159
5.7. Elastisitas dan Parameter Lain
Selain data dasar yang telah dikemukan di atas, model keseimbangan umum juga membutuhkan data parameter elastisitas dan beberapa parameter
behavioural. Parameter elastisitas yang digunakan dalam model ini adalah elastisitas Armington, elastisitas substitusi tenaga kerja, elastisitas substitusi untuk
input primer, elastisitas permintaan ekspor dan elastisitas pengeluaran. Parameter lain yang diperlukan adalah parameter yang berhubungan dengan investasi.
Idealnya parameter-parameter tersebut diperoleh dari data time series yang kemudian diestimasi dengan menggunakan alat analisis ekonometrika. Namun
demikian karena adanya keterbatasan data di lapangan, menyebabkan sebagian besar dari nilai parameter tersebut diperoleh dari hasil studi terdahulu, baik studi
yang dilakukan di Indonesia maupun studi yang dilalukan di negara lain yang kemudian diaplikasikan pada model Indonesia. Berikut akan dijelaskan masing-
masing besaran parameter elastisitas dan parameter lainnya yang digunakan dalam model.
1 Elastisitas Armington
Armington telah mengemukakan teori mengenai permintaan barang dalam aktivitas perdagangan internasional. Dalam teori yang dikembangkannya,
Armington memperkenalkan asumsi bahwa produk yang diperdagangkan secara internasional berbeda berdasarkan lokasi produksinya. Armington lebih jauh
mengasumsikan bahwa dalam suatu negara, setiap industri hanya menghasilkan satu produk dan bahwa produk ini berbeda dari produk industri yang sama dari
negara lain. Dari sudut pandang konsumen, produk suatu industri yang berasal dari berbagai negara merupakan sekelompok barang yang dapat saling
160 bersubstitusi Lloyd dan Zhang, 2005. Tingkat substitusi di antara barang yang
dihasilkan oleh industri domestik dan industri di negara lain besifat tidak sempurna imperfect of substitution Kapuscinski dan Warr, 1999. Derajat
substitusi di antara kedua barang tersebut selanjutnya dikenal secara luas sebagai elastisitas substitusi Armington atau disingkat elastisitas Armington.
Asumsi Armington terhadap produk yang terdeferensiasi secara nasional telah diadopsi secara luas dalam model CGE untuk mendefenisikan permintaan
barang-barang domestik dan barang-barang impor. Dalam penelitian ini, nilai elastisitas Armington untuk tiap komoditas mengikuti model DyREC yang
dikembangkan oleh Oktaviani et al. 2007, dimana elastisitas Armington diestimasi dengan menggunakan data time series yang tersedia. Untuk
mengestimasi elastisitas Armington diperlukan data volume dan harga barang impor serta data produksi dan harga barang domestik. Selanjutnya data ini
dianalisis dengan model logaritma ganda DLM dan model penyesuaian parsial PAM. Nilai parameter elastisitas tersebut disajikan pada Tabel 18.
2 Elastisitas Permintaan Ekspor
Elastisitas permintaan ekspor menunjukkan respon permintaan komoditas ekspor terhadap perubahan harganya di pasar internasional. Pada perekonomian
internasional, Indonesia diasumsikan sebagai negara kecil, sehingga ekspor Indonesia tidak akan mempengaruhi harga dunia. Dalam penelitian ini, nilai
elastisitas permintaan ekspor mengikuti model DyREC yang dikembangkan oleh Oktaviani et al. 2007, yang diestimasi dengan menggunakan data volume dan
nilai ekspor. Elastisitas permintaan ekspor masing-masing sektorkomoditas disajikan pada Tabel 18.
161 Tabel 18. Parameter Elastisitas yang Digunakan Dalam Model
SektorKomoditas Elastisitas
Armington Permintaan
Ekspor Substitusi
Input Primer
Substitusi TK
1. Padi 4.87
-1.40 0.71
0.50 2. Kedelai
4.87 -1.40
0.71 0.50
3. Jagung 4.87
-1.40 0.71
0.50 4. Ubi kayu
4.87 -1.40
0.71 0.50
5. Sayur-sayuran dan buah- buahan
4.87 -1.40 0.71 0.50 6. Tanaman bahan makanan
lainnya 4.87 -1.40 0.71 0.50
7. Karet 1.74
-0.98 0.71
0.50 8. Tebu
1.74 -0.98
0.71 0.50
9. Kelapa 1.74
-0.98 0.71
0.50 10. Kelapa sawit
1.74 -0.98
0.71 0.50
11. Tembakau
1.74 -0.98 0.71 0.50 12.
