Agregasi dan Disagregasi Sektor Ekonomi

133 masing industri pada kolom pertama, mengindikasikan pengembalian pada faktor- faktor input ini seperti yang digunakan pada tiap sektor. Dua matriks akhir adalah gabungan dari matriks produksi dan matriks pajak impor. Gabungan matriks produksi menunjukkan komposisi komoditas dari output tiap-tiap industri. Studi ini mengasumsikan bahwa sebuah industri dapat memproduksi sebuah komoditas. Matriks bea impor mencatat pembayaran bea impor atas tiap komoditas yang diimpor oleh setiap industri.

5.1.2. Agregasi dan Disagregasi Sektor Ekonomi

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka sektor ekonomi yang tercakup dalam penelitian ini terdiri dari 38 sektor. Sektor-sektor tersebut dapat dikategorikan ke dalam empat kelompok besar yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri, dan jasa-jasa. Sektor pertanian yang merupakan fokus perhatian dalam penelitian ini dikelompokkan kedalam 19 sektor, yang merupakan hasil agregasi dan disagregasi dari 23 sektor yang terdapat dalam Tabel I-O 2003 klasifikasi 66 sektor. Sektor-sektor yang termasuk kedalam sektor pertanian meliputi aktivitas pertanian tanaman pangan padi, kedelai, jagung, ubi kayu, sayur-sayuran dan buah-buahan, serta tanaman bahan makanan lainnya, perkebunan karet, tebu, kelapa, kelapa sawit, tembakau, kopi, teh, kakao, dan tanaman perkebunan lainnya, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Adapun sektor pertambangan diperoleh dari agregasi tiga sektor atau aktivitas, yaitu: 1 penambangan batu bara dan bijih logam, 2 penambangan minyak, gas dan panas bumi, serta 3 penambangan dan penggalian lainnya. Sektor industri yang menjadi fokus perhatian penelitian ini dikategorikan kedalam 10 sektor, yang merupakan sektor industri pengolahan hasil pertanian 134 agroindustri. Kesepuluh sektor industri tersebut adalah: 1 industri pengolahan hasil peternakan, 2 industri pengolahan hasil perikanan, 3 industri minyak dan lemak, 4 beras industri penggilingan padi, 5 industri tepung segala jenis, 6 industri gula, 7 industri rokok, 8 industri bambu, kayu dan rotan, 9 industri pupuk dan pestisida, serta 10 industri pengolahan karet. Pemilihan sektor industri ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Pertama, agroindustri yang tercakup kedalam 10 industri prioritas pembangunan industri nasional seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden No. 72005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Kesepuluh industri prioritas ini selanjutnya dijabarkan lebih lanjut oleh Departemen Perindustrian sebagai kebijakan nasional pembangunan industri. Kedua, agroindustri yang berbahan baku sektor pertanian terpilih. Ketiga, agroindustri yang mempunyai prospek untuk dikembangkan di masa datang, berdasarkan sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto PDB, nilai ekspor dan penyerapan angkatan kerja. Kelompok keempat adalah sektor jasa-jasa yang terdiri dari tujuh sektor sebagai hasil agregasi, yaitu: 1 sektor listrik, gas dan air bersih, 2 sektor bangunan, 3 sektor perdagangan, hotel dan restoran, 4 sektor jasa transportasi, 5 sektor lembaga keuangan, 6 sektor pemerintahan umum dan pertahanan, serta 7 sektor jasa lainnya. Berdasarkan proses agregasi dan disagregasi tersebut di atas, maka 38 sektor ekonomi yang terpilih dalam penelitian ini adalah: 1 padi, 2 kedelai, 3 jagung, 4 ubi kayu, 5 sayur-sayuran dan buah-buahan, 6 tanaman pangan lainnya, 7 karet, 8 tebu, 9 kelapa, 10 kelapa sawit, 11 tembakau, 12 kopi, 13 teh, 14 kakao, 15 tanaman perkebunan lainnya, 16 tanaman lainnya, 17 peternakan, 18 kehutanan, 19 perikanan, 20 pertambangan, 135 21 industri pengolahan hasil peternakan, 22 industri pengolahan hasil perikanan, 23 industri minyak dan lemak, 24 beras industri penggilingan padi, 25 industri tepung segala jenis, 26 industri gula, 27 industri rokok, 28 industri bambu, kayu dan rotan, 29 industri pupuk dan pestisida, 30 industri pengolahan karet, 31 industri lainnya, 32 listrik, gas dan air bersih, 33 bangunan, 34 perdagangan, hotel dan restoran, 35 jasa transportasi, 36 lembaga keuangan, 37 pemerintahan umum dan pertahanan, dan 38 jasa lainnya. Untuk memadukan hasil agregasi sektor ekonomi yang digunakan dalam penelitian dengan Tabel I-O 2003, maka dilakukan mapping pemetaan antara sektor ekonomi yang terdapat dalam penelitian 38 sektor dan sektor ekonomi yang terdapat pada Tabel I-O 2003 66 sektor. Namun karena tidak seluruh sektor ekonomi dalam penelitian sesuai dengan klasifikasi sektor ekonomi pada Tabel I- O 2003, maka perlu dilakukan disagregasi sektor ekonomi terlebih dahulu. Sektor-sektor tersebut adalah: 1 sektor kedelai, 2 sektor ubi kayu, 3 sektor kakao, 4 sektor industri pengolahan hasil peternakan, 5 sektor industri pengolahan hasil perikanan, dan 6 sektor industri pengolahan karet. Disagregasi sektor dilakukan berdasarkan share nilai masing-masing sub sektor pada setiap sektor yang akan didisagregasi pada Tabel I-O 2000. Sektor kedelai sektor 2 dalam penelitian termasuk kedalam sektor 2 pada Tabel I-O 2003 yaitu sektor tanaman kacang-kacangan. Sektor ini merupakan agregasi dari sektor 6-8 Tabel I-O 2000, yang meliputi sektor kacang tanah sektor 6, sektor kedelai sektor 7, dan sektor kacang-kacangan lainnya sektor 8. Dengan demikian, sektor 2 pada Tabel I-O 2003 dapat didisagregasi menjadi sektor kedelai dengan menggunakan share sektor 7 Tabel I-O 2000 dan sektor 136 tanaman kacang-kacangan lainnya dengan menggunakan share sektor 6 dan sektor 8 pada Tabel I-O 2000. Penentuan share untuk disagregasi sektor tanaman kacang-kacangan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Share Untuk Disagregasi Sektor Tanaman Kacang-Kacangan Kode I-O 2000 Nama Sektor Nilai Output Milyar Rp Share 6 Kacang tanah 3 553 623.29 50.51 7 Kedelai 2 397 887.08 34.08 8 Kacang-kacangan lainnya 1 083 988.39 15.41 Total 7 035 498.76 100.00 Sumber: BPS 2000. Berdasarkan share yang tertuang pada Tabel 5, maka sektor tanaman kacang-kacangan sektor 2 pada Tabel I-O 2003 dapat didisagregasi menjadi sektor kedelai sektor 2 dengan share 34.08 persen dan sektor tanaman kacang- kacangan lainnya sektor 3 dengan share 65.92 persen. Sektor ubi kayu sektor 4 dalam penelitian termasuk kedalam sektor 4 pada Tabel I-O 2003 yaitu sektor tanaman umbi-umbian. Sektor ini merupakan agregasi dari sektor 3-5 Tabel I-O 2000, yang meliputi sektor ketela pohonubi kayu sektor 3, sektor ubi