25 mesin-mesin dan alat-alat tangkap. Pengeluaran ini hanya merupakan penilaian
yang tidak pasti, yang dilakukan disini hanya taksiran kasar.
2.3.4. Teknologi Penangkapan Ikan
Teknologi penangkapan ikan oleh para nelayan di indonesia pada umumnya masih mengalami keterbatasan teknologi dalam penangkapan ikan
Mulyadi, 2005:50. Alat tangkap yang digunakan masih sangat sederhana, sehingga wilayah tangkapan masih sangat terbatas hanya sekitar diperairan pantai.
Hal ini terkecuali jika pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik bersedia mengeluarkan biaya yang besar untuk meningkatkan teknologi yang lebih modern
dalam penangkapan ikan. Rendahnya teknologi penangkapan ikan mengakibatkan hasil tangkapan
menjadi terbatas, dengan kesederhanaan alat tangkap yang dimiliki, pada musim tertentu tidak ada tangkapan yang bisa diperoleh. Kondisi ini merugikan nelayan
karena secara riil rata-rata pendapatan perbulan menjadi lebih kecil. Namun apabila teknologi yang digunakann lebih modern itu tidak terlepas dari peran
pihak ketiga dalam proses produski perikanan tangkap, sehingga ini akan menekan harga produksi perikanan tangkap.
2.3.5. Pasar Produksi Perikanan
Dalam suatu komunitas nelayan biasanya terdiri dua kelompok besar, yaitu kelompok produsen para penangkap ikan dalam kelompok pemasaran para
pedagang yang membeli dan menjual kembali ikan hasil tangkapan nelayan. Dalam hal ini kelompok pemasaran dapat dikatakan sebagai institusi yang
menjebatani antara nelayan dengan pasar. Sementara itu kelompok produsen dapat
Universitas Sumatera Utara
26 dibedakan menjadi nelayan pemilik perahu dan peralatan perikanan juragan serta
nelayan yang bekerja sebagai buruh nelayan Mulyadi, 2005:79. Dewasa ini, hubungan hutang-piutang berdampak pada ketergantungan
secara ekonomi dengan mudah dapat dilihat pada hampir semua masyarakat nelayan. Pada awalnya hubungan tersebut masih bersifat mutualisme, dalam arti
nelayan sebagi klien membutuhkan pertolongan ekonomi dari patron pada saat paceklik. Sebaliknya pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik harus
menjual ikan hasil tangkapannya pada patronnya. Pada tahap-tahap awal harga yang ditetapkan oleh patron terhadap ikan hasil tangkapan kliennya masih cukup
memadai, tetapi lama kelamaan dengan berbagai alasan harga tersebut seringkali terus merosot. Kalau dominasi patron ini sudah sangat mencengkram kliennya,
hubungan yang terjalin kemudian lebih tepat dikatakan sebagai bentuk eksploitasi Mulyadi, 2005:81.
Kondisi semacam itu tetap lebih baik bagi nelayan pemilik meskipun berada dalam ketergantungan, tetapi hidupnya tetap terjamin bila sedang
menghadapi masa paceklik ikan atau kebutuhan ekonomi yang mendesak. Adapun alternatif pinjaman dari sumber lain seperti koperasi atau bank, sangat sulit karena
koperasi atau bank cenderung tidak mempercayai nelayan pemilik kalaupun dipercaya, diperlukan prosedur yang rumit serta agunan yang jelas, disamping
hambatan status sosial diantara petugas dan peminjam Mulyadi, 2005:82.
2.3.6. Strategi dan Indikator Pemberdayaan Masyarakat Nelayan