Kopi 1.74 -0.98 0.71 0.50
13. Teh.
1.74 -0.98 0.71 0.50 14.
Kakao 1.74 -0.98 0.71 0.50
15. Tanaman perkebunan lainnya 1.74
-0.98 0.71
0.50 16. Tanaman lainnya
4.87 -1.40
0.71 0.50
17. Peternakan
0.06 -0.96 0.71 0.50 18.
Kehutanan 1.79 -0.36 0.71 0.50
19. Perikanan
0.06 -1.11 0.71 0.50 20.
Pertambangan 1.20 -0.58 1.21 0.44
21. Industri pengolahan hasil peternakan
0.59 -1.39 1.21 0.04 22. Industri pengolahan hasil
perikanan 0.59 -1.39 1.21 0.04
23. Industri minyak dan lemak 0.59
-1.39 1.21
0.04 24. Beras Industri penggilingan
padi 0.59 -1.39 1.21 0.04
25. Industri tepung segala jenis 0.59
-1.39 1.21
0.04 26. Industri gula
0.59 -1.39
1.21 0.04
27. Industri rokok 0.59
-1.39 1.21
0.04 28. Industri bambu, kayu dan
rotan 1.05 -1.19 1.21 0.04
29. Industri pupuk dan pestisida 0.53
-0.13 1.21
0.04 30. Industri pengolahan karet
0.53 -0.13
1.21 0.04
31. Industri lainnya 0.72
-0.56 1.21
0.04 32. Listrik, gas dan air bersih
2.80 -5.60
0.46 0.50
162 Tabel 18. Lanjutan
SektorKomoditas Elastisitas
Armington Permintaan
Ekspor Substitusi
Input Primer
Substitusi TK
33. Bangunan
1.90 -3.78 0.25 0.20 34. Perdag., hotel dan restoran
1.90 -3.79
0.76 0.50
35. Jasa
transportasi 1.90 -3.78 1.47 0.07
36. Lembaga keuangan 1.90
-3.78 0.34
0.50 37. Pemerintahan umum dan
pertahanan 1.90 -3.79 0.34 0.50
38. Jasa
lainnya 1.90 -3.79 0.34 0.50
Sumber: Oktaviani et al. 2007, dimodifikasi.
3 Elastisitas Substitusi Input Primer
Elastisitas substitusi input primer menunjukkan bagaimana respon dari setiap input pada setiap sektor akibat perubahan harga input. Pada fungsi produksi
CES, faktor primer disubstitusi sesamanya dengan elastisitas substitusi yang konstan. Nilai yang sama juga diberlakukan untuk semua faktor yang saling
berpasangan. Biasanya nilai yang digunakan untuk elastisitas ini adalah 0.5. Kisaran nilai 0.5 tersebut telah digunakan dalam model ORANI, ORANI-F dan
ORANI-G pada perekonomian Australia Dixon et al., 1982; Horridge et al., 1993; Horridge et al., 1997. Penentuan nilai elastisitas substitusi input primer
dalam penelitian ini mengikuti model DyREC yang dikembangkan oleh Oktaviani et al. 2007. Adapun nilai elastisitas substitusi input primer masing-masing
sektorkomoditas disajikan pada Tabel 18.
