Penelitian Terdahulu STUDI KASUS TENTANG MOTIVASI BELAJAR RENDAH PADA SISWA KELAS IX MELALUI KONSELING INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN REALITAS DI SMP N 2 REMBANG TAHUN PELAJARAN 2010 2011

9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini pembahasan tinjauan pustaka meliputi 1 penelitian terdahulu, 2 motivasi belajar, 3 konseling realitas, 4 mengatasi masalah motivasi belajar rendah melalui konseling individual dengan pendekatan realitas.

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini berfokus pada upaya mengatasi motivasi belajar rendah melalui konseling individual pendekatan realitas. Diharapkan dengan diberikannya konseling Realitas dapat mengatasi permasalahan yang mengganggu motivasi belajar rendah pada siswa. Ada beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini, antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh Eni Asih tentang pengaruh motivasi, metode pembelajaran, lingkungan sekolah, dan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar menunjukkan bahwa ada pengaruh langsung antara metode pembelajaran, lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Ada pengaruh tidak langsung antara metode pembelajaran, lingkungan sekolah dan keluarga terhadap prestasi belajar dengan melalui motivasi sebagai variabel perantara. Pengaruh langsung MP →MB sebesar 53, dan MB→PB sebesar 83, sehingga pengaruh MP secara tidak langsung yaitu MP →MB→PB sebesar 43,99. Pengaruh 10 LS →MB sebesar 13 dan pengaruh M →PB sebesar 83, sehinggga pengaruh LS secara tidak langsung yaitu LS →MB→PB sebesar 10,79. Pengaruh langsung LK →MB sebesar 33 dan MB→PB sebesar 83, sehingga secara tidak langsung pengaruh LK yaitu LK →MB→PB sebesar 28,39. Asih, 2007:9 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irma Pujiati tentang peningkatan motivasi dan ketuntasan belajar matematika membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika melalui komponen utama yaitu 1 Presentasi kelas oleh guru: siswa termotivasi dalam belajar dengan pembelajaran yang dilakukan guru yang menciptakan suasana belajar yang hidup, dengan penjelasan guru siswa mengetahui manfaat belajar Matematika dan kebutuhan dirinya, dengan bimbingan guru siswa dapat mengerjakan tugas dengan baik, siswa menjadi giat belajar dengan aktivitas guru yang tepat, siswa merasa senang mengikuti pelajaran Matematika, 2 Belajar kelompok: siswa termotivasi dalam belajar dengan belajar kelompok, siswa merasa diperlakukan dengan adil baik dalam penilaian maupun pemberian tugas, dengan bekerjasama siswa merasa senang mengerjakan tugas atau memecahkan masalah, rasa senang dalam belajar dan bekerja kelompok, siswa menjadi memiliki tanggungjawab terhadap kelompok, memberikan kontribusi untuk menyelesaikan tugas, menyelesaikan tugas kelompok dengan baik, percaya diri dan siswa mengembangkan hubungan sosial, 3 Pemberian kuis: siswa termotivasi dalam belajar dengan pemberian kuis, siswa menjadi percaya diri atau tidak khawatir dengan kemampuan dirinya, dan 11 berusaha memperoleh nilai yang baik, memiliki semangat atau gairah dalam belajar, 4 Skor peningkatan individu dan penghargaan kelompok: skor peningkatan digunakan untuk menentukan penghargaan kelompok dan siswa termotivasi dalam belajar dengan penghargaan kelompok yang diberikan oleh guru, siswa merasa dihargai dan menumbuhkan rasa sukses atau rasa puas dalam belajar matematika. Pujiati, 2008: 16-17 diunduh1972010. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gampang Rosmata tentang upaya meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa data hasil tes dan observasi diperoleh nilai tes pada siklus I sebesar 58,68 dan siklus II meningkat menjadi 67,37 sedangkan keaktifan siswa dari 49,25 menjadi 87,97. Sehingga dapat disimpulkan pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Rosmata, 2008: 1 diunduh 882010. Penelitian yang dilakukan oleh Dina Ermawati tentang penerapan pendekatan quantum learning untuk memahami peningkatan motivasi belajar matematika menunjukkan bahwa: 1 keaktifan pada putaran I sebesar 41,86, pada putaran II sebesar 58,14, dan pada putaran III mencapai 79,07. 2 perhatian pada putaran I sebesar 32,56, pada putaran II sebesar 55,81, dan pada putaran III mencapai 81,39. 3 kemandirian siswa pada putaran I sebesar 34,88, pada putaran II sebesar 51,16, dan pada putaran III mencapai 74,42. 4 motivasi belajar siswa pada putaran I sebesar 37,21, pada putaran II sebesar 55,81, dan pada putaran III mencapai 88,37. Ermawati, 2007: vii 12 Dari penelitian-penelitian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar merupakan hal yang penting dalam kegiatan belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan belajar sehingga upaya untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa merupakan hal penting yang dapat dilakukan oleh guru pembimbing. Hal ini karena masalah motivasi belajar merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam bidang belajar dan masalah tersebut dialami secara individu sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Penanganan masalah motivasi belajar melalui konseling individu, siswa dapat diarahkan untuk mengatasi masalah yang sedang dialami, mengembangkan individu dan memelihara potensi yang dimilikinya. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dalam upaya mengatasi masalah yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa yang rendah akan menggunakan konseling individu dengan pendekatan realitas. Konseling individual melalui pendekatan realitas mengarah pada pembentukan dan perubahan tingkah laku kearah yang nyata yang dapat diwujudkan dalam berbagai perencanaan perubahan perilaku yang bersifat realistis, akan membantu individu dalam mengatasi persoalan yang muncul pada dirinya, dalam hal ini yaitu permasalahan berhubungan dengan kurangnya motivasi belajar. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diharapkan melalui konseling individual dengan pendekatan realitas dapat mengatasi masalah motivasi belajar siswa yang rendah. 13

