1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Motivasi merupakan hal penting dalam proses pembelajaran. Adanya motivasi siswa dalam belajar akan membuat proses pembelajaran lebih
menyenangkan, komunikasi lebih lancar, menurunkan kecemasan siswa, meningkatkan kreativitas dan aktivitas belajar. Mc. Donald mengemukakan
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi maka siswa akan mampu untuk mencapai perkembangan diri yang optimal dalam prestasi belajarnya yang
merupakan salah satu tujuan utama dalam belajar Sardiman, 2010: 73. Motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar dan motivasi itu
tumbuh dari dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat
tercapai. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non- intelektual. Peranannya yang khas adalah dapat menumbuhkan gairah, merasa
senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
2
Menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting. Tugas guru
melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi
agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik. Upaya untuk
menumbuhkan motivasi siswa dapat berasal dari dalam diri individu motivasi intrinsik dan dapat timbul dari luar diri siswa motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi intrinsik merupakan motivasi dalam diri seseorang seperti hasrat dan
keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan dorongan dari luar diri seseorang
seperti orang tua, guru, adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Motivasi belajar siswa dapat dipengaruhi
beberapa faktor seperti kemampuan belajar, kondisi diri siswa, cita-cita, dan upaya guru dalam memberikan pelajaran pada siswa.
Memberikan motivasi kepada seorang siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Hasil belajar akan
optimal kalau ada motivasi. Selain itu, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam
belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Sehingga dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu
akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya Sardiman, 2010:86.
3
Fenomena di SMP N 2 Rembang yang merupakan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional RSBI menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki
motivasi belajar yang rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran dan guru pembimbing diperoleh informasi bahwa ada kecenderungan
siswa memiliki motivasi belajar rendah di sekolah tersebut. Adapun berdasarkan pengamatan tampak dari tingkah laku siswa seperti, malas dalam menerima
pelajaran di kelas, malas mencatat materi dari guru, melamun, kurang konsentrasi apabila guru menjelaskan materi, bercanda sendiri dengan temannya apabila guru
sedang menyampaikan pelajaran. Hal ini juga diketahui dari keterangan guru pembimbing bahwa terdapat siswa yang memiliki kepribadian menyimpang dari
seharusnya yaitu acuh tak acuh, melalaikan tugas, sering membolos, menentang, isolated
, motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang dan sebagainya. Siswa dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila menunjukkan pola-pola perilaku
atau kepribadian yang menyimpang dari seharusnya. Siswa yang dijadikan subjek penelitian dan diberikan perlakuan ada tiga siswa yaitu BN, HS dan SI. Ketiganya
memiliki kasus yang berbeda berkaitan dengan motivasi belajar yang rendah. BN kasusnya berkaitan dengan kesibukannya yang membuat dirinya malas, HS ada
permasalahan keluarga, Si ada rasa putus asa mendapatkan nilai jelek dan kurang memahami pelajaran. Ketiganya memiliki motivasi belajar yang rendah sehingga
perlu segera ditangani. Menurut Supriyo 2008: 2-3 kasus dalam bimbingan dan konseling di
sekolah meliputi: 1 suatu peristiwa atau kejadian, yang dipandang sebagai suatu masalah yang cukup serius, yang dialami oleh siswa baik secra perorangan
4
maupun kelompok; 2 masalah tersebut masih berada dalam wilayah kewenangan atau ruang lingkup bimbingan dan konseling di sekolah; 3 tidak terselesaikannya
masalah tersebut secara tepatsehat, akan menimbulkan kerugian maupun hambatan perkembangan, maupun merugikan pihak lain; 4 pada umumnya perlu
mendapatkan bantuan dalam proses penyelesaiannya, serta diperlukan pendekatan dan penanganan secara khusus. Sesuai penjelasan tersebut, permasalahan motivasi
belajar siswa yang rendah merupakan masalah yang cukup serius apabila tidak segera ditangani maka hal ini akan membawa dampak pada perkembangan belajar
berikutnya dan kemungkinan siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di kelas dan jika dibiarkan terus-menerus akan membawa dampak pada
hasil ujian nasional yang akan ditempuh serta dapat membawa pengaruh pada nama baik sekolah.
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan yang diberikan kepada peserta didik, baik perorangan maupun kelompok agar siswa mampu
mandiri dan berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, dan potensi masing-masing peserta didik dalam bidang pengembangan kehidupan
pribadi, sosial, belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung. Tugas dari guru pembimbing adalah membantu siswa dalam
mengoptimalkan perkembangan diri siswa, salah satunya di bidang belajar yang berkaitan dengan kegiatan belajar siswa di sekolah.
Permasalahan tentang motivasi belajar siswa dihadapi secara individu sehingga melalui konseling individu siswa dapat diarahkan untuk mengatasi
masalah yang sedang dialami, mengembangkan individu dan memelihara potensi
5
yang dimilikinya. Konseling individual yaitu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada seorang siswa dengan tujuan berkembangnya potensi siswa,
mampu mengatasi masalah sendiri, dan dapat menyesuaikan diri secara positif Willis, 2004: 35. Sedangkan konseling pendekatan Realitas bertujuan
memberikan kemungkinan dan kesempatan kepada klien agar bisa mengembangkan kekuatan-kekuatan psikis yang dimilikinya untuk menilai
perilakunya sekarang dan apabila perilakunya tidak dapat memenuhi kebutuhan, maka perlu memperoleh perilaku baru yang lebih efektif. Fauzan, 2004: 35-36
Konseling individual melalui pendekatan realitas mengarah pada pembentukan dan perubahan tingkah laku kearah yang nyata yang dapat
diwujudkan dalam berbagai perencanaan perubahan perilaku yang bersifat realistis, akan membantu individu dalam mengatasi persoalan yang muncul pada
dirinya, dalam hal ini yaitu permasalahan berhubungan dengan kurangnya motivasi belajar. Konseling realitas menganggap bahwa realisasi untuk tumbuh
dalam rangka memuaskan kebutuhan dengan menggunakan prinsip 3R yaitu Right orang harus mempelajari apa yang benar, Responsibility bertingkah laku secara
bertanggung jawab, dan Reality memahami serta menghadapi kenyataan. Menurut Glasser Latipun, 2006: 160 pendidikan dapat menjadi kunci
yang efektif dalam hubungan kemanusiaan, dan dalam bukunya school without failure,
dia menyusun sebuah program untuk membatasi kesalahan dan kegagalan dengan menciptakan pengalaman belajar sehingga siswa dapat memaksimalkan
pengalamannya menjadi berhasil, membuat motivasi dan tantangan, membantu siswa mengembangkan perilaku yang bertanggung jawab. Sehingga dari beberapa
6
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa konseling individu dengan pendekatan Realitas dimungkinkan dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi
belajar dengan menggunakan 3 prinsip dasar yaitu right, responsibility, dan reality supaya siswa dapat merencanakan tindakan yang nyata dan bertanggung jawab.
Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Studi Kasus tentang Motivasi Belajar
Rendah pada Siswa Kelas IX melalui Konseling Individual dengan Pendekatan Realitas di SMP N 2 Rembang Tahun Pelajaran 20102011”.
1.2 RUMUSAN MASALAH