4 Elastisitas Substitusi Tenaga Kerja
Nilai elastisitas substitusi tenaga kerja menunjukkan respon dari perubahan tenaga kerja pada berbagai jenis pekerjaan akibat adanya perubahan
163 upah. Penelitian khusus yang telah dilakukan untuk memperkirakan besaran nilai
elastisitas substitusi antar pekerjaan di Indonesia cukup sulit untuk ditemukan. Sebagian besar studi yang menggunakan model CGE di Indonesia mengadopsinya
dari studi-studi sebelumnya untuk negara lain. Pada konstruksi data dasar model INDOF misalnya, Oktaviani 2000 menggunakan angka 0.5 untuk seluruh sektor
penelitiaannya. Angka ini diperoleh dari studi Horridge et al. 1993 untuk model CGE perekonomian Australia. Angka yang sama juga telah digunakan oleh Buetre
1996 untuk model perekonomian Philippina. Oleh karena itu, penentuan nilai elastisitas substitusi antar jenis pekerjaan di Indonesia yang digunakan pada
model ini mengikuti metode yang digunakan oleh Oktaviani et al. 2000. Elastisitas substitisi tenaga kerja pada masing-masing sektor yang digunakan
dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 18.
5 Elastisitas Pengeluaran
Seperti yang telah dikemukakan pada uraian sebelumnya, bahwa penelitian ini mencoba untuk menangkap bagaimana dampak peningkatan produktivitas
industri pertanian terhadap pendapatan rumahtangga. Oleh sebab itu, rumahtangga dalam penelitian ini dibagi ke dalam delapan kelompok pendapatan.
Pengelompokan tersebut mengikuti pengelompokan SNSE 2003. Dengan demikian elastisitas pengeluaran dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan jenis
rumahtangga. Besaran nilai elastisitas pengeluaran masing-masing rumahtangga berdasarkan sektor mengikuti nilai yang terdapat pada SUSENAS tahun 2002.
Adapun besaran nilai tersebut disajikan pada Tabel 19.
164 Tabel 19. Parameter Elastisitas Pengeluaran Rumahtangga yang Digunakan
Dalam Model
Sektor Rural1 Rural2 Rural3 Rural4 Rural5 Urban1 Urban2 Urban3
1 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855
2 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855
3 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855
4 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855
5 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855
6 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855
7 0.855 0.949 0.885 0.896 0.956 0.693 0.677 0.671
8 0.855 0.949 0.885 0.896 0.956 0.693 0.677 0.671
9 0.855 0.949 0.885 0.896 0.956 0.693 0.677 0.671
10 0.855 0.949 0.885 0.896 0.956 0.693 0.677 0.671
11 0.855 0.949 0.885 0.896 0.956 0.693 0.677 0.671
12 0.855 0.949 0.885 0.896 0.956 0.693 0.677 0.671
13 0.855 0.949 0.885 0.896 0.956 0.693 0.677 0.671
14 0.855 0.949 0.885 0.896 0.956 0.693 0.677 0.671
15 0.855 0.949 0.885 0.896 0.956 0.693 0.677 0.671
16 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855
17 1.770 1.965 1.832 1.854 1.979 1.839 1.796 1.780
18 0.536 0.595 0.554 0.561 0.599 0.943 0.921 0.913
19 0.990 0.990 0.990 0.990 0.990 0.990 0.990 0.990
20 0.536 0.595 0.554 0.561 0.599 0.943 0.921 0.913
21 0.690 0.765 0.713 0.722 0.771 1.241 1.212 1.201
22 0.690 0.765 0.713 0.722 0.771 1.241 1.212 1.201
23 0.664 0.737 0.687 0.695 0.742 0.656 0.640 0.635
24 0.690 0.765 0.713 0.722 0.771 1.241 1.212 1.201
25 0.690 0.765 0.713 0.722 0.771 1.241 1.212 1.201
26 0.690 0.765 0.713 0.722 0.771 1.241 1.212 1.201
27 0.664 0.737 0.687 0.695 0.742 0.656 0.640 0.635
28 1.107 1.229 1.145 1.159 1.237 0.831 0.811 0.804
29 0.664 0.737 0.687 0.695 0.742 0.656 0.640 0.635
30 0.664 0.737 0.687 0.695 0.742 0.656 0.640 0.635
31 0.664 0.737 0.687 0.695 0.742 0.656 0.640 0.635
32 0.536 0.595 0.554 0.561 0.599 0.943 0.921 0.913
33 0.690 0.765 0.713 0.722 0.771 1.241 1.212 1.201
34 0.987 1.095 1.021 1.033 1.103 0.854 0.834 0.827
35 0.949 1.053 0.982 0.994 1.061 1.294 1.263 1.253
36 0.664 0.737 0.687 0.695 0.742 0.656 0.640 0.635
37 0.804 0.892 0.832 0.841 0.898 0.955 0.933 0.925
38 1.309 1.452 1.354 1.370 1.463 1.052 1.027 1.018
Sumber: SUSENAS tahun 2002
165
6 Elastisitas Upah dan Trend Tenaga Kerja
Sebuah model recursive dynamic membutuhkan data elastisitas upah dan data aktualtrend tenaga kerja. Sayangnya data tersebut tidak tersedia di
Indonesia, sehingga nilai-nilai tersebut diambil dari nilai yang digunakan pada model DyREC Oktaviani et al., 2007, yaitu sebesar 0.80 untuk elastisitas tenaga
kerja dan 0.0097 untuk aktualtrend tenaga kerja.
