Dinamika Hubungan Antara Workplace Spirituality dan Employee

meaningful work yang tinggi dapat dikarakteristikkan dengan karyawan menikmati pekerjaan, merasa hidup karena pekerjaan, serta mendapat makna dan tujuan personal Milliman, Czaplewski Ferguson, 2003. Karyawan dengan meaningful work tinggi akan mengalami bagaimana pekerjaannya berdampak pada visi dan strategi organisasi serta klien. Hal ini menjadikan karyawan akan terikat dengan pekerjaannya. Sementara itu, karyawan dengan meaningful work yang rendah tidak menikmati pekerjaannya, kurang bersemangat dengan pekerjaan dan tidak mendapat makna serta tujuan personalnya. Karyawan tidak mengalami bagaimana pekerjaan mereka memiliki dampak pada visi dan strategi organisasi serta klien, sehingga karyawan cenderung tidak terikat. Sense of community dipahami sebagai karyawan yang memiliki hubungan mendalam dengan orang lain Ashmos Duchon, 2000. Dimensi ini fokus pada perilaku individu di tingkat kelompok dan fokus pada interaksi karyawan dengan rekan kerjanya. Karyawan dengan sense of community yang tinggi memiliki perasaan terhubung dengan rekan kerja, perasaan saling mendukung satu sama lain, dan terhubung dengan tujuan bersama Milliman, Czaplewski Ferguson, 2003. Karyawan yang mengalami hal ini akan memiliki hubungan yang positif dengan rekan kerjanya dan lebih menikmati pekerjaannya, sehingga karyawan akan terikat engaged dengan pekerjaannya. Sementara itu, karyawan dengan sense of community yang rendah tidak memiliki perasaan terhubung dengan rekan kerja, tidak merasakan adanya dukungan satu sama lain dan terlepas dari tujuan bersama. Karyawan yang mengalami hal ini akan memiliki hubungan yang negatif dengan rekan kerjanya dan tidak menikmati pekerjaannya, sehingga karyawan akan tidak terikat not engaged dengan pekerjaannya. Alignment with organizational values dipahami sebagai individu mengalami perasaan kesamaan yang kuat antara nilai individu dengan misi dan tujuan organisasi Milliman, Czaplewski Ferguson, 2003. Karyawan dengan alignment with organizational values tinggi memiliki perasaan terhubung dengan tujuan organisasi, mengidentifikasi diri dengan misi dan nilai organisasi, dan karyawan merasa adanya perhatian organisasi terhadap karyawan Milliman, Czaplewski Ferguson, 2003. Individu yang memiliki kesesuaian antara nilai personal dan nilai organisasi tempat bekerja merasa bahwa peran pekerjaannya sesuai dengan gambaran dirinya. Hal ini menjadikan karyawan akan memiliki keterikatan yang lebih tinggi dengan organisasi. Sementara itu, karyawan dengan alignment with organizational values rendah memiliki perasaan terpisah dengan tujuan organisasi, tidak mengidentifikasi diri dengan misi dan nilai organisasi, dan karyawan merasa tidak adanya perhatian organisasi terhadap karyawan. Hal ini menjadikan karyawan merasa bahwa peran pekerjaannya tidak sesuai dengan gambaran dirinya, sehingga karyawan tidak merasa terikat dengan organisasi. Karyawan yang terikat merupakan aset perusahaan yang berharga Dickson, dalam Santosa, 2012. Keterikatan karyawan atau employee engagement juga diyakini sebagai salah satu kunci kesuksesan organisasi Macey et al, dalam Saks, 2011. Employee engagement adalah kondisi positif dan pemenuhan karyawan yang berhubungan dengan pekerjaan, dikarakteristikkan oleh adanya giat vigor, dedikasi dedication dan penyerapan absorption Schaufeli Baker, 2004. Giat vigor dikarakteristikkan dengan tingginya level energi dan resiliensi mental saat bekerja, kemauan untuk memberi upaya dalam bekerja dan ketekunan dalam menghadapi kesulitan. Dedikasi dedication dikarakteristikkan dengan adanya perasaan signifikan, antusiasme, insprirasi, kebanggaan dan tantangan. Penyerapan absorption dikarakteristikkan dengan konsentrasi penuh dan kesenangan bekerja dalam bekerja, dimana waktu berjalan cepat dan individu sulit melepas diri dari pekerjaannya. Crabtee 2013 menyatakan kategori engagement pada karyawan, yaitu terikat engaged dan tidak terikat not engaged. Karyawan yang engaged atau “terikat” adalah karyawan yang bekerja dengan sepenuh hati dan merasa terikat dengan perusahaan. Mereka bekerja dengan menghadirkan inovasi dan memajukan perusahaan. Sementara itu, karyawan not engaged atau “tidak terik at” sebenarnya adalah karyawan yang berada di luar. Mereka seperti orang-orang yang tertidur dalam pekerjaannya karena hanya sekedar menghabiskan waktu, tanpa adanya energi dan setengah hati pada pekerjaan mereka.

D. Kerangka Penelitian

E. Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis terhadap konstruk workplace spirituality dan employee engagement , maka hipotesis dari penelitian ini yaitu : H 1 Terdapat hubungan positif antara meaningful work dan employee engagement H 2 Terdapat hubungan positif antara sense of community dan employee engagement H 3 Terdapat hubungan positif antara alignment with organizational values dan employee engagement 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian korelasional, yaitu penelitian dengan ciri adanya hubungan korelasi antar dua variabel Supratiknya, 1998 dalam Sutrisnawati, 2009. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu workplace spirituality dan employee engagement. Peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan workplace spirituality dan employee engagement.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini akan diteliti 2 variabel, yaitu : 1. Variabel bebas : workplace spirituality yang memiliki 3 dimensi, yaitu meaningful work, sense of community dan alignment with organizational values. 2. Variabel tergantung : employee engagement

C. Definisi Operasional

1. Workplace Spirituality Workplace spirituality adalah kerangka dari nilai organisasi yang dibuktikan dengan adanya budaya organisasi yang mendorong pengalaman transenden karyawan melalui proses pekerjaan dan