194
6.2. Dampak Peningkatan
Produktivitas terhadap Kinerja Makroekonomi
Dampak peningkatan produktivitas terhadap kinerja makroekonomi tercermin dari variabel-variabel yang berkontribusi terhadap Produk Domestik
Bruto PDB. PDB dapat dihitung dari dua sisi, yaitu dari sisi pengeluaran dan sisi pendapatan. Dari sisi pengeluaran data makroekonomi yang digunakan
meliputi konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor bersih ekspor minus impor. Adapun dari sisi pendapatan, data makroekonomi
terdiri dari pendapatan dari lahan return to land, tingkat pengembalian modal return to capital dan upah gaji.
Closure makroekonomi model CGE yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 28. Pengeluaran pemerintah merupakan peubah yang
mempengaruhi exogenous variables, sedangkan peubah-peubah konsumsi rumahtangga, investasi dan neraca perdagangan adalah peubah yang dipengaruhi
endogenous variables. Variabel-variabel ini mempengaruhi tingkat PDB riil dari sisi pengeluaran. Dari sisi penerimaan, pengembalian modal return to capital
adalah variabel eksogen yang nilainya ditentukan oleh modal dunia di pasar internasional. Pada penelitian ini diasumsikan Indonesia sebagai negara kecil yang
nilai elastisitas penawaran modalnya relatif lebih elastis dibandingkan dengan modal di pasar internasional. Selanjutnya, tingkat upah riil merupakan variabel
endogen yang besarannya dipengaruhi oleh tingkat pengembalian modal. Besarnya tingkat pengembalian modal dan tenaga kerja agregat akan menentukan
stok kapital yang selanjutnya menentukan tingkat investasi riil. Hasil simulasi kebijakan dampak peningkatan produktivitas terhadap
kinerja ekonomi makro disajikan pada Tabel 28. Peningkatan produktivitas
195 industri pertanian simulasi 1 berdampak positif terhadap kinerja ekonomi makro.
Hal ini ditunjukkan oleh terjadinya peningkatan output agregat x1prim_i sebesar 0.11 persen dan peningkatan PDB riil dari sisi pengeluaran x0gdpexp sebesar
0.33 persen. Temuan ini sejalan dengan endogenous growth theory yang menekankan pentingnya peningkatan produktivitas, dimana produktivitas dapat
menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Romer, 2001; Lucas, 1988.
Keterangan:
Sumber : Horridge et al. 1993, dimodifikasi Gambar 28. Closure Makroekonomi yang Digunakan Dalam Penelitian
Peningkatan PDB riil dari sisi pengeluaran tersebut bersumber dari peningkatan konsumsi rumahtangga riil x3tot sebesar 3.68 persen, walaupun di
lain pihak terjadi penurunan investasi riil x2tot_i sebesar -3.21 persen, penurunan ekspor x4tot sebesar -2.58 persen, dan peningkatan impor x0imp_c
sebesar 1.69 persen. Penomena ini sejalan dengan pendapat Aldeman 1984 bahwa di negara-negara yang sedang berkembang, konsumsi domestik merupakan
Tenaga Kerja Agregat
Tingkat Pengembalian
Modal Upah
Riil
Stok Kapital
GDP Riil
= Konsumsi
RT Riil +
Investasi Riil
+ Pengeluaran
Pemerintah Riil
+
Neraca Perdagangan
Variabel Eksogen
=
Variabel Endogen
=
196 faktor utama pertumbuhan ekonomi. Mengingat sebagian besar penduduk di
negara-negara yang sedang berkembang tersebut tinggal dan bekerja di sektor pertanian dan menggantungkan hidup mereka di sektor pertanian, maka
industrialisasi pertanian merupakan pilihan yang sangat tepat.
