Selain berisi nilai pendidikan dan nilai moral, kedua contoh di atas juga merupakan ide, pandangan, serta perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh setiap anggota
masyarakat Manggarai dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat. Nilai pendidikan yang terdapat dalam kalimat Mori agu Ngara’n ata Jari De
dek tana’n wa awang e
ta yaitu berisi ajaran agar umat manusia mengakui dan menghormati Tuhan sebagai Sang Pencipta, asal mula dari segala sesuatu yang ada di bumi, dan sebagai
kekuasaan yang tertinggi. Kalimat kantis nai rai ati mengandung nilai pendidikan serta nilai moral mengenai apa yang harus dilakukan oleh seseorang untuk mencapai
sebuah kesuksesan yaitu dengan cara bekerja keras dan tekun dalam berusaha. Kedua ungkapan tersebut merupakan pandangan, keinginan serta sikap masyarakat
Manggarai dalam keseharian di lingkungan masyarakat. Ada dua alasan pemilihan topik penelitian ini. Pertama, belum ada peneliti
yang mengumpulkan go’e t Manggarai dengan mencatat secara lengkap mengenai
makna serta fungsi yang terkandung dalam go’e t Manggarai. Kedua, go’et
Manggarai sebagai salah satu bagian dari budaya Manggarai hanya dikuasai dan dipahami oleh para orang tua tertentu dalam lingkungan masyarakat Manggarai. Jika
para penutur asli meninggal dunia, suatu hari nanti go’e t Manggarai akan hilang
karena tidak adanya proses pewarisan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pewarisan budaya bagi masyarakat Manggarai.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan yang dibahas adalah: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.2.1 Apakah makna go’e
t Manggarai dalam kehidupan sosial masyarakat Manggarai?
1.2.2 Apakah fungsi go’e
t Manggarai dalam kehidupan sosial masyarakat Manggarai?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1.3.1
Menjelaskan makna go’e t dalam kehidupan sosial masyarakat Manggarai;
1.3.2 Menjelaskan fungsi go’e
t dalam kehidupan sosial masyarakat Manggarai.
1.4 Manfaat Penelitian
Secara teoretis, hasil penelitian ini bermanfaat dalam bidang semantik dan bidang pragmatik. Dalam bidang semantik, hasil penelitian ini bermanfaat untuk
menganalisis jenis-jenis makna yang terdapat dalam go’e t Manggarai. Dalam bidang
pragmatik, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memahami tuturan yang diucapkan penutur agar dapat dipahami oleh mitra bicara. Secara praktis, hasil penelitian ini
dapat menambah perbendaharaan pustaka, khususnya kebudayaan daerah. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi sarana pewarisan budaya, menjadi tolak ukur
dalam melakukan penelitian baru dalam bidang kebudayaan dan memperkenalkan go’e
t sebagai salah satu kebudayaan Manggarai. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.5 Tinjauan Pustaka
Nggoro 2004 dalam bukunya yang berjudul Budaya Manggarai: Selayang Pandang membahas go’e
t Manggarai secara sepintas dalam kaitannya dengan budaya Manggarai mengenai hubungan kekerabatan atau kekeluargaan. Hubungan
kekerabatan atau kekeluargaan dapat dipahami sebagai hubungan yang terjalin karena pertalian darah atau perkawinan, karena tempat tinggal yang berdekatan, dan
pergaulan hidup sehari-hari. Dalam kaitannya dengan hubungan kekerabatan, go’e t
digunakan dalam percakapan sehari-hari di lingkungan keluarga, yaitu percakapan antara orang tua dan anaknya. Percakapan tersebut berisi nasihat orang tua kepada
anak, mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat.
Got 2007 dalam tesisnya yang berjudul Makna Adat Istiadat, Leluhur Putri Nggerang, Budaya dan Pariwisata Manggarai bagi Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
membahas go’e t secara sepintas dari segi makna adat-istiadat dalam tradisi budaya
dan peristilahan. Tradisi budaya dan seni peristilahan yang dimaksud adalah mengenai tradisi pesta yang berkaitan dengan adat-istiadat budaya dan agama, yaitu
suatu kegiatan keagamaan yang dilakukan setiap tahun, dilakukan setelah musim panen. Kegiatan tersebut dilakukan untuk menghormati Sang Pencipta yang sering
diungkapkan dalam kalimat Mori agu Ngara’n ata Jari De dek tana’n wa awang eta
Tuhan Pencipta langit dan bumi yang dipersonifikasikan dengan melakukan apa yang disebut taking seki memberikan sesajian kepada roh-roh nenek moyang dan
naga golo makhluk halus yang diberikan oleh setiap panga klan yang menjaga beo kampung. Dalam kaitannya dengan tradisi budaya dan peristilahan, go’e
t PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dipakai saat upacara adat dalam bentuk doa sebagai sebuah bentuk ungkapan syukur atau rasa terima kasih kepada Sang Pencipta. Dengan demikian, penelitian mengenai
go’e t ungkapan tradisional dalam bahasa Manggarai dari segi makna dan fungsi
belum pernah dilakukan.
1.6 Landasan Teori