88
a. Pengumpulan data;
b. Sumber data;
c.
Critical friend
dalam penelitian; d.
Analisis data. Adapun langkah-angkah yang dilakukan dalam observasi adalah sebagai
berikut: a.
Pelaksanaan pengamatan baik oleh guru maupun peneliti sendiri; b.
Mencatat semua hasil pengamatan ke dalam lembar observasi; c.
Mendiskusikan dengan guru maupun dosen sebagai
critical friend
terhadap hasil pengamatan setelah proses pembelajaran selesai; d.
Membuat kesimpulan hasil pengamatan Sedangkan langkah-langkah evaluasi yang dilaksanakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut: a.
Menyiapkan alat-alat evaluasi; b.
Melaksanakan evaluasi setelah proses pembelajaran selesai; c.
Melaksanakan analisis hasil evaluasi; d.
Kriteria keberhasilan tindakan.
5. Tahap refleksi
reflecting
Refleksi adalah kegiata mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada siswa, suasana kelas, dan guru. Langkah-lanhkah dalam kegiatan
analisis dapat dilakukan sebagai berikut: a.
menganalisis tanggapan siswa pada lembar angket; b.
mencocokkan pengamatan oleh guru pada lembar monitoring. Apabila hasil pengamatan ternyata siswa mengikuti pelajara dengan antusias yaitu siswa
aktif, perhatian siswa tertuju pada pelaran, siswa merespon dan terjadi komunikasi multi arah maka model pembelajaran yang dilaksanakan
dinyatakan menarik dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan daya serap yang tinggi.
89
Berdasarkan hasil refleksi penelitian mencoba untuk mengatasi kekurangan atau kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang telah dilakukan.
Dari data hasil refleksi, baik keberhasilan maupun kegagalan dalam pelaksanaan tindakan maka peneliti dengan guru mengadakan diskusi untuk
mengambil kesepakatan menentukan tindakan perbaikan berikutnya siklus II dalm proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada tindak lanjut dari guru yang bersangkutan untuk melakukan perbaikan serta mengembangkan strategi
pembelajaran yang tepat agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Adapun prosedur penelitian secara skematis dapat dilihat pada gambar 16.
90
SIKLUS I
SIKLUS II
Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi I
Refleksi II Observasi I
Observasi II
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan I
Belum Terselesaikan
Terselesaikan Tidak
Terselesaikan MASALAH
Gambar 16. Skema Prosedur Penelitian
91
Berikut ini meripakan indikator keberhasilan Siklus I dan Siklus II yang tertuang dalam tabel 4.
Tabel 4. Indikator Keberhasilan Siklus I dan II
Aspek yang dinilai
Cara Penilaian Target
Siklus I Target
Siklus II
Kerjasama atau kolaborasi
siswa dalam kelompok
Dihitung dari:
100 ker
x ompok
seluruhkel jasama
kelompokbe
å å
=
40 Bekerjasama
50 Bekerjasama
Frekuensi banyaknya
siswa yang bertanya
Dihitung dari:
100 tan
x wa
seluruhsis ya
siswaber
å å
= 20
Bertanya 30
Bertanya
Hasil belajar aspek
kognitif Dihitung dari:
100
x wa
seluruhsis s
siswatunta
å å
= 65
Tuntas 75
Tuntas
92
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tahap Persiapan
Berdasarkan observasi awal peneliti melalui wawancara, observasi kesulitan belajar, dan observasi langsung di lapangan pada mata pelajaran Kimia
diketahui bahwa guru biasa menggunakan metode ceramah dengan memberikan contoh–contoh yang menguatkan tentang materi tersebut, kemudian menunjuk
siswa untuk maju ke depan dan mengerjakan soal yang diberikan dalam proses pembelajaran. Pada saat pembelajaran siswa hanya diam dan mendengarkan
ceramah dari guru di kelas maka lama–kelamaan siswa merasa jenuh dan cenderung ngobrol dengan teman sebangkunya dan bermain – main sendiri di
dalam kelas misalnya dengan menggambar di kertas. Selain dalam hal kejenuhan siswa pada saat pembelajaran kimia, kendala
yang dialami guru dalam mengajar diantaranya adanya keterbatasan alat dan bahan laboratorium kimia sehingga perannya sebagai media pembelajaran kurang
dioptimalkan oleh guru. Dari tiga guru kimia yang ada di SMA Muhammadiyah I Surakarta, hanya satu guru yang menggunakan laboratorium sebagai media
pembelajaran pada materi tertentu. Sedangkan kelebihan yang dimiliki oleh SMA Muhammadiyah I Surakarta berupa komputer sebanyak ± 24 unit belum
dioptimalkan sebagai media pembelajaran kimia. Masalah-masalah tersebut mengakibat rendahnya prestasi belajar kimia khususnya pada materi pokok Laju
Reaksi Melihat siswa yang terdiri dari berbagai kemampuan cenderung masih
pasif dalam proses pembelajaran serta masih rendahnya kerja sama yang dimiliki siswa dalam mempelajari materi yang diajarkan guru, maka pembelajaran dengan
metode kooperatif GI dapat diterapkan pada proses pembelajaran di sekolah tersebut. Dengan metode kooperatif GI menuntut siswa berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran. Ketika siswa kurang aktif di kelas maka siswa cenderung