7 Parameter Investasi
Parameter investasi BETA_Ri menunjukkan hubungan antara tingkat pengembalian modal dan modal di tiap industri. Dalam penelitian ini parameter
investasi yang digunakan adalah 5, mengikuti parameter investasi yang terdapat pada model ORANI-F Horridge et al., 1993.
8 Tingkat Depresiasi Faktor dan Nilai Depresiasi
Tingkat depresiasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 10 persen. Nilai tersebut mengikuti nilai yang terdapat pada model ORANI-F
Horridge et al., 1993. Adapun besaran nilai untuk depresiasi faktor sebesar 0.9 diperoleh dari 1 dikurangi tingkat depresiasi. Nilai yang sama juga digunakan
oleh Buetre 1996 pada model Philipina.
9 Rasio Investasi Modal
Rasio investasi modal yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 0.1375. Nilai ini diperoleh dari beberapa alternatif nilai rasio investasi modal
yang digunakan dalam memperbaharui data dasar tahun 1995-2000 Susanti, 2002. Dengan menggunakan angka 0.1375, persentase perubahan GDP Riil dan
investasi hampir sama dengan perubahan aktualnya.
166
10 Stok Kapital pada Setiap Industri
Stok kapital awal pada setiap industri dibutuhkan untuk menggambarkan keseimbangan awal perekonomian. Dalam model keseimbangan umum data stok
kapital awal digunakan untuk menentukan nilai tingkat pertumbuhan growth rate, tingkat pengembalian kotor gross rate of return dan stok kapital pada
periode yang akan datang di setiap industri. Namun demikian data stok kapital awal di setiap industri tidak tersedia pada Tabel I-O, sehingga nilai tersebut
diperoleh dengan cara mengikuti perhitungan yang digunakan pada penelitian terdahulu.
Secara umum terdapat tiga alternatif yang dapat digunakan untuk menghitung nilai stok kapital awal Oktaviani, 2000. Ketiga cara perhitungan
tersebut disajikan pada Gambar 23.
Sumber: Oktaviani 2000
Gambar 23. Perhitungan nilai Stok Kapital
Nilai Depresiasi
Tingkat Depresiasi
Nilai Stok Kapital
Rasio Investasi-
Kapital Investasi
Tingkat Depresiasi,
Investasi
Nilai Stok Kapital Periode yang Akan
Datang Tingkat
Pertumbuhan
Nilai Kapital
Tingkat Depresiasi
Investasi
Tingkat Pengembalian Kotor Gross Rate of Return
Keterangan Data is Pre-
specified Data Tersedia, Kecuali
yang Berhuruf Tebal l
Data dihitung
167 Baris pertama pada Gambar 23 menunjukkan bahwa nilai stok kapital
dapat dihitung berdasarkan nilai tingkat depresiasi dan nilai depresiasi pada setiap industri. Adapun rumus untuk menghitung stok kapital awal adalah:
V0CAPi = VDEPi1-DEPi ………...………………………....……5.14 dimana:
V0CAPi = Nilai stok kapital awal VDEPi = Nilai depresiasi
1-DEPi = Tingkat depresiasi Baris kedua pada Gambar 23 menunjukkan cara perhitungan stok kapital
awal berdasarkan nilai rasio investasi kapital dan data investasi. Melalui cara ini nilai kapital stok awal dapat diperoleh dengan mengikuti rumus:
V0CAPi = V2TOTiR_Ti .....................................................................5.15 dimana:
V0CAPi = Nilai stok kapital awal V2TOTi = Nilai investasi pada setiap industri
R_Ti = Rasio investasi kapital pada setiap industri Dari persamaan 5.14 dan 5.15, persamaan yang paling mungkin untuk
diterapkan pada kasus Indonesia adalah persamaan 5.15, dimana pada persamaan ini diasumsikan bahwa nilai rasio investasi kapital pada setiap industri
sama Oktaviani, 2000. Persamaan 5.14 tidak digunakan dalam penelitian ini, walaupun data depresiasi pada setiap industri tersedia pada Tabel I-O. Tidak
digunakannya cara ini karena hasil yang diperoleh dari persamaan 5.14 terutama pada nilai pertumbuhan kapital tidak realistis Oktaviani, 2000.
