Leo sanagat dekat dengan keluarga, tetapi Leo jarang menceritakan keluh kesahnya kepada keluarga. Sampai benar
– benar merasa bahwa Leo tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut barulah Leo menceritakan masalah yang sedang dialaminya. Leo jarang
menceritakan kehidupan pribadinya kepada keluarganya tetapi dia selalu membicarakan tentang kehidupannya ke depannya bagaimana. Leo merasa sangat nyaman menceritakan
semua kehidupannya kepada keluarga karena Leo percaya bahwa keluarganya akan membantu jika dia memerlukan bantuan. Dan Leo sangat diperhatikan dalam keluarganya.
Setelah masuk menjadi klien di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Leo mendapatkan banyak pelajaran. Seperti pelajaran keterampilan memperbaiki ponsel dan
sekarang Leo sudah bisa memainkan alat musik keybord. Leo jadi memiliki 2 hobi yang baru yaitu bermain gitar dan keybord. Selama berasa di panti Leo menjadi orang yang disiplin,
sekarang Leo sering bangun pagi dan mengikuti kegiatan yang ditentukan oleh staf di panti.Dari dulu Leo selalu aktif mengikuti kegiatan lingkungan rumahnya dan selama di panti
dia juga aktif ikut menjadi panitian yang doadakan di panti. Sekarang Leo juga dapat memecahkan masalah sendiri dan juga memenuhi kebutuhannya. Leo menjadi orang yang
lebih mandiri lagi. Peran panti sangat besar yang diberikan kepadanya. Keterampilan ponsel yang
diajarkan kepada nya sangat membantu dirinya. Kedepannya, jika Leo sudah menyelesaikan pembinaan di panti tersebut, Leo akan mengaplikasikan ilmu yang sudah didapatkan
langsung dengan masyarakat dan juga Leo ingin membuka usaha ponsel miliknya sendiri.
5.3.4. Informan IV
Nama : Hariyati Usia
:22 tahun
Universitas Sumatera Utara
Agama : islam Alamat : Jl. Percut
Kondisi kecacatan : Kaki pincang karena umur 9 tahun jatuh dari sepeda motor . . Hariyari adalah informan terakhir dari penelitian ini. Haryati seotang anak
perempuan berumur 22 tahun. Anak kedua dari 6 bersaudara ini mempunyai ibu bernama Masulia dan ayahnya bernama Katium berasal dari keluarga yang kurang mampu dengan
pekerjaan membajak sawah. Haryati hanya bersekolah sampai kelas 3 SD saja, karena Hariyati memiliki sifat yang
pendiam dan pemalu Hariyati merasa malu dengan keadaannya dan karena takut di ejek –
ejek teman disekolahnya. Keluarganya sudah berusaha untuk membujuknya untuk meneruskan sekolahnya karena menurut orang tuanya pendidikan itu sangat penting dan
mereka akan berusaha mencari biaya pendidikan keenam anak mereka. Tetapi hariyati tetap tidak ingin melanjutkan sekolahnya karena Hariyati pernah diejek
– ejek temannya sewaktu itu maka dia pun memilik untuk tidak bersekolah lagi
Kegiatan yang Haryati lakukan dari kecil sampai dewasa hanya berada di dalam rumah. Dirumah Haryati dibantu oleh abangnya untuk mengajarinya baca dan menulis.
Haryati tidak mempunyai teman bermain, dia hanya bermain dengan saudara – sauadaranya
di dakan rumah. Keluarganya sangat bersedih dengan keadaab yang dialaminy. Haryati baru mulai berkomunikasi dengan masyarakat luar dari berumur 10 tahun, diumur itulah Haryati
memberanikan dirinya untuk berkomunikasi dengan mereka itupun atas bujukan seluruh keluarganya
Lambat laun ayah dan ibu Haryati berpikir apa yang bisa dikerjakan Haryyati dengan keadaannya seperti itu. Sampai suatu saat, ada tetangga Haryati yang juga cacat mengunjungi
Universitas Sumatera Utara
rumahnya dan menawarkan kepada Haryati untuk mengikuti pembinaan khusus penyandang disabilitas di P
anti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara. Awalnya Haryati menoak karena dia tidak berani berada jauh dari orang tua dan saudara
– saudaran yang lain apalagi dengan sifat dan sikap yang dimilki Haryati sulit bagi Haryati untuk berinteraksi dengan
orang lain. Setiap ada kesempatan seluruh keluarga membujuknya agar mau mengikuti pembinaan di panti tersebut agar hidupnya dapat lebih berkembang lagi.
Akhirnya, setelah bujukan yang sangat lama, Haryati pun menyetujui untuk ikut dalam kegiatan di Panti So
sial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara. Keluarga sangat senang dan berharap agar haryati menjadi orang yang lebih mudah berinteraksi dengan orang
lain dan memiliki bekal untuk memenuhi keberfungsian sosialnya. Usulan yang diberikan oleh tetangganya itu ternyata sangat bermanfaat, sebelumnya
tetangganya tersebut juga mengikuti pembinaan di panti tersebut dan tetangganya menjelaskan kegiatan
– kegiatan yang akan diterima Haryati. Setelah Haryati terdaftar menjadi salah satu klien di panti itu, Haryati masih berkomunikasi dengan keluarganya,
melalui handphone Haryati selalu berkomunikasi dengan keluargnya. Setiap ada kesempatan, Haryati sering juga pulang ke rumahnya, dengan mendapatkan izin dari pekerja sosial yang
bertanggung jawab atas dirinya. Intensitas hubungan keluarga Haryati terjadi seminggu sekali dengan dirinya.
