viii untuk menghidupi keluarga dan sanak familinya di desa. “Karena itu, kerja
dianggap sebagai “pesta kerja”. Perempuan-perempuan itu dikatakan penyair “di atas roda-roda baja
mereka berkendara”. Majas yang digunakan penyair untuk megumpamakan
kereta api adalah “roda-roda baja”. Perjuangan mereka sangat berat. Maka penyair menggambarkan “mereka berlomba dengan surya menuju ke gerbang
kota”. Untuk mencari nafkah, para perempuan itu beradu cepat, seperti lari, agar
segera sampai di kota Solo. Di pasar kota Solo mereka masih harus berjuang
lebih keras lagi., Dikatakan bahwa mereka”merebut hidup di pasar-pasar kota”.
Untuk mendapatkan nafkah laba dari hasil penjualan hasil bumi, ia berjuang keras di pasar itu. Hidup harus direbut.
Mereka itu disebut oleh penyair sebagai wanita-wanita perkasa, yaitu
“akar-akar yang malata dari tanah perbukitan turun ke kota”,
artinya pencari kehidupan atau nafkah bagi keluarga di lereng Gunung Lawu daerah Walikukun,
Ngawi. Mereka juga disebut “cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa”
di sekitar tempat tinggalnya dengan tulus ikhlas. Kerja mereka dapat menghidupi banyak keluarga bagaikan akar yang melata jauh.
B. Bermusik dalam Puisi
Persiapkan iringan musik untuk puisi tersebut di atas Tampilkan pembaca puisi yang andal untuk membaca puisi tersebut Berikan applaus sesudah
pembacaan berakhir. Jawablah pertanyaan berikut:
1. Jelaskan tema puisi Perempuan-perempuan Perkasa tersebut 2. Di kota mana para perempuan tersebut menuju ke pasar kota?
3. Para perempuan itu sedih atau bahagia melaksanakan tugasnya yang berat?
4. Berikan bukti dari puisi tersebut bahwa mereka bekerja keras
viii 5. Penghasilan para perempuan tersebut untuk menghidupi siapa saja?
C. Memahami Unsur-Unsur Puisi
Bentuklah kelompok masing-masing 5 - 6 orang anggota, kemudian diskusikanlah pertanyaan berikut
a. Jelaskan rima yang terdapat dalam puisi tersebut b. Citraan apa yang terdapat dalam ungkapan ‘roda baja’?
c. Apa nama gaya bahasa dari: - pesta kerja
- berlomba dengan surya - merebut hidup
- ke gerbang kota d. Apa nama majas “akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke
kota”? e. Apa amanat puisi tersebut menurut Anda
Kumpulkan hasil diskusi Anda
D. Menulis Resensi Puisi
1. Masih di dalam kelompok yang telah terbentuk tadi, coba buatlah resensi terhadap puisi “Perempuan-perempuan Perkasa” tersebut dan berikan
pendapat tentang keindahan yang dimiliki oleh puisi tersebut 2. Bacakan hasil resensi tersebut di depan kelas oleh wakil tiap kelompok
3. Guru menentukan hasil resensi terbaik kemudian berikan applaus kepada peresensi terbaik tersebut
viii
Puisi 4 Puisi Periode Angkatan 45 Surat dari Ibu
Asrul Sani, 1948
Pergi ke dunia lusa, anakku sayang Pergi ke hidup bebas
Selama angin masih buritan Dan matahari pagi menyinar daun-daunan
Dalam rimba dan padang hijau Pergi ke laut lepas, anakku saying
Pergi kea lam bebas Selama hari belum petang
Dan warna senja belum kemerah-merahan Menutup pintu waktu lampau
Jika bayang telah pudar Dan elang laut pulang ke sarang
Angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri
Dan nakhoda sudah tahu pedoman Boleh engkau datang padaku
Kembali pulang, anakku saying Kembali ke balik malam
Jika kapalmu telah rapat ke tepi Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari”
viii
A . Mengenal Kata-kata Sukar
Dalam puisi di atas ada beberapa kata dan ungkapan sukar sebagai berikut: 1. Pergi ke dunia luas, artinya mencari pengalaman sebanyak mungkin.
2. Selama angin masih angin buritan, artinya selama hambatan masih kecil. 3. Matahari pagi menyinar daun-daunan, artinya kesulitan dan kekurangan
dapat diatasi oleh pertolongan orang lain. 4. Rimba dan padang hijau, artinya masyarakat yang memberikan kesempatan
berkarya. 5. Hari belum petang, artinya usia belum tua.
6. Warna senja kemerah-merahan, artinya tenaga dan pikiran sudah berkurang. 7. Menutup pintu waktu lampau, artinya menutup kesempatan berkarya.
8. Bayang telah pudar, artinya semangat bekerja telah susut. 9. Elang laut pulang ke sarang, artinya ingat rindu kampung halaman.
10. Angin bertiup ke benua, artinya lupakan kehidupan duniawi. 11. Tiang-tiang akan kering sendiri, artinya tubuh akan semakin rapuh.
12. Kembali ke balik malam, artinya menemui ajal. 13. Kapalmi telah rapat ke tepi, artinya hidup telah berakhir.
14. Hidupmu pagi hari, artinya mengenang masa muda.
B. Bermusik dalam Puisi