11 Tingkat Pengembalian Kotor Perhitungan nilai tingkat pengembalian kotor The Gross Rate of Return,
termasuk risiko, pada setiap industri dalam penelitian ini mengikuti cara
168 perhitungan yang telah dilakukan oleh Oktaviani 2000 dalam model INDOF.
Adapun rumus yang digunakan adalah: GROSSRRi = V1CAPiV2TOTiX1GROWIi-DEPi ..........................5.16
dimana: GROSSRRi = Tingkat pengembalian kotor, termasuk risiko, pada
industri i V1CAPi
= Sewa kapital pada industri i V2TOTi
= Total kapital yang dihasilkan setiap industri X1GROWIi = Pertumbuhan kapital pada setiap industri
DEPi = Depresiasi faktor pada industri i
Nilai X1GROWIi dan V0CAPFi dihitung berdasarkan rumus: X1GROWIi=V0CAPFiV0CAPi
V0CAPFi=DEPiV0CAPi+V2TOTi ........................................5.17
12 Trend InvestmentKapital dan MaximumTrend InvestmentKapital Ratio
Mengingat data investmentkapital tidak tersedia di Indonesia, maka dalam penelitian ini nilai yang digunakan untuk kedua parameter tersebut mengikuti nilai
yang terdapat dalam model ORANIGRD pada perekonomian Australia. Nilai trend investment yang digunakan pada model ORANIGRD adalah 0.08 dan nilai
maximumtrend investment capital ratio adalah 4.00.
13 Elastisitas Investasi
Secara teoritis suatu fungsi investasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah suku bunga, risiko usaha, infrastruktur, kebijakan pemerintah,
kepastian hukum dan faktor-faktor non ekonomi lainnya. Akan tetapi di Indonesia belum ada penelitian mengenai seberapa besar pengaruh dari ketiga faktor
tersebut terhadap investasi, sekaligus besaran elastisitasnya.
169
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
1 18
35 52
69 86
103 120
Log I Log r
Linear Log I Linear Log r
Nilai elastisitas
investasi dalam
penelitian ini mengikuti penghitungan nilai elastisitas investasi yang dilakukan oleh Ratnawati et al. 2004 dengan
membangun model investasi sebagai fungsi dari suku bunga dalam bentuk model double-log. Nilai elastisitas investasi terhadap suku bunga yang dihasilkan dari
penghitungan tersebut adalah -8.63. Dari model tersebut terlihat bahwa suku bunga berpengaruh secara nyata terhadap investasi pada taraf nyata 7 persen
α=7, meskipun nilai R kuadrat yang dihasilkan hanya sebesar 9.4 persen. Kecilnya nilai R kuadrat tersebut disebabkan oleh fluktuasi nilai investasi yang
besar sementara fluktuasi suku bunga kecil bahkan cenderung mendatar Gambar 24. Di samping itu, seperti yang telah dijelaskan di atas, variasi investasi tidak
hanya ditentukan oleh suku bunga tetapi juga dipengaruhi oleh variasi faktor- faktor lainnya.
Sumber: Ratnawati et al. 2004. Gambar 24. Trend Investasi dan Suku Bunga di Indonesia, Tahun 1993-2002
170
5.8. Prosedur yang