1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Undang-Undang Dasar Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 2 menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan
jenis pendidikan dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Hal tersebut didukung Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang pengembangan kurikulum yang disesuai dengan prinsip potensi daerah. Salah satu muatan dalam kurikulum yang mengacu pada potensi daerah adalah
pembelajaran bahasa daerah. Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 33 ayat 2 menyatakan bahwa bahasa daerah dapat digunakan
sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan keterampilan tertentu.
Berdasarkan SK Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.552010 dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Jawa Tengah, terutama dalam upaya
penanaman nilai-nilai budi pekerti dan penguasaan bahasa Jawa bagi siswa SDMI, pemerintah telah menetapkan kurikulum mata pelajaran bahasa Jawa di
Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari Standar Isi Mata Pelajaran bahasa Jawa dan Standar Kompetensi Kelulusan Mata Pelajaran bahasa Jawa SDMI
sebagaimana tercantum dalam lampiran I SK Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.552010.
Menurut Standar Isi pelajaran bahasa Jawa di sekolah dasar, standar kompetensi yang ada mengarah pada empat aspek keterampilan berbahasa.
Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut adalah keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Salah
satu keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa adalah keterampilan menulis, serta salah satu kompetensi dasar dari keterampilan
menulis adalah menulis aksara Jawa. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan
dalam komunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis tidak didapatkan secara alamiah, tetapi harus melalui proses belajar dan berlatih. Berdasarkan
sifatnya, menulis juga merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan reseptif Doyin, 2009: 12. Adapun tujuan pembelajaran menulis adalah: 1
mendorong siswa menulis dengan jujur dan tanggung jawab; 2 merangsang imajinasi dan daya pikir; 3 menghasilkan tulisan yang organisasinya bagus,
tepat, jelas, dan penggunaan bahasanya efektif. Aksara Jawa atau dikenal dengan nama hanacaraka atau carakan adalah
aksara jenis abugida turunan aksara Brahmi yang pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa, bahasa Makasar, bahasa Sunda, dan
bahasa Sasak. Bentuk asli aksara Jawa yaitu hanacaraka ditulis menggantung di bawah garis, seperti aksara Hindi. Aksara hanacaraka Jawa memiliki 20 huruf
dasar, 20 huruf pasangan yang berfungsi menutup bunyi vokal, 8 huruf utama aksara murda, ada yang tidak berpasangan, 8 pasangan huruf utama, lima
aksara swara huruf vokal depan, lima aksara rekan dan lima pasangannya,
beberapa sandhangan sebagai pengatur vokal, beberapa huruf khusus, beberapa tanda baca, dan beberapa tanda pengatur tata penulisan wikipedia.
Pembelajaran aksara Jawa terintegrasi dalam muatan lokal yang dikenal dengan mata pelajaran bahasa Jawa. Porsi waktu untuk pembelajaran aksara Jawa
sangat terbatas, mengingat begitu banyak kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran bahasa Jawa. Padahal penguasaan kompetensi aksara Jawa
memerlukan proses yang cukup panjang. Karena selain harus hafal aksara Jawa mencakup aksara nglegena, angka Jawa, aksara swara, aksara murda,
sandhangan, pasangan, dan lain-lain, para siswa juga harus menguasai aturan- aturan penulisannya. Keadaan di lapangan menunjukkan pembelajaran aksara
Jawa di sekolah tidak dapat berjalan secara maksimal, sehingga penguasaan kompetensi baca-tulis aksara Jawa juga sangat terbatas Mulyana, 2008: 244.
Permasalahan lain yang muncul dalam pembelajaran aksara Jawa di sekolah adalah 1 pembelajaran aksara Jawa dianggap sulit karena aksara Jawa
sudah tidak dipakai lagi sebagai media baca-tulis sehari-hari; 2 pengajaran membaca dan menulis aksara Jawa yang cenderung monoton dan memaksa siswa
untuk menghafal bentuk-bentuk dan aturan penulisannya, membuat siswa semakin tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran membaca dan menulis aksara Jawa; 3
kurangnya media pembelajaran bahasa Jawa yang atraktif, interaktif, dan modern yang mampu menarik minat siswa dalam mempelajari aksara Jawa; 4 guru
kurang menguasai materi pemebelajaran; dan 5 siswa kurang memahami manfaat mempelajari aksara Jawa Mulyana, 2008: 265.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah BAPPEDA DIY 2004: 73-74 mengenai kondisi
pembelajaran bahasa Jawa di lapangan, didapatkan hasil bahwa 93 guru di SD dan SMP hanya menggunakan metode ceramah dalam setiap penyampaian materi
pembelajaran. Selain itu, media pembelajaran terbatas pada media tradisional seperti gambar dinding dan kaset tembang.