Keluarga tidak sering melakukan komunikasi terlebih dahulu karena ingin membiarkan Haryati menjadi orang yang mandiri dan bertanggung jawab. Biasanya Haryati
berkomunikasi dengan keluarganya membahas keadaan dan perkembangan dirinya. Setiap ada masalah pun Haryati bercerita dengan keluarganya khususnya dengan abang bernama
Aryadi. Haryati sangat dekat dengan abangnya. Abangnya selalu menjadi tempat curahan hari bagi dirinya, biasanya abangnya menjadi pendengar sejati dan jika diperlukan abangnya akan
Universitas Sumatera Utara
berusaha membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi haryati. Tetapi Haryati lebih memilik untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Keluarga Haryati selalu mengajak dirinya untuk pergi ke acara keluarga atau acara –
acara lain. Agar Haryati terbiasa berkomunikasi dengan orang lain. Tak jarang Haryati menolak ajakan keluarganya, tetapi ibunya selalu mendesak untuk ikut. Di dalam keluargnya
Haryati sangat diperdulikan aaoalagi abangnya itu, hampir setiap hari abangnya menanyakan keadaaanya, apakah sakit atau sudahnya haryati makan, abangnya selalu menanyakan hal
– hal seperti itu.
Kecacatan yang dialami Haryati, tidak membuat ia diabaikan dalam keluarnya., karena semua keluarga menanggap bahwa itu sudah takdir dari Tuhan Yang Maha Esa maka
mereka tidak pernah menyesali apa yang terjadi dalam hidupnya. Perilaku keluarganya pun sangat baik terhadapnya, tetapi di rumah ia selalu dihajilin oleh adiknya yaang bernama Ika.
Ika sangat sering mengusili Haryati tetapi biar begitu pun Ika sangat menyanyangi kakaknya itu.
Saat hari libur mereka sekeluarga selalu berlibur bersama. Keluarga mereka sangat dekat, Haryati selalu diakui oleh keluargnya dan ketika ada yang mengejek
– ejenya dirinya dari orang luar, keluarganya selalu menyemangat dirinya. Haryati selalu meminta sesuatu
dengan abangnya, karena abangnya sudah menghasilkan uangnya sendiri Haryati tidak segan untuk minta uang kepada abangnya. Keluarga Haryati sangat melindunginya, saat ada orang
luar yang smenjahatinya keluarga pasti memarahi orang tersebut. Keluarga selalu membantu dirinya saat sedang kesusahan. Misalnya, saat Haryati
membutuhkan transportasi abang dan ayahnya selalu mengatarkan dirinya kemana pun tujuan yang akan di datanginya. Abangnya selalu menjadi sasaran utara untu dimintai pertolongan.
Universitas Sumatera Utara
Karena Haryati dan abangnya sangat dekat dan abangnya sangat menyayangi Haryati, jika abangnya masih bisa membantu Haryati, maka abangnya pasti akan membantunya.
Sayangnya, Haryati dan keluarganya tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, padahal keluargnya dalam kategori yang kurang mampu. Ayah dan ibunya
memiliki tanggungan yang banyak tetapi keluarga tidak pernah menerima bantuan untuk penyandang disabilitas seperti Haryati.
Hubungan yang terjalin anatara Haryati dengan ibunya sangat dekat apalagi dengan abangnya itu. Abangnya selalu mendengarkan keluh kesahnya, misalnya saat di panti ada
masala dengan teman sekamarnya, Haryati menceritakan hal tersebut dengan abangnya dan Haryati sangat nyaman bercerita dengan abangnya. Keluarganya selalu memberikan perhatian
kepadanya. Setelah berada di dalam panti, Haryati mendapatkan keterampilan menjahit. Apalagi
haryati juga mendapatkan banyak teman disana. Haryati sudah berubah, tidak perndiam lagi dan Haryati juga dapat dengan mudah berinteraksi dengan orang lain. Haryati juga sudah
memenuhi kebutuhnya, di panti Haryati menjadi orang yang mandiri. Dulu di lingkungan rumahnya Haryati tidak pernah ikut serta dala perayaan yang diadakan tetapi sekarang selama
berada di panti Haryati ikut berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan yang diadakan panti dan
haryati sudah mampu memecahkan masalahnya sendiri dengan bijaksana. Peran Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara sangat besar. Para staf
membantu dan berhasil merubah sifat dan sikap Haryati yang dulunya pendiam menjadi bisa berinteraksi dengan orang lain. Selepas Haryati menyelesaikan pembinaannya, Haryati
berenana untuk membuka usaha penjahitan di rumahnya agar dapat membantu keuangan orang tuanya.
Universitas Sumatera Utara
5.4 Informan Biasa