jalar sektor 4, dan sektor umbi-umbian lainnya sektor 5. Dengan demikian, sektor 4 pada Tabel I-O 2003 dapat didisagregasi menjadi sektor ubi kayu dengan menggunakan share sektor 3 pada Tabel I-O 2000 dan sektor tanaman umbi-umbian lainnya dengan menggunakan share sektor 4 dan sektor 5 pada Tabel I-O 2000. Penentuan share untuk disagregasi sektor tanaman umbi-umbian disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan share yang tertuang pada Tabel 6, maka sektor tanaman umbi-umbian sektor 4 pada Tabel I-O 2003 dapat didisagregasi menjadi sektor 137 ubi kayu sektor 5 dengan share 33.24 persen dan sektor tanaman umbi-umbian lainnya sektor 6 dengan share 66.76 persen. Tabel 6. Share Untuk Disagregasi Sektor Tanaman Umbi-Umbian Kode I-O 2000 Nama Sektor Nilai Output Milyar Rp Share 3 Ketela pohon ubi kayu 4 880 492.85 33.24 4 Ubi jalar 936 991.22 6.38 5 Umbi-umbian lainnya 8 865 024.73 60.38 Total 14 682 508.80 100.00 Sumber: BPS 2000. Sektor kakao sektor 14 dalam penelitian termasuk kedalam sektor 16 pada Tabel I-O 2003 yaitu sektor tanaman perkebunan lainnya. Sektor ini merupakan agregasi dari sektor 21-23 Tabel I-O 2000, yang meliputi sektor kakao sektor 21, sektor jambu mete sektor 22, dan sektor hasil perkebunan lainnya sektor 23. Dengan demikian, sektor 16 pada Tabel I-O 2003 dapat didisagregasi menjadi sektor kakao dengan menggunakan share sektor 21 pada Tabel I-O 2000 dan sektor tanaman perkebunan lainnya dengan menggunakan share sektor 22-23 pada Tabel I-O 2000. Penentuan share untuk disagregasi sektor tanaman perkebunan lainnya disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Share Untuk Disagregasi Sektor Tanaman Perkebunan Lainnya Kode I-O 2000 Nama Sektor Nilai Output Milyar Rp Share 21 Kakao 2 040 205.88 28.47 22 Jambu Mete 2 171 333.10 30.29 23 Hasil perkebunan lainnya 2 955 832.51 41.24 Total 7 167 371.48 100.00 Sumber: BPS 2000. Berdasarkan share yang tertuang pada Tabel 7, maka sektor tanaman perkebunan lainnya sektor 16 Tabel I-O 2003 dapat didisagregasi menjadi sektor 138 kakao sektor 18 dengan share 28.47 persen dan sektor tanaman perkebunan lainnya sektor 19 dengan share 71.53 persen. Sektor industri pengolahan hasil peternakan sektor 21 dalam penelitian dan sektor industri pengolahan hasil perikanan sektor 22 dalam penelitian termasuk kedalam sektor 27 pada Tabel I-O 2003 yaitu sektor industri pengolahan dan pengawetan makanan. Sektor ini merupakan agregasi dari sektor 50-54 Tabel I-O 2000, yang meliputi sektor daging olahan dan awetan sektor 50, sektor minuman dan makanan terbuat dari susu sektor 51, sektor buah-buahan dan sayur-sayuran olahan dan awetan sektor 52, sektor ikan kering dan ikan asin sektor 53, serta sektor ikan olahan dan awetan sektor 54. Dengan demikian, sektor 27 pada Tabel I-O 2003 dapat didisagregasi menjadi tiga sektor, yaitu sektor industri pengolahan hasil peternakan dengan menggunakan share sektor 50-51 Tabel I-O 2000, sektor industri pengolahan hasil perikanan dengan menggunakan share sektor 53-54 Tabel I-O 2000, dan sektor industri pengolahan dan pengawetan makanan lainnya dengan menggunakan share sektor 52 pada Tabel I-O 2000. Penentuan share untuk disagregasi sektor industri pengolahan