Go’ét yang Berfungsi dalam Perkawinan Adat Manggarai

Ungkapan ngong ata lombong lala - kali weki run lombong muku digunakan untuk menyindir seseorang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain padahal ia sendiri mempunyai kesalahan yang lebih besar. 90 Wae de mendi Ungkapan wae de mendi digunakan untuk tujuan insultif penghinaan, biasa diucapkan oleh kaum bangsawan kepada bawahannya. 91 Mejok de ko - ngguing wuli - lelak medak - momang nggotak Ungkapan mejok de ko - ngguing wuli - lelak medak - momang nggotak digunakan untuk menyindir seorang wanita yang tak pernah menolak bila diajak atau didekati oleh lelaki. Selain digunakan sebagai sindiran, ungkapan tersebut juga merupakan sebuah nasihat dari para orang tua kepada anak gadisnya agar tidak terbuai oleh rayuan lelaki. Kaum wanita harus mempertahankan harga diri dan kehormatannya sebagai seorang perempuan sehingga tidak disia-siakan oleh lelaki.

3.3.5 Go’ét yang Berfungsi dalam Perkawinan Adat Manggarai

Berikut akan diuraikan mengenai fungsi go’e t yang digunakan dalam perkawinan adat Manggarai: 92 Baro ranggong - api pesa Ungkapan baro ranggong - api pesa merupakan salah satu istilah dalam perkawinan adat. Ungkapan tersebut diucapkan oleh juru bicara keluarga pihak laki- laki kepada orang tua calon pengantin wanita pada saat acara lamaran atau tunangan. 93 Ita kala le pa’ang - tuluk pu’u batu mbau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ungkapan ita kala le pa’ang - tuluk pu’u batu mbau diucapkan oleh seorang pemuda untuk menyatakan keinginannya untuk meminang gadis pujaan hatinya. 94 Tu’us wa - cangkém éta - donggo mata olo - donggé mata one Ungkapan tu’us wa - cangke m eta - donggo mata olo - dongge mata one digunakan sebagai salah satu istilah dalam perkawinan adat, untuk perkawinan sepasang pengantin yang tinggal di rumah orang tua pengantin wanita setelah menikah karena pihak anak wina pihak penerima istri atau keluarga pengantin laki- laki belum menyerahkan belis yang diminta oleh pihak anak rona pihak pemberi istri atau keluarga pengantin wanita. 95 Cikat kina - wagak kaba Ungkapan cikat kina - wagak kaba digunakan dalam upacara peresmian perkawinan adat Manggarai setelah semua belis diserahkan oleh pihak anak wina kepada pihak anak rona. 96 Céhi ri’i - wuka wancang - radi ngaung Ungkapan ce hi ri’i - wuka wancang - radi ngaung adalah salah satu istilah dalam perkawinan adat Manggarai, digunakan untuk perkawinan adat sepasang pengantin yang belum sampai pada upacara wagal karena belis belum dibayar lunas oleh pihak anak wina. 97 Pase sapu - selek kope - weda rewa - tuke mbaru Ungkapan pase sapu - selek kope - weda rewa - tuke mbaru digunakan ketika meminang seorang gadis. 98 Pana mata leso 99 Kepu munak Ungkapan 98 dan 99 digunakan untuk membuang dosa perzinahan yang dilakukan oleh pasangan selingkuh. 100 Jarang pentang majung Ungkapan jarang pentang majung digunakan dalam perkawinan adat Manggarai untuk seorang laki-laki yang menikah dengan seorang janda. 101 Polis wisi loced ga Ungkapan polis wisi loced ga digunakan sebagai salah satu istilah dalam perkawinan adat Manggarai untuk sepasang kekasih yang telah menikah secara adat. 102 Api toe caing - wae toe toe haeng Ungkapan api toe caing - wae toe toe haeng digunakan ketika hendak meminang wanita tungku yang diucapkan oleh juru bicara dari keluarga pihak laki- laki. 103 Nggoléng locé - daél tangé Ungkapan nggole ng loce - dael tange digunakan untuk perkawinan adat yang dilaksanakan tanpa melibatkan anggota keluarga calon pengantin laki-laki atau pihak anak rona. Segala urusan dalam perkawinan adat diurus oleh calon pengantin laki- laki. 104 Kolé okan mokang - kolé ramin laki Ungkapan kole  okan mokang - kole ramin laki digunakan pada saat upacara pemutusan hubungan pertunangan sepasang pengantin. 105 Cawi neho wuas - dole neho ajos Ungkapan cawi neho wuas - dole neho ajos digunakan dalam upacara peresmian adat perkawinan. Ungkapan tersebut berfungsi sebagai sebuah doa serta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI harapan dari orang tua kepada sepasang pengantin baru agar dijauhkan dari segala mara bahaya yang dapat mengganggu kelancaran hidup berumah tangga. 106 Bom salang tuak - maik salang wae Ungkapan bom salang tuak - maik salang wae digunakan pada saat upacara wagal, diucapkan oleh juru bicara pihak anak wina kepada pihak anak rona untuk meminta penundaan pembayaran widang dan wida yang diberikan oleh orang tua pengantin wanita setelah menikah.

3.3.6 Go’ét yang Berfungsi untuk Menyatakan Hubungan Kekerabatan