209 perekonomian yang berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat, pengurangan
jumlah penduduk miskin di perdesaan lebih besar daripada di perkotaan. Kondisi serupa dengan hal tersebut di atas juga terjadi apabila peningkatan
produktivitas industri pertanian diikuti oleh peningkatan produktivitas sektor pertanian simulasi 2. Dampak penurunan tingkat kemiskinan pada simulasi 2
selaras dengan dampak penurunan tingkat kemiskinan pada simulasi 1. Apabila peningkatan produktivitas industri pertanian dan sektor pertanian
juga diikuti oleh peningkatan produktivitas sektor lembaga keuangan simulasi 3, maka dampak terhadap penurunan kemiskinan bertolak belakang dengan dampak
pada simulasi 1 dan simulasi 2. Pada simulasi 3, kelompok rumahtangga buruh pertanian di perdesaan rural 1 justru mengalami peningkatan tingkat
kemiskinan. Hal ini diduga karena kelompok rumahtangga ini tidak mempunyai akses terhadap lembaga keuangan. Kondisi sebaliknya terjadi pada kelompok
rumahtangga golongan atas, baik di perkotaan maupun di perdesaan, dimana kelompok rumahtangga ini mendapat manfaat benefit yang lebih besar dengan
adanya peningkatan produktivitas lembaga keuangan.
6.4.2. Kedalaman Kemiskinan
Seperti yang telah dikemukakan pada uraian sebelumnya bahwa head- count index merupakan ukuran kasar dari kemiskinan, karena setiap orang miskin
memiliki bobot yang sama besarnya, tidak ada perbedaan antara penduduk yang paling miskin dan penduduk yang paling kaya di antara orang-orang miskin.
Untuk menutupi kelemahan ini, maka pada penelitian ini dilakukan analisis kedalaman kemiskinan depth of poverty. Hasil analisis kedalaman kemiskinan
secara lengkap disajikan pada Tabel 33.
210
Tabel 33. Dampak Simulasi Kebijakan Peningkatan Produktivitas terhadap Kedalaman Kemiskinan
No. Kelompok Rumahtangga Dasar
1
Sim 1
2
Sim 2
2
Sim 3
2
Perubahan
3
Sim 1 Sim 2
Sim 3
1 Buruh Pertanian di Perdesaan
0.0254 0.0246 0.0249 0.0256 -3.2365
-2.0564 0.6970
2 Pengusaha Pertanian di Perdesaan
0.0215 0.0211 0.0211 0.0214 -1.9038
-1.9038 -0.5090
3 RT Bukan Pert. Gol. Rendah di Perdesaan
0.0301 0.0301 0.0299 0.0299 -0.1138
-0.7775 -0.7775
4 Bukan Angkatan Kerja di Perdesaan
0.0280 0.0274 0.0276 0.0280 -2.1361
-1.4218 0.0069
5 RT Bukan Pertanian Gol. Atas di Perdesaan
0.0271 0.0272 0.0271 0.0269 0.2975 -0.0713
-0.8088 6
RT Bukan Pert. Gol. Rendah di Perkotaan 0.0089 0.0088 0.0088 0.0088
-0.7439 -0.7439
-0.7439 7
Bukan Angkatan Kerja di Perkotaan 0.0088 0.0089 0.0089 0.0087 1.0497
1.0497 -1.2211
8 RT Bukan Pertanian Gol. Atas di Perkotaan
0.0084 0.0086 0.0085 0.0083 2.1991 1.0107
-1.3660 Keterangan:
1
Nilai poverty gap index sebelum dilakukan simulasi kebijakan.
2
Sim 1: peningkatan produktivitas industri pertanian Sim 2: sim 1 diikuti peningkatan produktivitas sektor pertanian
Sim 3: sim 2 diikuti peningkatan produktivitas lembaga keuangan
3
Nilai perubahan antara indeks simulasi dasar dengan indeks masing-masing simulasi kebijakan
210
211 Pada Tabel 33, nampak bahwa sebelum dilakukan simulasi kebijakan,
angka poverty gap index berkisar antara 0.84-3.01 persen. Angka ini menunjukkan rata-rata kesenjangan pendapatan pada tiap kelompok rumahtangga
miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin besar poverty gap index menunjukkan semakin besar kesenjangan gap pendapatan rumahtangga miskin terhadap garis
kemiskinan. Angka poverty gap index terbesar terdapat pada kelompok rumahtangga bukan pertanian golongan rendah di perdesaan, sedangkan terkecil
pada kelompok rumahtangga bukan pertanian golongan atas di perkotaan. Peningkatan produktivitas industri pertanian yang diikuti oleh peningkatan
produktivitas sektor pertanian simulasi 2, mempunyai dampak yang sejalan dengan simulasi 1 dalam hal penurunan indeks kedalaman kemiskinan. Pada
simulasi 2, seluruh kelompok rumahtangga perdesaan dan kelompok rumahtangga golongan rendah di perkotaan mengalami penurunan indeks kedalaman
kemiskinan. Sementara itu, kelompok rumahtangga golongan atas di perkotaan justru mengalami peningkatan indeks kedalaman kemiskinan.
Apabila pada simulasi 2 juga diikuti oleh peningkatan produktivitas lembaga keuangan simulasi 3, maka indeks kedalaman kemiskinan pada
kelompok rumahtangga buruh pertanian dan bukan angkatan kerja di perdesaan mengalami peningkatan, sedangkan pada kelompok rumahtangga lainnya justru
terjadi hal yang sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan produktivitas lembaga keuangan akan mendatangkan manfaat yang lebih besar
bagi kelompok rumahtangga yang mempunyai akses lebih besar terhadap lembaga keuangan. Kelompok rumahtangga ini antara lain kelompok rumahtangga bukan
pertanian dan kelompok rumahtangga golongan atas, baik di perdesaan maupun di perkotaan.
212
6.4.3. Keparahan Kemiskinan