= jumlah kuadrat seluruh skor item = jumlah kuadrat subyek
= mean kuadrat antara subyek = varians total
= varians skor butir = mean kuadrat kesalahan
= reliabilitas yang di cari = jumlah butir soal
Jika r
i
r
tabel
maka tes dikatakan reliabel. Tabel yang digunakan adalah tabel r product moment dengan taraf signifikan α = 0,05.
Setelah dilakukan perhitungan koefisien reliabilitas pada tes uji coba skala motivasi diperoleh
perhitungan reliabilitas uji coba skala motivasi belajar dapat dilihat pada lampiran 20. Berdasarkan hasil analisis instrumen uji
coba untuk reliabilitas soal diperoleh . Dari tabel r diperoleh 0,632.
Karena
tabel 11
r r
maka soal tersebut reliabel. Perhitungan reliabilitas soal dapat dilihat pada lampiran 16.
3.5.3 Taraf Kesukaran Soal
Taraf kesukaran digunakan untuk menunjukkan sukar tidaknya suatu soal. Arifin 2012:266 menyebutkan bahwa soal yang baik adalah soal yang
mempunyai tingkat kesukaran seimbang proporsional, dan suatu soal tes sebaiknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.
Untuk menghitung taraf kesukaran pada soal bentuk uraian adalah dengan menghitung berapa persen siswa yang gagal menjawab benar atau di bawah batas
lulus untuk tiap-tiap soal. Rumus yang digunakan adalah: Taraf kesukaran
Sedangkan untuk menafsirkan taraf kesukaran soal tersebut menggunakan kriteria sebagaimana tertera dalam tabel 3.3. Arifin 2012:273
Tabel 3.3. Kriteria Penafsiran Taraf Kesukaran Persentase Taraf Kesukaran
Keterangan 0 TK 27
Mudah 27 TK 72
Sedang 72 TK 100
Sukar Sebaiknya proporsi antara taraf kesukaran tersebar secara normal agar bisa
diperoleh hasil yang maksimal. Dalam penelitian ini, proporsi soal menggunakan acuan sebagaimana yang dinyatakan Arifin 2012:271 yaitu 15 untuk soal
sukar, 70 untuk soal sedang, dan 15 untuk soal mudah. Berdasarkan perhitungan taraf kesukaran soal, diperoleh satu soal dengan
kriteria mudah yaitu soal nomor 10, lima soal dengan kriteria sedang yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, dan 9, serta empat soal dengan kriteria sukar yaitu soal nomor 5,
6, 7, dan 8. Perhitungan taraf kesukaran soal dapat dilihat pada lampiran 16.
3.4.1 Daya Pembeda
Perhitungan daya beda dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan siswa yang sudah menguasai materi dan siswa yang
belumkurang menguasai materi.
Untuk menghitung signifikansi daya beda dari tiap-tiap item untuk tes berbentuk uraian adalah dengan menghitung perbedaan dua buah rata-rata mean,
yaitu antara kelompok atas dan kelompok bawah untuk tiap-tiap item soal. Langkah-langkah menghitung daya pembeda adalah sebagai berikut.
1 Menghitung jumlah skor total tiap siswa;
2 Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai terkecil;
3 Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah siswa 30
maka kelompok atas maupun kelompok bawah ditetapkan 27 dari jumlah siswa;
4 Menghitung rata-rata skor untuk kelompok atas maupun kelompok bawah;
5 Menghitung daya pembeda;
6 Membandingkan daya pembeda dengan t
tabel
. Rumus yang digunakan adalah:
...................................... 3.3
Arifin, 2012:278 Keterangan :
= rata-rata kelompok atas = rata-rata kelompok bawah
= jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
= 27 x N baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah
Nilai t yang diperoleh tersebut kemudian dibandingkan dengan t
tabel
dengan dk = n
1
– 1 + n
2
– 1 dan α = 5 . Jika t
hitung
t
tabel
maka daya bedanya signifikan. Berdasarkan perhitungan signifikansi daya pembeda soal diperoleh kesimpulan
bahwa dari sepuluh butir soal yang diujicobakan, hanya sembilan soal yang memiliki daya pembeda signifikan karena
t abel hit ung
t t
. Perhitungan daya pembeda butir soal dapat dilihat pada lampiran 16.
3.4.2 Penentuan Instrumen Penelitian