9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini pembahasan tinjauan pustaka meliputi 1 penelitian terdahulu, 2 motivasi belajar, 3 konseling realitas, 4 mengatasi masalah
motivasi belajar rendah melalui konseling individual dengan pendekatan realitas.
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini berfokus pada upaya mengatasi motivasi belajar rendah melalui konseling individual pendekatan realitas. Diharapkan dengan
diberikannya konseling Realitas dapat mengatasi permasalahan yang mengganggu motivasi belajar rendah pada siswa. Ada beberapa penelitian terdahulu yang
mendukung penelitian ini, antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh Eni Asih tentang pengaruh motivasi,
metode pembelajaran, lingkungan sekolah, dan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar menunjukkan bahwa ada pengaruh langsung antara metode
pembelajaran, lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Ada pengaruh tidak
langsung antara metode pembelajaran, lingkungan sekolah dan keluarga terhadap prestasi belajar dengan melalui motivasi sebagai variabel perantara. Pengaruh
langsung MP →MB sebesar 53, dan MB→PB sebesar 83, sehingga pengaruh
MP secara tidak langsung yaitu MP →MB→PB sebesar 43,99. Pengaruh
10
LS →MB sebesar 13 dan pengaruh M →PB sebesar 83, sehinggga pengaruh
LS secara tidak langsung yaitu LS →MB→PB sebesar 10,79. Pengaruh
langsung LK →MB sebesar 33 dan MB→PB sebesar 83, sehingga secara
tidak langsung pengaruh LK yaitu LK →MB→PB sebesar 28,39. Asih, 2007:9
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irma Pujiati tentang peningkatan motivasi dan ketuntasan belajar matematika membuktikan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
motivasi belajar Matematika melalui komponen utama yaitu 1 Presentasi kelas oleh guru: siswa termotivasi dalam belajar dengan pembelajaran yang dilakukan
guru yang menciptakan suasana belajar yang hidup, dengan penjelasan guru siswa mengetahui manfaat belajar Matematika dan kebutuhan dirinya, dengan
bimbingan guru siswa dapat mengerjakan tugas dengan baik, siswa menjadi giat belajar dengan aktivitas guru yang tepat, siswa merasa senang mengikuti pelajaran
Matematika, 2 Belajar kelompok: siswa termotivasi dalam belajar dengan belajar kelompok, siswa merasa diperlakukan dengan adil baik dalam penilaian
maupun pemberian tugas, dengan bekerjasama siswa merasa senang mengerjakan tugas atau memecahkan masalah, rasa senang dalam belajar dan bekerja
kelompok, siswa menjadi memiliki tanggungjawab terhadap kelompok, memberikan kontribusi untuk menyelesaikan tugas, menyelesaikan tugas
kelompok dengan baik, percaya diri dan siswa mengembangkan hubungan sosial, 3 Pemberian kuis: siswa termotivasi dalam belajar dengan pemberian kuis, siswa
menjadi percaya diri atau tidak khawatir dengan kemampuan dirinya, dan
11
berusaha memperoleh nilai yang baik, memiliki semangat atau gairah dalam belajar, 4 Skor peningkatan individu dan penghargaan kelompok: skor
peningkatan digunakan untuk menentukan penghargaan kelompok dan siswa termotivasi dalam belajar dengan penghargaan kelompok yang diberikan oleh
guru, siswa merasa dihargai dan menumbuhkan rasa sukses atau rasa puas dalam belajar matematika. Pujiati, 2008: 16-17 diunduh1972010.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gampang Rosmata tentang upaya meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa data
hasil tes dan observasi diperoleh nilai tes pada siklus I sebesar 58,68 dan siklus II meningkat menjadi 67,37 sedangkan keaktifan siswa dari 49,25 menjadi
87,97. Sehingga dapat disimpulkan pendekatan Contextual Teaching and Learning
dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Rosmata, 2008: 1 diunduh 882010.
Penelitian yang dilakukan oleh Dina Ermawati tentang penerapan pendekatan quantum learning untuk memahami peningkatan motivasi belajar
matematika menunjukkan bahwa: 1 keaktifan pada putaran I sebesar 41,86, pada putaran II sebesar 58,14, dan pada putaran III mencapai 79,07. 2
perhatian pada putaran I sebesar 32,56, pada putaran II sebesar 55,81, dan pada putaran III mencapai 81,39. 3 kemandirian siswa pada putaran I sebesar
34,88, pada putaran II sebesar 51,16, dan pada putaran III mencapai 74,42. 4 motivasi belajar siswa pada putaran I sebesar 37,21, pada putaran II sebesar
55,81, dan pada putaran III mencapai 88,37. Ermawati, 2007: vii
12
Dari penelitian-penelitian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar merupakan hal yang penting dalam kegiatan belajar bagi siswa
untuk mencapai tujuan belajar sehingga upaya untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa merupakan hal penting yang dapat
dilakukan oleh guru pembimbing. Hal ini karena masalah motivasi belajar merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam bidang
belajar dan masalah tersebut dialami secara individu sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Penanganan masalah motivasi belajar melalui
konseling individu, siswa dapat diarahkan untuk mengatasi masalah yang sedang dialami, mengembangkan individu dan memelihara potensi yang dimilikinya.
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dalam upaya mengatasi masalah yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa yang rendah akan menggunakan
konseling individu dengan pendekatan realitas. Konseling individual melalui pendekatan realitas mengarah pada pembentukan dan perubahan tingkah laku
kearah yang nyata yang dapat diwujudkan dalam berbagai perencanaan perubahan perilaku yang bersifat realistis, akan membantu individu dalam mengatasi
persoalan yang muncul pada dirinya, dalam hal ini yaitu permasalahan berhubungan dengan kurangnya motivasi belajar. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini diharapkan melalui konseling individual dengan pendekatan realitas dapat mengatasi masalah motivasi belajar siswa yang rendah.
13
2.2 Motivasi Belajar