masalahnya sendiri dan juuga dapat mampu memenuhi kebutuhan mereka pribadi dan menjauhkan anggap bahwa mereka akan selalu menyusahkan orang lain. Kakak leo
mengatakan bahwa : “perubahan yang terlihat setelah dia berada di panti tersbut, dia terlihat lebih rajin dari
biasanya semangatnya untuk maju juga sangat besar. Intensitas hubungan yang sering terjalin selama dia berada di panti membuat saya tau apa yang berubah dari adiknya, Saya
mengharapkan dia dapat menjadi mandiri dan dapat mengaplikasikan langsung ilmu yang telah didapatnya selama berada di panti tersebut dan dapat berhubungan baik dengan
masyarakat lainnya.
5.5 ANALISIS UMUM
Penyandang cacat merupakan bagian masyarakat yang memiliki kedudukan, hak, kewajiban dan kesempatan serta peran yang sama dalam segala aspek kehidupan maupun
penghidupan seperti halnya masyarakat lain. Pengakuan tersebut dikuatkan secara hukum melalui Undang-Undang Nomor 41997 diikuti terbitnya Peraturan Pemerintah
Nomor431998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan sosial penyandang cacat. Secara teori oleh Friedman 1998 menyebutkan bahwa dukungan keluarga adalah suatu
persepsi mengenai bantuan yang berupa perhatian, penghargaan, informasi, nasehat maupun materi yang diterima pasien dari anggota keluarga lainnya dalam rangka
menjalankan fungsi atau tugas yang terdapat di dalam sebuah keluarga. Dukungan keluarga diungkap melalui skala dukungan keluarga yang disusun berdasarkan aspek dukungan
keluarga dari rumah dalam Smet, 1994:136 yaitu dukungan emosional, dukungan pernghargaan, dukungan instrumental dan dukungan normatif. Dalam hal ini orang yang
merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Gottlieb dalam Kuncoro, 2002:19
Universitas Sumatera Utara
Selain itu dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu, menciptakan kekuatan keluarga, memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi sebagai
strategi pencegahan yang utama bagi seluruh keluarga dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari serta mempunyai relevansi dalam masyarakat yang berada dalam
lingkungan yang penuh dengan tekanan. Skala dukungan keluarga bertujuan untuk mengetahui bantuansokongan yang berupa
perhatian, penghargaan, informasi, nasehat maupun materi yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi atau tugas yang
terdapat di dalam sebuah keluarga. Apabila dikaji secara mendalam, dengan bersandar pada hasil yang diperoleh dan
kerangka pikiran yang dirumuskan melalui teori yang digunakan, maka pengaruh dan peran keluarga terhadap penyandang disabilitas memang sangat dibutuhkan. Dukungan Keluarga
memberikan sumbangan efektif terhadap keberfungsian sosial bagi penyandang disabilitas. Ada beberapa aspek yang diungkap dalam skala dukungan keluarga tersebut dan
keberfungsian sosial yang tinggi tersebut dipengaruhi oleh pemberian dukungan oleh keluarga dengan cara pertama, dukungan informasional yaitu keluarga berfungsi sebagai
kolektor dan disseminator informasi tentang dunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Kedua bentuk dukungan Penilaian yaitu keluarga bertindak
sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi masalah serta sumber validator, identitas keluarga, diantaranya memberikan support, pengkuan, dan perhatian.
Ketiga, dukungan instrumental yaitu sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga dan sarana.
Keempat, dukungan Emosional yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi, manfaat dari
Universitas Sumatera Utara
dukungan ini adalah secara emosional menjamin nilai – nilai individu baik pria maupun
wanita akan selalu terjaga keberhasilanya dari keingintahuan orang lain. Aspek – aspek dari
dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afesi, adanya kepercayaan perhatian dan mendengarkan serta didengarkan. Caplan dan Friedman, 1998
Dukungan keluarga bukan satu-satunya faktor yang berperan tunggal dalam menumbuhkan keberfungsian sosial. Faktor-faktor yang ikut mempengaruhi keberfungsian
sosial antara lain lingkungan, budaya, genetik, pengobatan dan keparahan dari penyakit. Persoalan penyandang disabilitas selalu dilihat secara persial. Hal ini menandakan bahwa
permasalahan disabilitas belum dipahami keseluruhan. Padahal permasalahan disabilitas terkait dengan yang lainnya, tidak berdiri sendiri. Keluarga yang memiliki anak penyandang
disabilitas ada yang merasa malu. Akibatnya penyandang disabilitas tidak dimasukkan sekolah, tidak boleh bergaul dan bermain dengan teman sebayanya, kurang mendapatkan
kasih sayang seperti yang diharapkan oleh anak – anak pada umumnya, sehingga anak
tersebut tidak dapat berkembang kemampuan dan kepribadian selanjutnya penyandang disabilitas akan menajdi beban keluarga.
Masyarakat yang memilik warga penyandang disabilitas akan merasa terganggung kehidupannya, selama penyandang disabilitas tersebut belum dapat berdiri sendiri dan selalu
menggantungkan diri pada orang lain. Apabila dipandang dari segi ekonomi, sejak seseorang yang telah dewasa menjadi penyandang disabilitas masyarakat mengalami kerugian ganda,
yaitu kehilangan anggota yang produktif dan bertambah anggota yang konsumtif yang berarti menambah beban berat bagi masyarakat. Oleh karena itu, perlu usaha
– usaha rehabilitasi yang dapat merubah penyandang disabilitas dari konsumtif dan produktif.
Universitas Sumatera Utara
5.6. Analisis Data