Berdasarkan hasil observasi di kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang dalam pembelajaran menulis aksara Jawa ditemukan permasalahan antara lain,
guru kurang mempersiapkan suatu pembelajaran yang baik dari media atau alat peraga, maupun sumber belajar yang akan digunakan. Pembelajaran yang
dilakukan masih berpusat pada guru, siswa hanya duduk, memperhatikan, mencatat dan mengerjakan soal. Guru kurang memberikan variasi dalam
pembelajaran. Media pembelajaran kurang optimal dalam penggunaannya, sehingga membuat siswa pasif, kurang berminat dan merasa jenuh. Selain itu
siswa terlihat bosan, ada yang berbicara dengan teman, bermain sendiri, ada juga yang mengganggu teman yang lain. Siswa yang pintar akan cepat menerima dan
menguasai materi pembelajaran yang disampaikan, sedangkan siswa yang kurang pandai cenderung tertinggal. Hasil rata-rata ulangan harian siswa kelas IVA SDN
Petompon 02 Semarang mata pelajaran menulis aksara Jawa menunjukkan bahwa dari 41 siswa terdapat 37 siswa 90 rata-ratanya belum mencapai nilai
ketuntasan belajar, dimana nilainya belum mencapai KKM yaitu 70. Dengan melihat data hasil belajar dan pelaksanakan proses pembelajaran menulis aksara
Jawa perlu untuk ditingkatkan kualitasnya.
Terkait dengan permasalahan di atas, peneliti menerapkan pendekatan SAVI dengan macromedia flash untuk meningkatkan keterampilan guru, aktivitas
siswa dan hasil belajar menulis aksara Jawa. Peneliti memilih pendekatan SAVI dengan macromedia flash karena pendekatan SAVI mampu memunculkan
suasana belajar yang lebih menarik dan efektif, membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerakan fisik dengan aktivitas
intelektual, mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa, serta memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui
pembelajaran secara somatik, visual, auditori dan intelektual karena pelajaran tidak hanya cukup dengan ceramah saja, harus ada praktek realnya.
Menurut Meire 2003: 91 pendekatan SAVI adalah suatu pendekatan pembelajaran yang merupakan pengembangan perangkat pembelajaran yang
berorientasi pada model pembelajaran berdasar masalah. Pendekatan SAVI merupakan suatu bentuk pendekatan pembelajaran dengan menggabungkan
gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Sedangkan adobe flash merupakan
sebuah program yang didesain khusus oleh adobe dan program aplikasi standar authoring tool professional yang digunakan untuk membuat animasi dan bitmap
yang sangat menarik untuk keperluan pembangunan situs web yang interaktif dan dinamis. Flash didesain dengan kemampuan untuk membuat animasi 2 dimensi
yang handal dan ringan sehingga flash banyak digunakan untuk membangun dan memberikan efek animasi pada website, CD Interaktif dan yang lainnya bintang-
agusta-lesmana.blogspot.com.
Menurut beberapa peneliti, penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan pembelajaran, salah satunya adalah Penelitian yang dilakukan oleh
Kurniawan 2012 dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Aksara Jawa melalui Pendekatan Somatic Auditory Visualization Intelektually SAVI dengan
Media Kartu Kata pada Siswa Kelas IV SDN Tambakaji 03 Semarang”. Penelitian dilaksanakan 2 siklus dengan 2 kali pertemuan pada setiap siklusnya yang terdiri
dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar menulis aksara Jawa siswa kelas IV SDN
Tambakaji 03 semarang melalui pendekatan SAVI dengan media kartu kata mengalami peningkatan.
Berdasarkan uraian latar belakang maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan jud
ul “Peningkatan Keterampilan Menulis Aksara Jawa melalui Pendekatan SAVI dengan Macromedia Flash Pada Siswa
Kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang”.
1.2. PERUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH