Dampak Peningkatan Produktivitas terhadap Kinerja Ekonomi Sektoral

VI. DAMPAK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TERHADAP KINERJA EKONOMI, PENDAPATAN

RUMAHTANGGA DAN TINGKAT KEMISKINAN Peningkatan produktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan produktivitas faktor total atau Total Factor Productivity TFP. Terdapat tiga simulasi kebijakan yang dilakukan, yaitu peningkatan produktivitas industri pertanian simulasi 1, peningkatan produktivitas industri pertanian diikuti oleh sektor pertanian simulasi 2, dan peningkatan produktivitas industri pertanian, sektor pertanian dan lembaga keuangan simulasi 3. Ketiga simulasi tersebut dikaji dampaknya terhadap kinerja ekonomi sektoral, ekonomi makro, pendapatan rumahtangga dan tingkat kemiskinan.

6.1. Dampak Peningkatan Produktivitas terhadap Kinerja Ekonomi Sektoral

Secara teoritis, peningkatan produktivitas suatu sektor akan diikuti oleh peningkatan output pada sektor yang bersangkutan dan sektor lainnya yang terkait. Hal ini berarti terjadi pergeseran kurva penawaran ke kanan, sebagai akibat adanya peningkatan produktivitas. Pada Tabel 24, nampak bahwa peningkatan produktivitas industri pertanian simulasi 1 berdampak positif terhadap peningkatan jumlah output pada sebagian besar industri pertanian. Peningkatan output terbesar terjadi pada industri rokok 3.53 persen, sedangkan peningkatan output terendah terjadi pada industri pupuk dan pestisida 0.94 persen. Sementara itu, pada sektor industri bambu, kayu dan rotan dan industri pengolahan karet justru mengalami penurunan jumlah output yang dihasilkan sebagai dampak terjadinya peningkatan produktivitas pada industri yang 187 bersangkutan. Penurunan output pada kedua industri ini diduga terkait erat dengan terjadinya penurunan investasi x2tot pada industri yang bersangkutan, dimana pada industri bambu, kayu dan rotan mengalami penurunan investasi sebesar -3.67 persen dan pada industri pengolahan karet sebesar -4.54 persen. Tabel 24. Hasil Simulasi Kebijakan Peningkatan Produktivitas terhadap Jumlah Output Sektoral No. SektorKomoditas Jumlah Output Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sektor Industri Pertanian 1. Pengolahan Ternak 2.23 1.15 0.37 2. Pengolahan Ikan 2.14 1.06 0.28 3. Minyak dan Lemak 2.58 2.75 2.55 4. Beras 2.50 1.22 0.10 5. Tepung 2.07 0.30 1.58 6. Gula 3.06 3.45 2.46 7. Rokok 3.53 0.68 2.98 8. Bambu, Kayu dan Rotan -2.12 3.45 6.65 9. Pupuk dan Pestisida 0.94 0.39 0.53 10. Pengolahan Karet -0.23 2.58 4.21 Sektor Pertanian 1. Padi 1.20 -0.23 -1.51 2. Ubi Kayu 1.73 0.75 0.47 3. Karet -0.66 1.10 2.33 4. Tebu 1.49 1.64 0.65 5. Kelapa 0.85 1.34 0.92 6. Kelapa Sawit 0.30 1.90 2.47 7. Tembakau 2.92 -1.26 -3.55 8. Peternakan 1.76 0.58 0.73 9. Hasil Hutan -1.92 1.08 2.65 10. Perikanan 0.83 1.52 0.99 Keterangan: Sim1 = peningkatan produktivitas industri pertanian Sim2 = sim 1 diikuti peningkatan produktivitas pertanian Sim3 = sim 2 diikuti peningkatan produktivitas lembaga keuangan Peningkatan produktivitas industri pertanian juga berdampak positif terhadap peningkatan output pada beberapa sektor pertanian sebagai pemasok bahan baku, yaitu pada komoditas padi, ubi kayu, tebu, kelapa, kelapa sawit, 188 tembakau, peternakan dan komoditas perikanan. Sementara itu, terdapat dua komoditas pertanian justru mengalami penurunan jumlah output yang dihasilkan, yaitu komoditas karet dan komoditas hasil hutan. Penurunan jumlah output pada komoditas karet dan hasil hutan ini diduga terkait erat dengan penurunan jumlah output pada industri hilirnya yaitu industri pengolahan karet dan industri bambu, kayu dan rotan. Apabila peningkatan produktivitas industri pertanian diikuti oleh peningkatan produktivitas sektor pertanian simulasi 2, maka hampir pada seluruh sektor mengalami peningkatan jumlah output yang dihasilkan, kecuali pada komoditas padi dan tembakau. Kondisi yang sama juga akan terjadi apabila peningkatan produktivitas industri pertanian dan sektor pertanian diikuti oleh peningkatan produktivitas lembaga keuangan simulasi 3. Penurunan jumlah output pada komoditas tembakau diduga disebabkan karena terjadinya penurunan investasi di sektor ini, yaitu sebesar -4.28 persen simulasi 2 dan -7.34 persen simulasi 3. Walaupun investasi pada komoditas padi menunjukkan peningkatan pada semua simulasi, namun peningkatannya cenderung menurun, yaitu dari 23.88 persen pada simulasi 1, menurun menjadi 14.94 persen simulasi 2 dan 10.36 persen simulasi 3. Pola perubahan output sektoral berpengaruh langsung terhadap tingkat harga output sektoral. Peningkatan jumlah output diikuti oleh penurunan harga output pada sebagian sektor. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi, dimana penambahan jumlah output yang dihasilkan akan mendorong penurunan harga jual output yang bersangkutan. Pada Tabel 25, terlihat bahwa harga output pada sebagian besar sektor industri mengalami penurunan, kecuali pada industri 189 bambu, kayu dan rotan dan industri pengolahan karet. Peningkatan harga output pada kedua industri ini terkait erat dengan semakin menurunnya jumlah output yang dihasilkan oleh industri yang bersangkutan seperti yang sudah dijelaskan pada uraian sebelumnya. Kondisi sebaliknya dialami oleh sektor pertanian, dimana peningkatan produktivitas industri pertanian simulasi 1 justru berdampak terhadap peningkatan harga output pada seluruh komoditas pertanian. Tabel 25. Hasil Simulasi Kebijakan Peningkatan Produktivitas terhadap Harga Output Sektoral No. SektorKomoditas Harga Output Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sektor Industri Pertanian 1. Pengolahan Ternak -1.22 -5.55 -8.64 2. Pengolahan Ikan -1.43 -5.34 -8.43 3. Minyak dan Lemak -0.54 -5.80 -8.22 4. Beras -3.99 -9.86 -15.11 5. Tepung -0.69 -5.09 -7.85 6. Gula -1.32 -8.20 -11.44 7. Rokok -1.65 -3.84 -6.62 8. Bambu, Kayu dan Rotan 4.82 -1.60 -1.13 9. Pupuk dan Pestisida -0.77 -3.69 -5.20 10. Pengolahan Karet 1.87 -4.59 -5.65 Sektor Pertanian 1. Padi 5.93 -9.91 -15.61 2. Ubi Kayu 7.36 -9.69 -15.86 3. Karet 1.48 -7.22 -9.07 4. Tebu 3.47 -10.40 -14.13 5. Kelapa 4.76 -6.14 -10.40 6. Kelapa Sawit 2.52 -5.23 -7.98 7. Tembakau 2.29 -6.67 -9.70 8. Peternakan 3.24 -6.69 -9.88 9. Hasil Hutan 2.13 -8.43 -10.81 10. Perikanan 5.19 -7.67 -12.23 Keterangan: Sim1 = peningkatan produktivitas industri pertanian Sim2 = sim 1 diikuti peningkatan produktivitas pertanian Sim3 = sim 2 diikuti peningkatan produktivitas lembaga keuangan Apabila peningkatan produktivitas industri pertanian tersebut diikuti oleh peningkatan produktivitas sektor pertanian simulasi 2, maka seluruh komoditas, 190 baik di sektor pertanian maupun di sektor industri pertanian, mengalami penurunan harga output. Penurunan harga output akan semakin besar apabila peningkatan produktivitas industri pertanian dan sektor pertanian juga diikuti oleh peningkatan produktivitas lembaga keuangan simulasi 3. Dampak sektoral peningkatan produktivitas juga dapat dilihat dari perubahan penyerapan tenaga kerja pada berbagai sektor, seperti yang disajikan pada Tabel 26. Pada seluruh simulasi kebijakan, peningkatan penyerapan tenaga kerja mengikuti pola peningkatan jumlah output yang dihasilkan. Namun demikian, untuk beberapa industri pertanian justru mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja. Industri pertanian tersebut antara lain industri bambu, kayu dan rotan, industri pupuk dan pestisida serta industri pengolahan karet. Penurunan penyerapan tenaga kerja pada industri bambu, kayu dan rotan dan industri pengolahan karet, terkait erat dengan penurunan jumlah output yang dihasilkan oleh kedua jenis industri ini, sebagai dampak peningkatan produktivitas industri yang bersangkutan. Peningkatan produktivitas industri pertanian juga berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian, kecuali pada komoditas karet dan komoditas hasil hutan yang mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja. Apabila diperbandingkan pola perubahan output sektoral dengan pola perubahan penyerapan tenaga kerja sektoral, maka akan nampak bahwa peningkatan jumlah output yang dihasilkan pada hampir seluruh sektor lebih besar dibandingkan dengan peningkatan penyerapan tenaga kerjanya. Hal ini mencerminkan terjadinya peningkatan produktivitas tenaga kerja pada sebagian besar industri pertanian sebagai dampak guncangan shock peningkatan produktivitas faktor total pada industri pertanian yang bersangkutan. 191 Tabel 26. Hasil Simulasi Kebijakan Peningkatan Produktivitas terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral No. SektorKomoditas Sim 1 Sim 2 Sim 3 Skilled Unskilled Total Skilled Unskilled Total Skilled Unskilled Total Sektor Industri Pertanian 1. Pengolahan Ternak 1.14 -0.23 0.84 0.46 -0.35 0.28 -0.63 -0.20 -0.53 2. Pengolahan Ikan 1.29 -0.08 0.99 0.60 -0.21 0.42 -0.48 -0.06 -0.39 3. Minyak dan Lemak 1.00 -0.37 0.70 1.46 0.65 1.28 0.87 1.29 0.97 4. Beras 2.21 0.84 1.91 0.78 -0.03 0.60 -1.47 -1.05 -1.37 5. Tepung 1.79 0.42 1.49 -1.19 -2.00 -1.37 -3.19 -2.77 -3.10 6. Gula 2.35 0.98 2.05 3.69 2.88 3.51 2.23 2.65 2.32 7. Rokok 4.52 3.15 4.22 -1.05 -1.86 -1.23 -4.49 -4.07 -4.40 8. Bambu, Kayu dan Rotan -7.83 -9.20 -7.93 6.21 5.40 6.15 14.07 14.49 14.10 9. Pupuk dan Pestisida -0.68 -2.05 -1.07 -0.94 -1.75 -1.17 -0.77 -0.35 -0.65 10. Pengolahan Karet -2.98 -4.35 -3.37 1.64 0.83 1.41 3.89 4.31 4.01 Sektor Pertanian 1. Padi 4.07 2.52 4.07 -3.68 -4.60 -3.68 -7.16 -6.68 -7.16 2. Ubi Kayu 5.34 3.78 5.33 -2.81 -3.73 -2.81 -6.47 -5.99 -6.46 3. Karet -0.15 -1.70 -0.19 -1.18 -2.10 -1.21 -0.12 0.36 -0.10 4. Tebu 3.16 1.60 3.11 -3.31 -4.23 -3.34 -5.46 -4.99 -5.45 5. Kelapa 3.18 1.62 3.13 0.04 -0.88 0.01 -1.86 -1.38 -1.85 6. Kelapa Sawit 0.73 -0.83 0.68 1.23 0.31 1.21 1.24 1.72 1.26 7. Tembakau 3.86 2.30 3.81 -3.35 -4.27 -3.38 -6.46 -5.98 -6.44 8. Peternakan 3.81 2.26 3.71 -2.27 -3.19 -2.33 -4.97 -4.49 -4.94 9. Hasil Hutan -1.07 -2.63 -1.25 -2.14 -3.06 -2.24 -0.96 -0.48 -0.90 10. Perikanan 3.65 2.10 3.60 -1.29 -2.21 -1.32 -3.65 -3.17 -3.63 Keterangan: Sim1 = peningkatan produktivitas industri pertanian, Sim2 = sim 1 diikuti peningkatan produktivitas pertanian, Sim3 = sim 2 diikuti peningkatan produktivitas lembaga keuangan 191 192 Pada sektor yang mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja, ternyata peningkatan penyerapan tenaga kerja terdidik skilled lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja tidak terdidik unskilled. Sebaliknya pada sebagian sektor yang mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja, nampak bahwa penurunan tenaga kerja terdidik lebih kecil dibandingkan dengan tenaga kerja tidak terdidik. Hal ini diduga karena pola perubahan penyerapan tenaga kerja sektoral terkait erat dengan perubahan tingkat upah tenaga kerja terdidik dan tenaga kerja tidak terdidik sebagai dampak terjadinya peningkatan produktivitas Tabel 27. Tabel 27. Dampak Peningkatan Produktivitas terhadap Tingkat Upah Tenaga Kerja Jenis Tenaga Kerja Perubahan Tingkat Upah Sim 1 Sim 2 Sim 3 Nominal Tenaga Kerja Terdidik 0.34 -4.29 -5.72 Tenaga Kerja Tidak Terdidik 3.46 -2.45 -6.68 Riil Tenaga Kerja Terdidik -1.62 -0.95 0.49 Tenaga Kerja Tidak Terdidik 1.50 0.89 -0.47 Pada Tabel 27, nampak bahwa adanya peningkatan produktivitas industri pertanian simulasi 1 berdampak terhadap peningkatan upah tenaga kerja, dimana peningkatan upah nominal tenaga kerja terdidik 0.34 persen lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan upah nominal tenaga kerja tidak terdidik 3.46 persen. Apabila upah nominal tersebut dikonversikan dengan laju inflasi yang sebesar 1.96 persen, maka upah riil tenaga kerja terdidik justru mengalami penurunan -1.62 persen, sedangkan upah riil tenaga kerja tidak terdidik tetap mengalami peningkatan 1.50 persen. Kondisi inilah yang mendorong suatu industri menambah penyerapan jumlah tenaga kerja terdidik dan mengurangi jumlah tenaga kerja tidak terdidik. 193 Pola perubahan tingkat upah tersebut di atas, di sisi lain berdampak positif terhadap struktur tenaga kerja sektoral. Penurunan penyerapan tenaga kerja tidak terdidik pada beberapa sektor yang terjadi bersamaan dengan meningkatnya penyerapan tenaga kerja terdidik, mengindikasikan telah terjadi perubahan struktur tenaga kerja dari tenaga kerja tidak terdidik ke tenaga kerja terdidik. Hal ini mencerminkan adanya perubahan proses produksi yang mengarah pada keinginan untuk mengakomodir tuntutan peningkatan efisiensi dan daya saing pada sebagian besar sektor. Apabila peningkatan produktivitas industri pertanian juga diikuti oleh peningkatan produktivitas sektor pertanian simulasi 2, maka akan mempunyai dampak yang bervariasi terhadap penyerapan tenaga kerja. Sebagian sektor permintaan tenaga kerjanya meningkat, sebaliknya sektor lainnya justru mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja misalnya pada sebagian besar komoditas pada sektor pertanian dan beberapa sektor industri pertanian. Kondisi yang sama juga akan terjadi apabila peningkatan produktivitas industri pertanian diiikuti oleh peningkatan produktivitas sektor pertanian dan lembaga keuangan simulasi 3. Peningkatan penyerapan tenaga kerja disebabkan karena adanya peningkatan jumlah output yang dihasilkan, sehingga perusahaan merespon dengan meningkatkan jumlah tenaga kerjanya. Adapun penurunan penyerapan tenaga kerja lebih disebabkan karena peningkatan produktivitas yang terjadi berdampak terhadap penurunan nilai output yang dihasilkan. Peningkatan produktivitas mengakibatkan industri yang bersangkutan mengoptimalkan tenaga kerja yang ada dan berproduksi lebih efisien, sehingga penyerapan tenaga kerjanya mengalami penurunan. 194

6.2. Dampak Peningkatan