dan pengawetan makanan disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Share Untuk Disagregasi Sektor Industri Pengolahan dan Pengawetan Makanan Kode I-O 2000 Nama Sektor Nilai Output Milyar Rp Share 50 Daging olahan dan awetan 421 631 1.04 51 Makanan dan minuman terbuat dari susu 10 085 798 24.85 52 Buah-buahan dan sayur-sayuran olahan dan awetan 2 583 894 6.37 53 Ikan kering dan ikan asin 7 801 811 19.22 54 Ikan olahan dan awetan 19 692 463 48.52 Total 40 585 597 100.00 Sumber: BPS 2000. 139 Berdasarkan share yang tertuang pada Tabel 8, maka sektor industri pengolahan dan pengawetan makanan sektor 27 Tabel I-O 2003 dapat didisagregasi menjadi sektor industri pengolahan hasil peternakan sektor 30 dengan share 25.89 persen, sektor industri pengolahan hasil perikanan sektor 31 dengan share 67.74 persen, dan sektor industri pengolahan dan pengawetan makanan lainnya sektor 32 dengan share 6.37 persen. Sektor industri pengolahan karet sektor 30 dalam penelitian termasuk kedalam sektor 42 pada Tabel I-O 2003 yaitu sektor industri barang karet dan plastik. Sektor ini merupakan agregasi dari sektor 106-109 Tabel I-O 2000, yang meliputi sektor karet remah dan karet asap sektor 106, sektor ban sektor 107, sektor barang-barang lainnya dari karet sektor 108, dan sektor barang-barang plastik sektor 109. Dengan demikian, sektor 42 pada Tabel I-O 2003 dapat didisagregasi menjadi sektor industri pengolahan karet dengan menggunakan share sektor 106-108 Tabel I-O 2000, dan sektor industri barang plastik dengan menggunakan share sektor 109 Tabel I-O 2000. Penentuan share untuk disagregasi sektor industri barang karet dan plastik disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Share Untuk Disagregasi Sektor Industri Barang Karet dan Plastik Kode I-O 2000 Nama Sektor Nilai Output Milyar Rp Share 106 Karet remah dan karet asap 10 160 746.75 17.69 107 Ban 8 853 889.64 15.42 108 Barang-barang lainnya dari karet 7 375 711.61 12.84 109 Barang-barang plastik 31 041 927.57 54.05 Total 57 432 275.57 100.00 Sumber: BPS 2000. Berdasarkan share yang tertuang pada Tabel 9, maka sektor industri barang karet dan plastik sektor 42 Tabel I-O 2003 dapat didisagregasi menjadi 140 sektor industri pengolahan karet sektor 47 dengan share 45.95 persen, dan sektor industri barang plastik sektor 48 dengan share 54.05 persen. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka jumlah sektor yang terdapat pada Tabel I-O 2003 telah mengalami perubahan dari 66 sektor menjadi 72 sektor. Agregasi terhadap 72 sektor yang terdapat pada Tabel I-O 2003 ini ke dalam 38 sektor dalam penelitian disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Agregasi Sektor Ekonomi yang Diteliti 38 Sektor Berdasarkan Tabel I-O Tahun 2003 Klasifikasi 72 sektor No. Klasisifikasi 72 Sektor No. Agregasi 38 Sektor Ekonomi yang Diteliti 1 Padi 1 Padi 2 Kedelai 2 Kedelai 3 Tanaman kacang-kacangan lainnya 6 Tanaman bahan makanan lainnya 4 Jagung 3 Jagung 5 Ubi kayu 4 Ubi kayu 6 Tanaman umbi-umbian lainnya 6 Tanaman bahan makanan lainnya 7 Sayur-sayuran dan buah-buahan 5 Sayur-sayuran dan buah-buahan 8 Tanaman bahan makanan lainnya 6 Tanaman bahan makanan lainnya 9 Karet 7 Karet 10 Tebu 8 Tebu 11 Kelapa 