Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan-
nya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remidial.
Beberapa prinsip yang harus diperhatkan dalam melaksanakan komponen keterampilan mengelola kelas adalah: 1 kehangatan dan keantusiasan; 2
penggunaan bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah belajar siswa; 3 perlu mempertimbangkan penggunaan variasi media, gaya belajar, dan
pola interaksi; 4 diperlukan keluwesan tingkah laku guru dalam mengubah starategi mengajarnya untuk mencegah gangguan-gangguan yang timbul; 5
penekanan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal negatif; 6 mendorong siswa untuk mengambangkan disiplin diri sendiri
dengan cara memberi contoh dalam perbuatan guru sehari-hari. Indikator keterampilan mengelola kelas dalam penelitian ini antara lain:
1 pengadaan penguatan verbal maupun nonverbal; 2 pengunaan media pembelajaran; 3 membimbing diskusi kelompok; 4 pengkondisian kelas.
Berdasarkan uraian di atas maka disimpulkan bahwa keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan atau kecakapan yang harus
dimiliki guru dalam membimbing para siswa dalam hal pengetahuan, keterampilan, sikap, serta ide dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan
tingkah laku yang lebih baik agar berjalan secara efektif dan efisien.
2.1.7. Aktivitas Belajar Siswa
Kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar adalah salah satu kegiatan yang penting bagi siswa. Siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan
mengolah porelahan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pembelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual,
dan emosional. Menurut Thorndike dalam Dimyati, 2006: 45 mengemukakan keaktifan
siswa dalam belajar dengan hukum “low of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Mc Keachie berkenaan dengan
prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu, sosial” Mc Keachie, 1976: 230 dari Gredler MEB
terjemahan Munandir, 1991: 105 Aktivitas belajar siswa adalah kegiatan yang terjadi dalam satu konteks
perencanaan untuk mencapai suatu perubahan tertentu serta menggunakan seluruh potensi individu sehingga akan terjadi perubahan perilaku tertentu Rusman, dkk.
2012:19. Keaktifan siswa selalu nampak dalam setiap proses belajar. Keaktifan itu
beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan
masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis lainnya.
Menurut Hamalik, 2008: 170-171 Siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup
yang sedang berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Pendidikan perlu mengarahkan tingkah laku dan
perbuatan itu menuju tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang ada pada siswa perlu mendapat kesempatan yang luas untuk berkembang tanpa terjadi
penyimpangan perkembangan dari tujuan yang telah ditentukan. Aktualisasi diri siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu
cara yang dapat digunakan adalah dengan cara bertanya. Bertanya sangat biasa dilakukan siswa dalam tiap kesempatan, untuk itu guru harus mampu
memfasilitasi kemampuan bertanya siswa untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pertanyaan harus diberikan secara bergiliran agar tidak didominasi
oleh beberapa siswa saja, hal ini dapat menyebabkan kecemburuan siswa, maka dari itu guru harus memberikan pertanyaan kepada siswa secara menyeluruh agar
tidak terjadi kecemburuan antar siswa Rusman, 2011: 82-83. Dierich dalam Hamalik, 2008: 172 membagi kegiatan belajar dalam
delapan kelompok, yaitu: kegiatan-kegiatan visual, kegiatan-kegiatan oral, kegiatan-kegiatan mendengarkan, kegiatan-kegiatan menulis, kegiatan-kegiatan
menggambar, kegiatan-kegiatan matrik, kegiatan-kegiatan mental, kegiatan- kegiatan emosional.
a. Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Komponen-komponennya: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan penjelasan teman satu kelompok, mendengarkan penjelasan kelompok lain,
mendengarkan radio. Indikator kegiatan mendengarkan meliputi: 1 siswa menyimak penjelasan guru; 2 siswa menyimak media pembelajaran aksara Jawa;
3 siswa mendengarkan pertanyaan dari siswa lain; 4 siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik.
b. Kegiatan-kegiatan menulis
Komponen-komponennya: menulis cerita, menulis laporan, mengerjakan tes, menulis rangkuman dan mengisi angket. Indikator kegiatan menulis meliputi:
1 siswa berani memberikan contoh menulis aksara Jawa di depan kelas; 2 siswa menulis hasil diskusi di lembar jawab; 3 siswa menulis hasil diskusi di
depan kelas; 4 siswa mencatat materi di buku catatan masing-masing. c.
Kegiatan-kegiatan mental Komponen-komponennya:
merenungkan, mengingat,
memecahkan masalah, menganalisis, dan membuat keputusan. Indikator kegiatan mental
meliputi: 1 siswa mengerjakan LKS; 2 siswa mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas; 3 siswa mengeluarkan pendapat ketika diskusi berlangsung; 4
siswa menanggapi pendapat dalam diskusi. d.
Kegiatan-kegiatan visual Komponen-komponennya: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. Indikator kegiatan visual meliputi: 1 siswa mengamati media aksara
Jawa yang ditampilkan guru; 2 siswa mengamati cara menulis aksara Jawa sesuai dengan gambar yang ditampilkan; 3 siswa fokus pada media yang
ditampilkan; 4 siswa mengamati hasil diskusi yang dituliskan kelompok di depan kelas.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan mengembangkan instrumen aktivitas siswa mengacu pada teori Dierich yang meliputi 1 mendengarkan
penjelasan guru kegiatan mendengarkan, 2 menulis aksara Jawa kegiatan menulis, 3 berdiskusi dalam kelompok kegiatan mental, 4 mengamati
gambar yang di tampilkan guru di depan kelas kegiatan visual. Indikator pengamatan aktivitas siswa yang akan diamati oleh peneliti hanya mengambil
empat dari delapan aktivitas siswa menurut Dierich karena disesuaikan dengan langkah pembelajaran menulis aksara Jawa melalui pendekatan SAVI.
2.1.8. Hasil Belajar