1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Objek penelitian ini adalah go’e t ungkapan tradisonal dalam bahasa
Manggarai: tinjauan makna dan fungsi. Go’e t merupakan milik masyarakat
Manggarai, namun hanya segelintir orang dalam masyarakat Manggarai yang benar- benar memahami go’e
t dan menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil observasi, go’e
t umumnya hanya dikuasai dengan baik dan sempurna oleh para orang tua tertentu dalam masyarakat Manggarai tetua adat,
tokoh masyarakat, sedangkan dalam lingkungan orang-orang muda sangat jarang yang menguasainya apalagi menghafalnya. Go’e
t sudah lama dikenal masyarakat Manggarai. Umumnya orang sudah sering mendengarnya ketika diucapkan oleh para
orang tua, baik dalam upacara-upacara tradisional maupun dalam kehidupan sehari- hari.
Ungkapan tradisional umumnya berisi pendidikan etik dan moral, norma- norma sosial, dan nilai-nilai yang dapat menjadi pegangan tentang norma tingkah
laku bagi setiap anggota masyarakat Athaillah dkk.1984:1. Selain itu, ungkapan tradisional pada hakikatnya adalah ide, pandangan, keinginan, sikap, serta perbuatan
yang seharusnya dilakukan ataupun yang seharusnya tidak dilakukan. Sebagai ungkapan tradisional, go’e
t mengandung nilai pendidikan, etik, moral, norma-norma sosial, dan nilai-nilai yang dapat menjadi pegangan tentang norma tingkah laku bagi
setiap anggota masyarakat untuk memelihara kelangsungan hidup bermasyarakat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
selanjutnya. Norma-norma itu harus diketahui dan dipahami dengan baik oleh setiap anggota, terutama yang sedang berfungsi atau yang akan menerima fungsi sebagai
pemimpin masyarakat. Generasi muda perlu memahami dan menghayati ungkapan tradisional dengan baik agar dapat memilah unsur-unsur yang dapat digunakan dalam
pembinaan generasi berikutnya. Dalam masyarakat tradisional, pewarisan nilai-nilai ini dilakukan melalui jalur pendidikan non-formal yang ada dalam masyarakat.
Berikut ini adalah contoh go’e t Manggarai:
1 Mori agu Ngara’n ata Jari De
dek tana’n wa awang eta ‘ Tuan dan Pemilik yang menciptakan dan membentuk bumi dan langit’
2 Kantis nai rai ati
‘ Mengasah hati dan paru-paru’ Kalimat Mori agu Ngara’n ata Jari De
dek tana’n wa awang eta pada contoh 1 merupakan ungkapan untuk menghormati Tuhan Allah sebagai pencipta alam
semesta, yang diucapkan pada saat upacara keagamaan atau upacara adat. Ungkapan tersebut menggambarkan kepercayaan masyarakat Manggarai yang mengakui Tuhan
sebagai pencipta, sumber dari segala sesuatu yang ada di bumi dan merupakan kekuasaan tertinggi. Kalimat kantis nai rai ati pada contoh 2 merupakan idiom
untuk menyatakan makna tekun dalam bekerja dan berusaha. Ungkapan tersebut merupakan nasihat dari orang tua kepada generasi muda untuk senantiasa bekerja
keras, memanfaatkan waktu dengan baik agar apa yang dicita-citakan atau yang diharapkan dapat tercapai.
Kedua contoh di atas mengandung ajaran tentang nilai pendidikan dan nilai moral yang harus diikuti dan ditaati oleh setiap anggota masyarakat Manggarai.
Selain berisi nilai pendidikan dan nilai moral, kedua contoh di atas juga merupakan ide, pandangan, serta perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh setiap anggota
masyarakat Manggarai dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat. Nilai pendidikan yang terdapat dalam kalimat Mori agu Ngara’n ata Jari De
dek tana’n wa awang e
ta yaitu berisi ajaran agar umat manusia mengakui dan menghormati Tuhan sebagai Sang Pencipta, asal mula dari segala sesuatu yang ada di bumi, dan sebagai
kekuasaan yang tertinggi. Kalimat kantis nai rai ati mengandung nilai pendidikan serta nilai moral mengenai apa yang harus dilakukan oleh seseorang untuk mencapai
sebuah kesuksesan yaitu dengan cara bekerja keras dan tekun dalam berusaha. Kedua ungkapan tersebut merupakan pandangan, keinginan serta sikap masyarakat
Manggarai dalam keseharian di lingkungan masyarakat. Ada dua alasan pemilihan topik penelitian ini. Pertama, belum ada peneliti
yang mengumpulkan go’e t Manggarai dengan mencatat secara lengkap mengenai
makna serta fungsi yang terkandung dalam go’e t Manggarai. Kedua, go’et
Manggarai sebagai salah satu bagian dari budaya Manggarai hanya dikuasai dan dipahami oleh para orang tua tertentu dalam lingkungan masyarakat Manggarai. Jika
para penutur asli meninggal dunia, suatu hari nanti go’e t Manggarai akan hilang
karena tidak adanya proses pewarisan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pewarisan budaya bagi masyarakat Manggarai.
1.2 Rumusan Masalah