152
pendekatan realitas. Ini terlihat dari perubahan atau perkembangan klien sesudah pemberian treatment yaitu siswa telah adanya masalah yang dihadapi, siswa telah
memahami permasalahan yang dihadapi, siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif, siswa
telah menurun ketegangan emosinya, siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya, siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam
mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional, siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha–usaha
perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya, klien dapat merencanakan
tindakan yang dapat dilakukan secara nyata. Klien lebih memahami kenyataan yang ada dan lebih bertanggung jawab dalam belajar dan klien dapat menyusun
rencana tindakan ke arah nyata untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Setelah peneliti dan klien mengadakan kesepakatan diperoleh kesepakatan
bahwa tidak ada upaya tindak lanjut. Hal ini disebabkan klien sudah bisa berubah dan lebih meningkatkan motivasi belajarnya. Peneliti bekerjasama dengan guru
pembimbing untuk mengetahui perkembangan klien dan memelihara kondisi supaya klien tetap menjaga motivasi belajarnya maka diperlukan penilaian jangka
menengah dan jangka panjang.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan sudah dilakukan sebaik mungkin dan sesuai dengan prosedur penelitian yang telah ditetapkan, namun tetap ada katerbatasan
153
dalam penelitian ini. Keterbatasan dalam penelitian ini berkaitan dengan pelaksanaan konseling individual dengan pendekatan realitas yang belum optimal.
Pelaksanaan konseling ini dilaksanakan pada saat jam kosong, pada saat istirahat dan pulang sekolah sehingga pada saat konseling siswa memikirkan pelajaran
berikutnya. Dan ketika pulang sekolah juga ada jam tambahan sehingga waktunya terbatas. Klien tidak mau untuk direkam jika direkam ada ketertutupan dari klien
dan jika itu terjadi maka akan menghambat jalannya proses konseling. Alat pengumpul data yang digunakan sudah cukup lengkap dengan menggunakan
wawancara, observasi, dan dokumentasi tetapi di akhir pertemuan konseling peneliti hanya melakukan evaluasi secara lisan tanpa ada laiseg yang tertulis
karena setelah proses konseling, klien harus melakukan kegiatan lainnya dan tidak sempat untuk memberikan penilaian segera secara tertulis sehingga yang
dihasilkan masih belum sempurna dan belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
154
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada tiga siswa di kelas IX SMP N 2 Rembang yaitu BN, HS, dan Si maka dapat di ambil simpulan bahwa
masalah motivasi belajar rendah dapat teratasi setelah diberikan konseling individual dengan pendekatan realitas yang menggunakan prinsip 3R yaitu
right,responsibility dan reality. Hal ini dapat terlihat dari hasil konseling yang
diberikan menunjukkan data sebagai berikut: 1
Klien BN Klien BN dapat menyadari pentingnya motivasi belajar dalam
mencapai tujuan belajar. Klien mengumpulkan tugas tepat waktu, dapat lebih yakin dengan jawabannya sendiri ketika mendapatkan pertanyaan dari guru,
adanya dorongan untuk melakukan kegiatan belajar kelompok dengan teman- temannya dan klien sudah dapat mengatur waktu antara kegiatan dan belajar.
Klien yang sebelumnya lebih suka bercanda dan menghadapi segala sesuatu dengan santai, saat ini menjadi lebih fokus dan serius dalam belajar. Hal ini
menunjukkan bahwa tanggung jawab sebagai seorang pelajar sudah muncul dan siswa lebih termotivasi untuk belajar.
155
2 Klien HS
Klien HS dapat menerima kenyataan tentang sikap orang tua yang merupakan salah satu wujud dari perhatian, tidak melamun dan dapat
konsentrasi dalam menerima pelajaran di kelas, mulai terbuka ketika mendapatkan permasalahan dan tidak terlalu menjadi beban pikiran. Klien
menjadi lebih tekun dalam belajar, dapat lebih percaya dengan keyakinan jawabannya sendiri dalam menjawab pertanyaan, adanya keinginan untuk
berhasil dalam mencapai tujuan belajar, dan sudah dapat bersikap positif dalam menerima keadaan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
sudah dapat menumbuhkan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar dan lebih termotivasi dalam belajar.
3 Klien Si
Klien Si menyadari sikap putus asanya dapat merugikan dirinya sendiri, menjadi lebih yakin dengan kemampuan yang dimiliki, senang dalam
mencari dan mengerjakan soal-soal dalam menunjang kegiatan belajar. Padahal sebelumnya klien memilih untuk melakukan hal lain yang lebih
menyenangkan dibanding belajar dan saat ini klien dapat lebih terdorong untuk belajar dan bersikap lebih positf dalam menghadapi kegagalan. Klien
dapat konsentrasi dalam belajar dan berusaha melakukan yang terbaik untuk mencapai tujuan belajarnya. Hal ini menunjukkan bahwa klien sudah lebih
termotivasi dalam belajar.
156
5.2 Saran