Pembelajaran Puisi Berdasarkan KTSP

viii sifat antara lain: perubahan itu terjadi secara sadar, perubahan itu bersifat kontinyu, perubahan itu bersifat positif, dan perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa hakikat pembelajaran puisi adalah suatu proses mengenal, memahami, menghayati, menikmati, menghargai, dan menciptakan puisi yang dilakukan oleh siswa dengan difasilitasi oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dapat terjadi di dalam maupun di luar kelas.

d. Pembelajaran Puisi Berdasarkan KTSP

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan bahwa pembelajaran sastra ditekankan pada aspek apresiasi. Apresiasi karya sastra meliputi apresiasi prosa, apresiasi drama, dan apresiasi puisi. Pembelajaran sastra, termasuk di dalamnya puisi, merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada siswa, agar mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa http:www.depdiknas.go.idsikepIssueSENTRA1F33.html. Apresiasi adalah penghargaan terhadap karya sastra yang didasarkan pada pemahaman. Pemahaman terhadap karya sastra adalah kemampuan untuk memahami atau menghargai nilai-nilai seni yang terkandung di dalam cipta sastra viii Ensiklopedia Sastra Indonesia, 2004:76. Dengan demikian, apresiasi sastra dapat dikatakan sebagai kemampuan menikmati, menghargai, dan menilai karya sastra. Menurut Saini K.M. dalam Ensiklopedia Sastra Indonesia, 2004:76, secara teori apresiasi sastra memiliki beberapa tahap. Tahap pertama adalah keterlibatan jiwa, ketika pembaca mulai memikirkan, merasakan, dan membayangkan hal-hal yang dirasakan sastrawan pada saat sastrawan itu mencipta karya sastra. Sedangkan tahap kedua adalah ketika pembaca mulai menelaah karya sastra dengan menggunakan pikiran maupun konsep-konsep sastra yang pernah dipelajairinya. Tahap ini disebut juga sebagai tahap kritis atau tahap intelek. Adapun tahap terakhir dimulai pada saat pembaca mulai menghubungkan pengalaman yang diperolehnya dari karya satra yang dibacanya dengan pengalaman dalam kehidupan nyata. Pada tahap ini karya sastra dibaca dari sejarah perkembangannya, sehingga nilai nisbi karya sastra dapat ditentukan secara lebih seksama dan teliti. Tahap yang lebih tinggi adalah kemampuan menghasilakan cipta sastra atau karya sastra baru sebagai reaksi dari membaca karya satra tertentu. Herman J. Waluyo 2003:44 menyatakan bahwa apresiasi puisi berhubungan dengan kegiatan yang ada sangkut-pautnya dengan puisi, yaitu mendengar atau membaca puisi dengan penghayatan, menulis puisi, dan menulis resensi puisi. Apresiasi puisi sebagai penghargaan atas puisi sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan atas karya sastra yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung di viii dalam puisi itu Abdul Rozak Zaidan 1991 dalam Herman J. Waluyo, 2003:44. Dari batasan ini, syarat untuk dapat mengapresiasi adalah kepekaan batin terhadap nilai-nilai karya satra, sehingga seseorang: a mengenal, b memahami, c mampu menafsirkan, d mampu menghayati, dan e dapat menikmati karya sastra tersebut. Senada dengan pendapat di atas pendapat Disick sebagaimana dikutip Herman J. Waluyo 2003: 45 menyebutkan adanya empat tingkatan apresiasi, yaitu: 1 tingkat menggemari, 2 tingkat menikmati, 3 tingkat mereaksi, dan 4 tingkat produktif. Jika seseorang baru pada tingkat menggemari, keterlibatan betinnya belum kuat. Pada tingkat ini, seseorang akan senang jika membaca atau mendengarkan puisi. Setelah sampai pada tingkat menikmati keterlibatan batin akan semakin mendalam. Pembaca akan ikut sedih, terharu, bahagia, dan sebagainya jika membaca puisi. Kemudian pada tingkat mereaksi, sikap kritis terhadap puisi lebih menonjol karena ia telah mampu menafsirkan dengan seksama dan mampu menilai baik-buruknya sebuah puisi. Pembaca mampu menunjukkan letak keindahan puisi dan kekurangan puisi. Sedangkan pada tingkat memproduksi, seseorang mampu untuk mendeklamsikan puisi, membuat puisi, dan membuat resensi puisi. Agar pembelajaran mengarah pada apresiasi, hendaknya pembelajaran puisi perlu memperhatikan konsep-konsep: 1 pembelajaran puisi diupayakan tidak mengarah pada pengetahuan tentang teori puisi, 2 pembelajaran puisi harus viii melibatkan secara langsung pada siswa dalam proses mengapresiasi, 3 guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan sendiri kenikmatan dan kemanfaatan dari membaca puisi, dan 4 pembelajaran diarahkan pada perolehan pengalaman batin dalam diri siswa yang mereka peroleh dari proses membaca puisi, mengenali, memahami, menghayati, menilai, dan akhirnya menghargai karya sastra.

e. Perencananaan Pembelajaran Puisi