27
stmulus tak terkondisi itu pada suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi. Bentuk belajar seperti ini dapat membantu kita memahami
bagaimana siswa dapat menyenangi dan tidak menyenangi sekolah atau bidang studi tertentu. Bentuk belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa
dipasangkan dengan yang lain pada suatu waktu. Belajar operant berarti kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku
itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu. Belajar observasional berarti pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan
kejadian-kejadian. Sedangkan belajar kognitif berarti kita dapat melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dapat menyelami pengertian
Ratna Wilis Dahar, 1989:12-18.
b. Teori Belajar Konstruktivisme
Paul Suparno 1997: 28, belajar merupakan proses mengkonstruksi membangun pengetahuan melalui interaksi dengan objek, fenomena,
pengetahuan, dan lingkungan. Sehingga diperlukan keaktifan dari masing-masing siswa. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja, tetapi harus dibentuk dan
dibangun sendiri oleh setiap individu. Pengetahuan bukan merupakan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus.
Keaktifan seseorang amat berperan dalam perkembangan pengetahuan tersebut. Beberapa faktor seperti keterbatasan konstruksi yang terdahulu, dan
struktur kognitif seseorang dapat membatasi pembentukkan pengetahuan tersebut. Sebaliknya, situasi konflik yang membuat orang dipaksa untuk berpikir lebih
mendalam serta situasi yang menuntut orang untuk membela diri dan menjelaskan lebih rinci, akan mengembangkan pengetahuan seseorang Paul Suparno, 1997:
28. Asri Budiningsih 2005: 58 menyatakan bahwa belajar merupakan pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh pebelajar. Ia harus aktif
melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna terhadap hal-hal yang dipelajari.
Dari pengertian belajar yang dikemukakan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar merupakan aktivitas siswa dalam upaya untuk
28
membentuk pengetahuan dalam bentuk struktur kognitif dan afektif yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak.
c. Teori Motivasi
Perspektif motivasional
pada pembelajaran
kooperatif terutama
memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja. Struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara
anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan personal mereka,
anggota kelompok harus membatu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil, dan mungkin yang lebih penting,
mendorong anggota satu kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal. Dengan kata lain, penghargaan kelompok yang didasati pada kinerja kelompok atau
penjumlahan dari kinerja individual menciptakan struktur penhargaan interpersonal dimana anggota kelompok akan memberikan atau menghalangi
pemicu-pemicu sosial seperti pujian dan dorongan dalam merespons usaha- usaha yang berhubungan dengan tugas kelompok.
Slavin, 2005: 34 - 35
2. Metode Pembelajaran