viii guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran, namun siswalah yang menjadi pusat
pembelajaran. Guru berusaha sekuat tenaga untuk membuat siswa menguasai materi belajar dengan mengerahkan segenap potensi fisik dan memtal mereka.
Bantuan musik, media pembelajaran, buku, pujian, dan situasi yang kondusif senantiasa diberikan oleh guru. Demikian juga pengenalan yang total kepada siswa
akan menyebabkan hubungan baik antara guru dan siswa yang pada gilirannya akan mengoptimalkan hasil belajar siswa.
5. Relevansi Quantum Learning dengan Pembelajaran Apresiasi Puisi di SMP
Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, bahwa quantum learning memiliki prinsip serta petunjuk teknis untuk menciptakan lingkungan
belajar yang efektif, maka sejumlah prinsip dan petunjuk yang dimiliki model QL ini relevan apabila diterapkan di dalam pembelajaran apresiasi puisi di Sekolah
Menengah Pertama. Dikatakan demikian karena dalam pembelajaran apresiasi puisi di Sekolah Menengah Pertama pada saat ini terdapat permasalahan.
Pembelajaran apresiasi puisi di SMP menemui kendala yaitu makin sulit menemukan guru yang mau mengajarkan apresiasi sastra khususnya puisi
demi terciptanya kenikmatan bagi para murid setelah mengapresiasi puisi. Hal ini disebabkan tindakan tersebut dianggap hanya akan menghabiskan waktu pelajaran.
Fenomena yang ada sekarang, biasanya waktu yang tersedia untuk pembelajaran apresiasi puisi digunakan untuk menjejalkan kepada murid materi yang akan keluar
dalam ujian akhir. Terlebih lagi, selama ini format soal dalam ujian akhir yang
viii terstandar tidak memadai untuk menangkap dan mengukur kenikmatan murid
dalam berpuisi Anita Lie, 2005:7. Padahal pada hakikatnya puisi yang dikaji dan diapresiasikan itu akan menjadi bermanfaat bagi murid apabila sampai pada cheers
kepuasan dan applause kekaguman. Suatu hal yang seringkali tidak dipahami berbagai pihak berkenaan dengan
pembelajaran apresiasi puisi adalah pemilihan puisi sebagai bahan ajar yang bermanfaat bagi pembinaan mental. Salah satu jalan yang dapat dimanfaatkan
untuk melaksanakan pembelajaran apresiasi puisi sebagai pembinaan mental itu ialah menghayati ‘penghayatan puisi’ Suminto A. Sayuti, 1985:193, sehingga
puisi dapat memberikan pengertian yang mendalam tentang manusia dan memberikan interpretasi serta penilaian terhadap berbagai peristiwa dalam
kehidupan. Agar apresiasi puisi menjadi kegiatan yang prioritas dan menyenangkan di
sekolah, maka penciptaan orkestrasi pembelajaran, seperti yang ditawarkan pada model QL dapat diangkat menjadi model pembelajaran apresiasi puisi. Hal ini
menjadi relevan dengan pembelajaran apresiasi puisi yang sesuai dengan hakikatnya hingga siswa akan dapat mencapai cheers kepuasan dan applause
kekaguman. Di dalam mewujudkan pembelajaran apresiasi puisi yang dapat mencapai kepuasan dan kekaguman di sekolah menengah pertama, salah satu
teknik yang dapat diwujudkan yaitu dengan mengintegrasikan pembelajaran puisi
viii dengan lagu-lagu yang mempunyai kemiripan tema. Hal ini bermanfaat untuk
membangkitkan minat siswa.
6. Pembelajaran Puisi yang komunikatif dan Apesiatif dalam Orkestra