2.2 Motivasi Belajar

Dokumen yang terkait

Penggunaan Konseling Sebaya Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IX MTs Assalam Tahun Pelajaran 2011/2012

0 8 13

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TUMIJAJAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 8 61

UPAYA MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS SEKOLAH MELALUI KONSELING INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR TEKNIK KONTRAK PERILAKU (Penanganan Kasus Pada Siswa SMP Negeri 4 Rembang)

38 233 360

PERAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (studi kasus SMP Muhammadiyah 1 Surakarta) TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

0 1 22

Upaya Mengatasi Permasalahan Rendahnya Tanggung Jawab Belajar Melalui Konseling Individual Dengan Pendekatan Konseling Realita (Penanganan Kasus Pada 3 Orang Siswa Kelas IX D di SMP Negeri 3 Pekalongan Tahun Pelajaran 2011/2012).

0 0 1

Penanganan Kasus Rendahnya Kemadirian Belajar Siswa Melalui Konseling Individual dengan Pendekatan Konseling Behavioristik Teknik Self-Management Pada 3 Orang Siswa Kelas IX.F di SMP Negeri 13 Pekalongan.

0 0 1

Upaya Mengatasi Self Disclosure Rendah pada Siswa yang Orang Tuanya BrokenHome melalui Konseling Individual menggunakan Pendekatan Trait and Factor di SMP N 1 Ungaran (Pada Kasus Enam Orang Siswa).

0 0 1

(ABSTRAK) STUDI KASUS TENTANG MOTIVASI BELAJAR RENDAH PADA SISWA KELAS IX MELALUI KONSELING INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN REALITAS DI SMP N 2 REMBANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 2 2

KEEFEKTIFAN KONSELING MELALUI PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DENGAN TEKNIK TIME PROJECTION UNTUK MENGURANGI PERILAKU MEROKOK (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IX C Di SMP N 2 Jaken) -

0 0 75

LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA ( STUDI KASUS PADA SISWA KELAS VIII SMP N 2 TLOGOWUNGU PATI TAHUN AJARAN 20112012 )

0 0 16