Aktivitas Belajar TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Harrow, 1990: 30-31. Hasil belajar psikomotorik dapat diklarifikasikan menjadi enam: gerakan refleks, gerakan fundamental dasar,
kemampuan perseptual, kemampuan fisis, gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata.
C.
Pengertian Akuntansi
Akuntansi sangat erat kaitannya dengan informsi keuangan. di dalam bukunya Suwardjono 2002:5 definisi resmi untuk akuntansi yang mula-
mula diajukan adalah definisi yang dimuat dalam Accounting Terminology Bulletin No.1 yang diterbitkan oleh Accounting Principles Board APBD
yaitu suatu komite penyusunan prinsip akuntansi yang dibentuk oleh American Institute of Certified Public Accountants AICPA. Komite tersebut
mendifinisikan akuntansi sebagai berikut: Accounting is the art of recording, classifying, and summerising in a
significant mnner and in terms of money, transactions and events which are, in part at least, of financial character, and interpreting the results thereof. ²
Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan
dalam bentuk satuan uang dan penginterprestasian hasil proses tersebut. Sedangkan menurut Suwardjono sendiri 2002:7 darin sudut bidang studi,
akuntansi dapat diartikan sebagai: seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan
kuantitatif suatu unit organisasi dan cara penyampaian pelaporan informasi
tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik.
Manfaat Akuntansi: a.
Bagi pihak intern, akuntansi berguna untuk: 1.
perencanaan Berdasarkan informasi keuangan yang tepat, dapat disusun rencana
yang baik untuk tahap berikutnya. 2.
pengendalian Berdasarkan rencana dan penerapan Sistem Akuntansi yang baik,
dapat mengontrol menilai jalannya perusahaan. 3.
pertanggungjawaban Semua data, transaksi dan kejadian pada suatu perusahaan dicatat
dan pada akhir periode disusunlah laporan keuangan untuk disampaikan kepada pemilik sebagai laporan
pertanggungjawaban dan kepada pihak ekstern yang lain untuk mendapatkan penilaian.
b. Bagi pihak ekstern, akuntansi berguna untuk mengambil keputusan
c. Secara umum, akuntansi sebagai alat bantu utnuk mengambil
keputusan ekonomi dari pihak yang memerlukan. Sedangkan pengertian akuntansi menurut Ninik Yudianti dalam
Modul Pendalaman Materi Akuntansi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 2011: 40 seperangkat pengetahuan akuntansi dapat dipandang dari
dua sisi yaitu sebagai pengetahuan profesi keahlian yang dipraktikkan di
dunia nyata dan sekaligus sebagai suatu pengetahuan. Dari segi profesi, akuntansi sering dipandang sebagai suatu serangkaian prosedur, metoda,
dan teknik tanpa memperhatikan teori dibalik praktik tersebut. Akuntansi dipandang sebagi pelaksanaan dan penerapan standar untuk menyusun
seperangkat laporan keuangan. Sebagai disiplin pengetahuan, akademisi memandang akuntansi sebagai dua bidang kajian yaitu praktik dan teori.
Bidang praktik berhubungan dengan masalah bagaimana praktik dijalankan sesuai dengan PABU Prinsip Akuntansi Berterima Umum dan
bidang teori berkepentingan dengan penjelasan, deskripsi, dan argumen yang dianggap melandasi praktik akuntansi yang semuana dicakup dalam
suatu pengetahuan yang disebut teori akuntansi. Akuntansi didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan yang
memperlajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan Negara tertentu dan
cara penyampaian pelaporan informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambil keputusan
ekonomik.
D.
Model Pembelajaran Cooperative Learning
Menurut Hasan Eti, 2007:4 Cooperative mengandung pengertian “bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama “menurut sedangkan
pendapat Slavin Solihatin Eti, 2007:4 mengatakan bahwa cooperative learning adalah ‘suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggota-anggotanya
terdiri dari 4 samapai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok
tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok’. Menurut Eti, 2007: 4. Pada dasarnya
cooperative learning mengandung pengertian “sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam
struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari
setiap anggota kelompok itu sendiri”. Johnson dan Johnson 1984 serta Hilke 1990 mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah 1 terdapat
saling ketergantungan yang positif di antar anggota kelompok, 2 dapat dipertanggungjawabkan secara individu, 3heterogen, 4 berbagi
kepemimpinan, 5 berbagi tanggung jawab, 6 menekankan pada tugas dan kebersamaan, 7 membentuk keterampilan sosial, 8 peran gurudosen
mengamati proses belajar mahasiswa, 9 efektivitas belajar tergantung pada kelompok. Proses belajar terjadi dalam kelompok-kelompok kecil 3-4 orang
anggota, bersifat heterogen tanpa memperhatikan perbedaan kemampuan akademik, jender, suku, maupun lainnya.
Prinsip-prinsip dasar dalam penggunaan cooperative learning menurut Stahl 1994 meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. perumusan tujuan belajar peserta didik harus jelas.
b. penerimaan yang menyeluruh oleh peserta didik tentang tujuan belajar.
c. ketergantungan yang bersifat positif.
d. interaksi yang bersifat terbuka.
e. tanggung jawab Individu.
f. kelompok bersifat heterogen.
g. interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif.
h. tindak lanjut follow up.
i. kepuasan dalam belajar.
Langkah-langkah dalam penggunaan model cooperative learning secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Merancang rencana program pembelajaran. Pada langkah ini, seorang guru
mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
2. Guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi
kegiatan peserta didik dalam belajar secara bersama dalam eklompok- kelompok kecil.
3. Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan peserta didik, guru
mengarahkan dan membimbing peserta didik, baik secara individual maupun kelompok, baik dalam memahami materi mapun mengenai sikap dan perilaku
pseserta didik selama kegiatan belajar berlangsung. 4.
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan kerjanya.
Menurut Eti, 2007: 4 model cooperative learning menunjukkan efektivitas yang sangat tinggi bagi perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat
dari pengaruhnya terhadap penguasaan materi pelajaran maupun dari
pengembangan dan pelatihan sikap serta keterampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupannya di masyarakat.
Terdapat lima tipe pembelajaran kooperatif yang diantaranya adalah Slavin,1995:4:
a. Think pair share
Guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru meminta siswa
berpasang-pasangan. Beri kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan
hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan sharing. Dalam kegiatan ini diharapkan
terjadinya tanya jawab yang mendorong pada pengkontruksian pengetahuan secara intergratif.
b. Jigsaw
Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok
diberikan tugas untuk mempelajari topik ertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang
menjadi bagiannya. Pada model jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi
bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi
untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam
kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan
terkahir dari model jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargan kelompok
didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.
c. Numbered heads together
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang
harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Tiap-tiap kelompok berdiskusi memikirkan jawaban. Kemudian guru memanggil
peserta didik yang memiliki nomor yang sama dri tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas
pertanyaan yang telah diterimanya.
d. Team Games Tournaments TGT
Model TGT hampir sama dengan STAD. Satu-satunya perbedaan antara keduanya adalah STAD menggunakan kuis-
kuis individual pada tiap akhir pelajaran, sementara TGT menggunakan game-game akademik. Dalam TGT siswa
dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri dari 4- 5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah
pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok
menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan
anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan setara. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang
akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor
kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.
e. Group Investigation
Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di
kelas. Siswa diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukana apa yang akan dipelajari, mengorganisasi
kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar
mereka kepada seluruh kelas.
E.
Teknik Quick on The Draw
Quick on the draw merupakan tipe pembelajaran yang dapat dikategorikan sebagai model pembelajaran cooperative. Tipe pembelajaran
yang dimaksud adalah sebagai berikut Ginnis 2008: 163. 1.
siapkan satu set pertanyaan, misalnya sepuluh, mengenai topik yang sedang dibahas. Buat cukup salinan agar tiap kelompok punya sendiri. Tiap pertanyaan
harus di kartu terpisah. Tiap set pertanyaan harus di kartu dengan warna berbeda. Letakkan set tersebut di atas meja guru, angka menghadap ke atas,
nomor satu di atas.
2. bagi kelas ke dalam kelompok bertiga empat jika diperlukan. Beri warna
untuk tiap kelompok sehingga mereka dapat mengenali set pertanyaan mereka di meja guru.
3. beri tiap kelompok materi sumber yang berdiri dari jawaban untuk semua
pertanyaan-satu kopi tiap siswa. Ini bisa hanya berupa halaman tertentu dari buku teks yang biasanya. Jawaban sebaiknya tidak begitu jelas: idenya adalah
agar siswa harus mencari dalam teks. 4.
pada kata “mulai”, satu orang dari tiap kelompok “lari” ke meja guru, mengambil pertanyaan pertama menurut warna mereka dan kembali
membawanya ke kelompok. 5.
dengan menggunakan materi sumber, kelompok tersebut mencari dan menulis jawaban di lembar kertas terpisah.
6. jawaban dibawa ke gurunya oleh orang kedua. Guru memeriksa jawaban. Jika
jawaban akurat dan lengkap, pertanyaan kedua dari tumpukan warna mereka diambil....dan seterusnya. Jika ada jawaban yang tidak akurat atau tidak
lengkap, guru menyuruh sang pelari kembali ke kelompok dan mencoba lagi. Penulis dan pelari harus bergantian.
7. saat satu siswa sedang “berlari” lainnya memindai sumbernya dan
membiasakan diri dengan isinya sehingga mereka dapat menjawab pertanyaan nantinya dengan lebih efisien. Ide yang bagus untuk membuat beberapa
pertanyaan pertama cukup mudah dan pendek, hanya agar momentumnya mengena.
8. kelompok pertama yang menjawab semua pertanyaan “menang”.
9. anda kemudian membahas semua pertanyaan dengan kelas dan catatan yang
dibuat. Keunggulan teknik Quick on The Draw:
1. aktifitas ini mendorong kerja kelompok – semakin efisien kerja kelompok,
semakin cepat kemajuannya. Kelompok dapat belajar bahwa pembagian tugas lebih produktif daripada menduplikasi tugas.
2. ini memberikan pengalaman mengenai tentang macam-macam ketrampilan
membaca, yang didorong oleh kecepatan aktivitas, ditambah belajar mandiri dan kecakapan ujian yang lain – membaca pertanyaan dengan hati-hati, yang
menjawab pertanyaan dengan tepat, membedakan materi yang penting dan yang tidak.
3. kegiatan ini membantu siswa untuk membiasakan diri mendasarkan belajar
pada sumber, bukan guru. 4.
teknik ini juga mengandung fun karena seperti games Jadi,
teknik quick on the draw di atas merupakan bagian dari model
pembelajaran cooperative learning selain menurut Slavin.
F.
Kerangka Berpikir
Kualitas pendidikan di Indonesia pada saat ini sungguh memperihatinkan. Menurut Survei Political and Economic Risk Consultant PERC, kualitas
pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World
Economic Forum Swedia 2000, Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia.
Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara
di dunia. Penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia tentu banyak sekali, terutama pada sektor pengajaran oleh guru di sekolah kepada peserta
didik. Guru yang hanya sekedar formalitas mengajar di kelas terhadap perserta didik dengan menggunakan metode yang itu-itu saja dan cenderung monoton
dan kaku membuat peserta didikpun merasa jenuh terhadap situasi dan kondisi tersebut. Sehingga berdampak pada peserta didik yang kurang aktif di kelas
mengakibatkan jalinan komunikasi antar siswa maupun guru dalam pertukaran informasi dalam proses pembelajaran sangat minim sekali. Dan tidak hanya itu
saja, dampak yang sangat dirasakan oleh peserta didik adalah rendahnya prestasi yang dapat dicapai. Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United
Nations for Development Programme UNDP juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara serentak di seluruh dunia melalui
laporannya yang berjudul Human Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila
dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya. Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30 dari
materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat
terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda. Dari masalah tersebut di atas, guru dituntut
aktif dan kreatif dalam mencari, menyiasati, dan memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk
proses pembelajaran agar mencapai tujuan yaitu terkait dengan proses dan hasil pembelajaran. Selain itu, juga menuntut siswa harus aktif dalam proses belajar
mengajar. Siswa tidak hanya menunggu untuk mendapatkan sajian materi dari guru tetapi siswa sendiri juga aktif dalam mencari dan menemukan informasi
yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Kreatifitas seorang guru dalam menyusun suatu model pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan aktivitas
peserta didiknya tersebut sehingga dari aktivitas yang dibangun oleh seorang guru dengan peserta didiknya tersebut selama proses pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Saat ini, belum banyak guru yang melakukan PTK selama proses
pembelajaran di sekolah. Padahal PTK dapat diterapkan pada strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana belajar yang
menyenangkan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran akuntansi. Pembelajaran cooperative dengan teknik quick on the
draw merupakan salah satu metode alternatif yang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa di dalam proses pembelajaran di sekolah.
Metode cooperative dengan teknik quick on the draw dapat dengan mudah diterapkan dengan melibatkan seluruh siswa tanpa memandang perbedaan
status. Para peserta didik akan terbagi dalam kelompok-kelompok. Aktivitas ini mendorong kerja kelompok – semakin efisien kerja kelompok, semakin
cepat kemajuannya dalam menyelesaikan tugas. Kelompok dapat belajar bahwa pembagian tugas lebih produktif daripada menduplikasi tugas. Ini
memberikan pengalaman mengenai tentang macam-macam ketrampilan
membaca, yang didorong oleh kecepatan aktivitas, ditambah belajar mandiri dan kecakapan ujian yang lain – membaca pertanyaan dengan hati-hati, yang
menjawab pertanyaan dengan tepat, membedakan materi yang penting dan yang tidak.Kegiatan ini membantu siswa untuk membiasakan diri mendasarkan
belajar pada sumber, bukan guru. Teknik ini juga mengandung fun karena seperti games. Dan diharapkan dari aktivitas melalui teknik quick On The
Draw ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
30