9 Kelapa 12 Kelapa sawit 10 Kelapa sawit 13 Tembakau 11 Tembakau 14 Kopi 12 Kopi 15 The 13 The 16 Cengkeh 15 Tanaman perkebunan lainnya 17 Hasil tanaman serat 15 Tanaman perkebunan lainnya 18 Kakao 14 Kakao 19 Tanaman perkebunan lainnya 15 Tanaman perkebunan lainnya 20 Tanaman lainnya 16 Tanaman lainnya 21 Peternakan 17 Peternakan 22 Pemotongan hewan 17 Peternakan 23 Unggas dan hasil-hasilnya 17 Peternakan 24 Kayu 18 Kehutanan 25 Hasil hutan lainnya 18 Kehutanan 26 Perikanan 19 Perikanan 27 Penambangan batubara dan bijih logam 20 Pertambangan 28 Penambangan minyak, gas dan panas bumi 20 Pertambangan 141 Tabel 10. Lanjutan No. Klasisifikasi 72 Sektor No. Agregasi 38 Sektor Ekonomi yang Diteliti 29 Penambangan dan penggalian lainnya 20 Pertambangan 30 Industri pengolahan hasil peternakan 21 Industri pengolahan hasil peternakan 31 Industri pengolahan hasil perikanan 22 Industri pengolahan hasil perikanan 32 Industri pengolahan dan pengawetan makanan lainnya 31 Industri lainnya 33 Industri minyak dan lemak 23 Industri minyak dan lemak 34 Industri penggilingan padi 24 Beras Industri penggilingan padi 35 Industri tepung, segala jenis 25 Industri tepung, segala jenis 36 Industri gula 26 Industri gula 37 Industri makanan lainnya 31 Industri lainnya 38 Industri minuman 31 Industri lainnya 39 Industri rokok 27 Industri rokok 40 Industri pemintalan 31 Industri lainnya 41 Industri tekstil, pakaian dan kulit 31 Industri lainnya 42 Industri bambu, kayu dan rotan 28 Industri bambu, kayu dan rotan 43 Industri kertas, barang dari kertas dan karton 31 Industri lainnya 44 Industri pupuk dan pestisida 29 Industri pupuk dan pestisida 45 Industri kimia 31 Industri lainnya 46 Pengilangan minyak bumi 20 Pertambangan 47 Industri pengolahan karet 30 Industri pengolahan karet 48 Industri barang plastik 31 Industri lainnya 49 Industri barang-barang dari mineral bukan logam 31 Industri lainnya 50 Industri semen 31 Industri lainnya 51 Industri dasar besi dan baja 31 Industri lainnya 52 Industri logam dasar bukan besi 31 Industri lainnya 53 Industri barang dari logam 31 Industri lainnya 54 Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 31 Industri lainnya 55 Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 31 Industri lainnya 56 Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 31 Industri lainnya 57 Listrik, gas dan air bersih 32 Listrik, gas dan air bersih 58 Bangunan 33 Bangunan 59 Perdagangan 34 Perdagangan, hotel dan restoran 60 Restoran dan hotel 34 Perdagangan, hotel dan restoran 61 Angkutan kereta api 35 Jasa transportasi 62 Angkutan darat 35 Jasa transportasi 63 Angkutan air 35 Jasa transportasi 64 Angkutan udara 35 Jasa transportasi 142 Tabel 10. Lanjutan No. Klasisifikasi 72 Sektor No. Agregasi 38 Sektor Ekonomi yang Diteliti 65 Jasa penunjang angkutan 35 Jasa transportasi 66 Komunikasi 38 Jasa lainnya 67 Lembaga keuangan 36 Lembaga keuangan 68 Usaha bangunan dan jasa perusahaan 33 Bangunan 69 Pemerintahaan umum dan pertahanan 37 Pemerintahaan umum dan pertahanan 70 Jasa sosial kemasyarakatan 38 Jasa lainnya 71 Jasa lainnya 38 Jasa lainnya 72 Kegiatan yang tdk jelas batasannya 38 Jasa lainnya

5.1.3. Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi