Go’ét yang Berfungsi untuk Religi

3.3.2 Go’ét yang Berfungsi untuk Religi

Ungkapan yang mengandung nilai religi merupakan tindak tutur lokusi karena hanya berupa informasi yang berfungsi untuk menggambarkan hubungan masyarakat Manggarai dengan wujud tertinggi yang disebut Mori Tuhan yang menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya. Sebagai pencipta, Tuhan mempunyai kuasa untuk mengatur segala sesuatu yang ada di muka bumi. Masyarakat Manggarai percaya bahwa Tuhan itu adalah roh dan Ia tinggal di suatu tempat tertentu, manusia dan alam tidak berdaya terhadap kuasa-Nya. Berikut ini akan diuraikan mengenai go’e t Manggrai untuk tujuan religi. 32 Mori agu Ngara’n ata Jari De dek tana wa awang’n eta Ungkapan Mori agu Ngara’n ata Jari De dek tana wa awang eta merupakan gambaran kepercayaan masyarakat Manggarai yang meyakini adanya kekuasaan tertinggi, melebihi daya jangkauannya, yang mempunyai kuasa untuk menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya. 33 Imbi Mori’n ai Hia ata De dek ite - Mori Jari agu Dedek Ungkapan imbi Mori’n ai Hia ata de dek ite - Mori Jari agu Dedek merupakan sebuah ungkapan gambaran kepercayaan masyarakat Manggarai yang mengakui bahwa hanya Tuhan-lah yang mempunyai kekuasaan tertinggi, yang menciptakan manusia beserta alam semesta dan segala isinya. 34 Mori ata pukul par agu kolep Ungkapan Mori ata pukul par agu kolep merupakan gambaran kepercayaan masyarakat Manggarai yang mengakui kekuasaan Tuhan sebagai Pencipta tak terbatas oleh waktu, dari terbitnya matahari hingga terbenamnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 Mori nipu riwu ongko do Ungkapan Mori nipu riwu ongko do merupakan gambaran kepercayaan orang Manggarai yang menyakini bahwa Tuhan Allah-lah yang mengatur segala sesuatu yang ada di muka bumi. Segala sesuatu yang terjadi pada manusia adalah atas kehendak Tuhan sebagai seorang penguasa dan pencipta. Manusia hanya bisa pasrah dan tunduk pada kekuasaan-Nya. 36 Toe nganceng pangga’n kuasa de Ngara’n - toe nganceng kepe’n ngoeng de De dek Ungkapan toe nganceng pangga’n kuasa de Ngara’n - toe nganceng kepe’n ngoeng de de dek merupakan gambaran keyakinan orang Manggarai yang meyakini bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan Tuhan sebagai Sang Pencipta. Apa pun itu jika sudah menjadi kehendak Tuhan pasti akan terjadi. 37 Suju neka tumpus - ngaji neka caling - ngaji bilang bari kamping jari Ungkapan suju neka tumpus - ngaji neka caling - ngaji bilang bari kamping Jari merupakan gambaran kepercayaan serta keyakinan orang Manggarai yang selalu mengucap syukur atas segala karunia yang diberikan Tuhan. 38 Io agu naring Mori’n agu Ngara’n bate Jari agu De dek Ungkapan io agu naring Mori’n agu Ngara’n bate Jari agu de dek merupakan gambaran keyakinan orang Manggarai, bahwa sebagai Sang Pencipta, Tuhan harus disembah dan dipuji karena telah memberikan kehidupan bagi mausia. 39 Hiang Hia ata pukul par’n awo - kolep’n sale - ulun le - wa’in lau - awang’n eta - tana’n wa Ungkapan hiang Hia ata pukul par’n awo - kolep’n sale - ulun le -wa’in lau - awang’n eta - tana’n wa merupakan gambaran kewajiban orang Manggarai untuk menghormati Tuhan sebagai Pencipta yang memiliki kekuasaan yang tak terbatas waktu, mengatur segala sesuatu yang ada di bumi, sebagai ungkapan rasa syukur atas segala karunia yang telah diberikan Tuhan. 40 Pong dopo ngalor masa Ungkapan pong dopo ngalor masa merupakan gambaran kepercayaan orang Manggarai yang meyakini bahwa di daerah berawa-rawa atau di palungan air yang kering, dihuni oleh makhluk halus yang bisa mendatangkan kesejahteraan sekaligus mendatangkan bencana. Walaupun mengakui Tuhan sebagai pemilik kekuasaan tertinggi, namun orang Manggarai juga meyakini ada kekuatan lain yang ada di muka bumi, berada di bawah kekuasaan Tuhan sebagai pencipta tetapi dapat mempengaruhi kehidupan manusia. 41 Hau muing be sina - ami muing be ce’e Ungkapan hau muing be sina - ami muing be ce’e merupakan sebuah doa agar orang yang telah meninggal tidak mengganggu keluarganya yang masih hidup. Ungkapan tersebut diucapkan oleh tetua adat pada saat upacara adat kematian. 42 Porong hau kali pangga pa’ang - nggalu nggaung Ungkapan porong hau kali pangga pa’ang - nggalu nggaung merupakan sebuah doa yang diucapkan oleh tetua adat pada saat upacara kematian. 43 Amé rinding mane - iné rinding wié 44 Ronan e ta mai - winan wa mai Ungkapan 43 dan 44 merupakan sebutan metonimis untuk Wujud Tertinggi. Ungkapan tersebut menggambarkan keyakinan orang Manggarai yang meyakini bahwa sebagai Wujud Tertinggi, Tuhan tidak hanya sekedar menciptakan manusia, tetapi Ia juga menjaga dan selalu menyertai manusia dalam keseharian mereka. 45 Mori Krae ng Ungkapan Mori Krae ng merupakan nama metonimis untuk Wujud Tertinggi. Nama tersebut sering diucapkan dalam doa-doa pribadi orang Manggarai.. 46 Porong asi koe irus one isung - lu’u one mata - one kilo dise Ungkapan porong asi koe irus one isung - lu’u one mata - one kilo dise digunakan pada saat upacara adat kematian kematian. Ungkapan tersebut merupakan sebuah doa yang berfungsi untuk menguatkan keluarga yang ditinggalkan. 47 Boto hamar one  anak - dedam one wela - pao one bangkong Ungkapan boto hamar one  anak - dedam one wela - pao one bangkong digunakan pada saat upacara ada kematian dan upacara penti, yang diucapkan oleh tetua adat. Ungkapan tersebut merupakan sebuah doa yang ditujukan kepada roh atau arwah para leluhur agar tidak mengambil keluarganya yang masih hidup. Untuk itu, para arwah tersebut diberi persembahan berupa sesajen. 48 Porong asi koe irus one isung - lu’u one mata - one kilo dise Ungkapan porong asi koe irus one isung - lu’u one mata - one kilo dise merupakan sebuah doa yang diucapkan oleh tetua adat pada saat upacara adat kematian, untuk menguatkan keluarga yang tertimpa musibah atau keluarga yang ditinggalkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3.3.3 Go’ét yang Berfungsi untuk Tujuan Sosial