Tabel 28. Hasil Simulasi Kebijakan Peningkatan Produktivitas terhadap Beberapa
Variabel Makroekonomi
Variabel Makroekonomi Simbol
Sim 1 Sim
2 Sim
3
Balance of
TradePDB delB -1.07 2.04 3.85
PDB Riil Sisi Pengeluaran x0gdpexp
0.33 0.64
0.91 Output
Agregat x1prim_i 0.11 0.39 0.61
Konsumsi Riil
Rumahtangga x3tot
3.68 -1.07 -3.64 Investasi
Riil x2tot_i -5.25 -5.33 -5.39
Ekspor x4tot -2.58
5.61 10.20
Impor x0imp_c 1.69 -2.93 -5.72
Devaluasi Riil
p0realdev -1.60 3.69 6.63
Indeks Harga Konsumen p3tot
1.96 -3.34
-6.21 Keterangan:
Sim1 = peningkatan produktivitas industri pertanian Sim2 = sim 1 diikuti peningkatan produktivitas pertanian
Sim3 = sim 2 diikuti peningkatan produktivitas lembaga keuangan
Pada Tabel 28, nampak bahwa penurunan ekspor yang dibarengi oleh terjadinya peningkatan impor mengakibatkan rasio neraca perdagangan terhadap
PDB delB menjadi negatif atau menurun sebesar -1.07 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila kondisi ini dibiarkan, maka dalam jangka panjang
ketergantungan Indonesia terhadap barang-barang impor akan semakin meningkat.
Hal yang cukup menarik untuk disimak dari simulasi 1 adalah terjadinya inflasi yang ditunjukkan oleh peningkatan indeks harga konsumen p3tot sebesar
1.96 persen. Padahal peningkatan produktivitas industri pertanian berdampak terhadap peningkatan jumlah output yang dihasilkan, yang pada gilirannya akan
197 mendorong penurunan harga output. Namun demikian, penurunan harga output
pada sektor industri pertanian ternyata tidak diikuti oleh penurunan harga output pada sektor-sektor lainnya Lampiran 4. Sektor-sektor tersebut adalah sektor
pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan, sektor pertambangan, sektor industri lain, sektor listrik, gas dan air, sektor
perdagangan, hotel dan restauran, sektor jasa transportasi, sektor lembaga keuangan, sektor jasa pemerintah, dan sektor jasa lain. Peningkatan harga output
pada sektor-sektor ini secara agregat akan mendorong terjadinya peningkatan harga umum inflasi.
Apabila peningkatan produktivitas industri pertanian diikuti oleh peningkatan produktivitas sektor pertanian simulasi 2, maka kinerja ekonomi
makro menjadi semakin membaik. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan output agregat dan peningkatan nilai PDB riil yang semakin besar,
yaitu masing-masing sebesar 0.39 persen dan 0.64 persen. Peningkatan PDB riil ini didorong oleh adanya peningkatan ekspor bersih net export, dimana ekspor
meningkat sebesar 5.61 persen dan impor menurun sebesar -2.93 persen. Peningkatan ekspor yang diiringi oleh penurunan impor menyebabkan
meningkatnya rasio neraca perdagangan terhadap PDB sebesar 2.04 persen. Pada simulasi 2, indeks harga konsumen justru mengalami penurunan
deflasi yang bertolak belakang dengan dampak pada simulasi 1. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan produktivitas industri pertanian yang
dibarengi oleh peningkatan produktivitas sektor pertanian mampu mendorong seluruh industri berproduksi secara lebih efisien, sehingga mampu menghasilkan
output yang harganya lebih murah. Penurunan tingkat harga produk domestik akan menurunkan tingkat harga produk ekspor. Penurunan harga produk ekspor
198 ini selanjutnya akan meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan oleh
Indonesia di pasar internasional. Pada gilirannya produk-produk Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar internasional, yang ditunjukkan oleh
peningkatan nilai devaluasi riil p0realdev mata uang rupiah terhadap dollar sebesar 3.69 persen.
Peningkatan produktivitas industri pertanian, sektor pertanian dan lembaga keuangan yang terjadi secara bersamaan simulasi 3, akan memberikan dampak
yang lebih besar lagi terhadap kinerja ekonomi makro. Pada simulasi 3, peningkatan output agregat dan PDB riil menjadi semakin besar yaitu masing-
masing sebesar 0.61 persen dan 0.91 persen. Pada sisi lain, devaluasi riil mata uang rupiah terhadap dollar menjadi semakin meningkat, yang pada gilirannya
akan mendorong laju pertumbuhan ekspor dan menurunkan impor.
6.3. Dampak Peningkatan