1
BAB I
PENDAHULUHAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Gagne Utami, 2010: 6 mengatakan bahwa belajar atau pembelajaran pada hakekatnya merupakan sebuah proses dimana siswa terlibat
pada aktifitas yang memungkinkan mereka memiliki kemampuan atau prilaku yang tidak dimiliki sebelumnya. Proses pendidikan merupakan interaksi antara
guru dan siswa serta dalam prosesnya mengajak siswa untuk aktif dan menggali pengetahuannya sendiri melalui benda konret yang ada disekitar. Dalam
pembelajaran disekolah, siswa belajar berbagai macam pelajaran seperti Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Pendidikan Agama, PKn dan
sebagainya. Mata pelajaran PKn sangatlah penting bagi siswa karena dalam pelajaran PKn siswa mendapatkan pendidikan karakter, sehinggga siswa memiliki
sikap yang bermoral baik, patriotis, cinta damai, saling menghargai antar sesama dan lain sebagainya. Selain itu PKn juga memberikan pengetahuan mengenai
sejarah bangsa Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan PKn merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam, baik dari segi agama, sosio- kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas,
terampil, dan berkarakter Susatim, 2010: 18. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan 2007: 110 meyebutkan bahwa mata pelajaran PKn bertujuan agar
siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1 Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan berpartisipasi aktif,
2
bertanggung jawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi, 2 Berkembang secara positif dan
demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama bangsa-bangsa lainnya, 3 Berinteraksi
dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Pembelajaran aktif harus tercipta dalam suatu proses pembelajaran. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa yang dijelaskan oleh Zaini, 2008: 114 yaitu
bahwa belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Ketika siswa hanya bersikap pasif dalam proses pembelajaran
atau menerima materi dari pengajar, ada kecenderungan siswa mudah sekali melupakan materi dari pengajar, sedangkan dalam pembelajaran aktif siswa diajak
untuk turut serta dalam proses pembelajaran baik mental juga fisik. Dengan cara seperti ini siswa akan merasakan proses belajar yang menyenangkan, bervariasi,
dan tidak monoton sehingga diharapkan hasil belajar yang didapatkan siswa akan lebih baik. Suasana belajar dan proses pembelajaran dalam kelas dijelaskan oleh
Hamzah, 2012: 75, yaitu suasana yang semestinya tercipta dalam proses pembelajaran adalah siswa yang belajar benar-benar berperan aktif dalam
pembelajaran. Proses belajar di dalam kelas harus melibatkan siswa secara aktif, menarik, dan tidak monoton.
Utami 2010: 3 menjelaskan proses belajar yang monoton, proses belajar yang monoton masih menjadi pemandangan umum di sebagian besar sekolah-
sekolah. Ceramah masih menjadi metode yang sering dilakukan oleh guru dalam mengajar, sehingga menghasilkan siswa yang berpengetahuan tetapi siswa hanya
3
sedikit ketrampilan.Potensi ketrampilan dan kreatifitasnya menjadi kurang dikembangkan. Pengetahuan mereka umumnya berasal dari proses menghafal
materi yang disampaikan oleh guru bukan dari hasil temuannya sendiri. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa siswa cenderung pasif dalam
pembelajaran, siswa akan malas belajar karena materi dan cara guru dalam meyampaikan materi yang cenderung membosankan, sehingga kondisi tersebut
akan berdampak pada prestasi siswa. Prestasi yang rendah disebabkan oleh keaktifan siswa yang rendah pula dalam mengikuti proses belajar mengajar di
sekolah Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SDN Kledokan pada
tanggal 26 Agustus 2015 di kelas V pada mata pelajaran PKn, dokumentasi keaktifan diperoleh data siswa yang masuk kriteria minimal cukup aktif pada
indikator 1 berjumlah 20 dengan nilai keaktifan 28,56, indikator 2 berjumlah 30 dengan nilai keaktifan 25,14, dan indikator 3 berjumlah 20 dengan nilai
keaktifan 23,34. Keseluruhan indikator nilai keaktifan hanya 27,39 dengan persentase keseluruhan siswa yang memenuhi kriteria minimal cukup aktif
26,87. Siswa dikatakan masih kurang aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, kurang aktif mengungkapkan pendapat dan pertanyaan, dan siswa
tidak bertanggung jawab terhadap tugas. pengamatan nilai Ujian Tengah Semester tahun ajaran 20132014, rata-rata nilai UTS siswa Semester I yaitu 73. Sebanyak
19 siswa mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal dari 35 siswa. Berdasarkan masalah yang ditemukan, peneliti mencoba mencari solusi
untuk pembelajaran PKn di kelas V dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievment Division STAD untuk meningkatkan keaktifan
4
dan prestasi belajar siswa kelas V SDN Kledokan pada mata pelajarn PKn tahun ajaran 20152016. Menurut Insoni dalam Taniredja 2011: 64 pembelajaran
STAD menekankan pada adanya aktifitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam penguasaan materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal. Dengan menerapkan model kooperatif learning tipe Student Teams Achievment Division STAD diharapkan siswa dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa.
1.2 Batasan Masalah