuk ke dalam kelas keterampilan sesuai dengan kemampuan fisik atau mental
b. Case conference dilakukan pada saat pekerja sosial menemukan adanya masalah
pada klien dan mecari solusi dengan memusyawarahkan kepada pekerja sosial lainnya.
c. Akhir, yaitu case conference diakhir ketika klien akan dikirim untuk melakukan
praktek belajar kerja PBK untuk menetukan apakah klien layak turun langsung ke masyarakat untuk mengaplikasikan pelajaran selama belajar didalam panti.
Universitas Sumatera Utara
Case conference dilaksanakan untuk mengevaluasi perkembangan para klien penyandang disabilitas secara menyeluruh. Bapak Andri mengatakan :
“case conference harus dilakukan agar semua staf mengetahui mengenai perkembangan para klien penyandang disabilitas tidak hanya para pekerja sosial yang
bertanggung jawab atas perkembangan para klien tetapi sebaiknya semua staf pekerja sosial dapat bertanggung jawab dan ikut serta ats perkemabangan klien penyandang
disabilitas selama berada di panti”.
Keluarga mempunyai andil yang sangat besar dalam melakukan pendaftaran bagi klien karena tanpa persetujuan dari keluargaa yaitu orang tua ataupun wali mereka
klen tidak dapat menerima pelayanan di dalam panti. Ibu wartinah mengatakan : “pihak panti tidak bisa menerima calon klien yang tidak memiliki orang tua atau
wali karena setiap bulannya kami harus melaporkan keadaan dan perkembangan klien, jika mereka tidak ada yang menanggung jawabi maka kepada siapa kami harus
melaporka perkembangan klien tersebut”.
Kemudian pihak lain juga mempunyai keterlibatan di dalam mendaftarkan klien keterlibatan pihak lain meliputi :
1. Dinas sosial kabupatenkota berkaitan masalah administrasi calon klien
2. TSKS terkait masalah perekrutan calon klien di setiap daerah.
3. Masyarakat terkait informan dalam sosialiasasi terhadap calon klien yang
tidak dapat dijangkau oleh PSBD”Bahagia” Sumut.
Selama 1 tahun para klien menerima pembinaan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara keluarga di perbolehkan datang mengunjungi anaknya.
Namun mereka melakukan komunikasi melalui telepon. Bapak Andri mengatakan :
Universitas Sumatera Utara
“Dalam sebulan ada keluarga yang datang berkunjung untuk melihat keadaan dan perkambangan anaknya kemudian jika ada keluarga klien yang berasal dari luar
kota mereka diperbolehkan untuk menginap 1 hari tetapi itu pun hanya orang tua saja yang diperbolehkan menginap”.
Dukungan keluarga yang diberikan untuk para klien penyandang disabilitas tidak hanya dengan datang berkunjung tetapi banyak cara yang keluarga lakukan untuk
selalu memberikan dukungan. Dukungan seperti memberikan motivasi diberikan kepada klien ketika klien mendapatkan masalah yang sedang dihadapinya selama
berada di panti dan melakukan komunikasi dengan para pekerja sosial yang bertanggung jawab atas klien untuk selalu menanyakan keadaan dan perkembangan
klien. Ibu Wartinah mengataka : “Keluarga biasanya melakukan kunjungan maksimal sebulan sekali dan bahkan
ada juga yang tidak pernah mengunjungi klien selama berada di panti. Biasanya keadaan seperti ini dihadapi oleh klien, klien yang berasal dari luar Sumatera Utara
seperti Aceh, Kepulauan Riau dan daerah lainnya tetapi keluarga selalu berkomunikasi melalui telepon langsung dengan anaknya dan juga dengan pekerja
sosial yang bertanggung jawab atas klien tersebut”.
Keluarga yang akan berkunjung untuk melihat kondisi anaknya selalu mempersiapkan bekal dan kebutuhan sehari
– hari klien tersebut seperti baju, makanan, serta uang saku selalu diberikan oleh keluarga yang berkunjung bahkan
untuk keluarga tidak pernah datang berkunjung mereka sering mengirimi kebutuhan sandang, pangan serta uang saku. Cara
– cara seperti itu keluarga menunjukkan dukungan kepada para klien penyandang disabilitas.
Alasan – alasan keluarga melakukan kunjungan ke panti yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Untuk melihat perkembangan anakanya selama berada didalam panti
b. Kangen dengan anaknya
c. Untuk melihat seperti apa proses rehabilitasi sosial yang dilakukan oleh
PSBD “Bahagia” Sumut d.
Dalam beberapa kasus keluarga datang untuk menjemput kembali anaknya terkait beberapa alasan seperti : klien dipulangkan karena terkait
perkelahian dengan kemauan sendiri keluarga datang menjemput klien e.
Pada saat pemulangan klien dilakukan pada bulan Desember.
Ibu Wartinah mengatakan : “para klien memberikan motivasi untuk tetap bertahan di dalam kondisi
dengan kecacatannya itu, keluarga lah yang harus selalu memberikan dukungan terbesar untuk mereka”.
Bentuk dukungan yang diberikan keluarga kepada penyandang disabilitas dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Jumlah sumber dukungan yang tersedia, merupakan perssepsi individu
terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutukan bantuan.
2. Tingkat kepuasan akan dukungan yang diterima berkaitan dalam persepsi
individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi pendekatan berdasarkan kualitas Serason dalam Kuncoro, 2003
Berdasarkan data – data yang diperoleh, penelitian kemudia melakukan
wawancara mendalam serta observasi langsung ke lapangan untuk mengetahui dukungan keluarga bagi keberfungsian sosial penyandang disabilitas. Data
– data yang diperoleh kemudian dianalisis melalui pendekatan kualitatif untuk melihat
Universitas Sumatera Utara
dukungan keluarga bagi keberfungsian sosial penyandang disabilitas yang diamati melalui observasi langsung oleh keluarga yang berkaitan dengan penyandang
disabilitas. Selain itu, diperoleh data – data mengenai upaya – upaya yang dilakukan
keluarga dalam memenuhi keberfungsian sosial penyandang disabilitas. Serta tindakan
– tindakan apa saja yang diharapkan oleh penyandang disabilitas maupun keluarga kepada pemerintah maupun lembaga
– lembaga non pemerintah untuk membantu memenuhi keberfungsian sosial penyandang disabilitas baik upaya
memberikan modal usaha kerja ataupun penempatan kerja yang sesuai dengan keadaan para penyandang disabilitas.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dari data yang terkumpul, penulis coba membagi dalam beberapa bagian terkait pembahasan yang ingin diuraikan
dengan memasukkan petikan wawancara dari informan serta narasi penulis tentang data
– data tersebut.
5.3 Informan Kunci 5.3.1. Informan I