Rancangan Penelitian STUDI KASUS TENTANG MOTIVASI BELAJAR RENDAH PADA SISWA KELAS IX MELALUI KONSELING INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN REALITAS DI SMP N 2 REMBANG TAHUN PELAJARAN 2010 2011

41 mengungkap secara lebih rinci tentang permasalahan masing-masing siswa, yaitu tentang rendahnya motivasi belajar siswa.

3.2 Rancangan Penelitian

Sebelum memulai penelitian dilakukan pengamatan terhadap perilaku klien yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP N 2 Rembang, peneliti juga menganalisis legger untuk mengetahui perkembangan belajar siswa. Kemudian setelah diadakan pengamatan dan analisis dokumen maka dilakukan seleksi subyek penelitian dan terpilih tiga klien yang akan dijadikan subyek penelitian. Sasaran dari konseling ini adalah menangani siswa yang memiliki masalah motivasi belajar rendah. Konseling yang digunakan yaitu konseling realitas. Langkah-langkah yang digunakan disesuaikan dengan langkah-langkah dalam penanganan kasus yang meliputi 1 identifikasi kasus, 2 analisis dan diagnosis masalah, 3 prognosis, 4 pemberian treatment, dan 5 follow up atau tindak lanjut. Langkah pertama yaitu identifikasi kasus. Identifikasi kasus mempunyai peranan yang penting terhadap langkah diagnostik. Oleh sebab itu identifikasi kasus ini akan mempunyai fungsi sebagai langkah awal atau persiapan dari kegiatan diagnostik pradiagnostik. Dalam rangka mengidentifikasi kasus, diperlukan adanya data kasus yang lengkap dan akurat. Teknik-teknik yang dapat digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, dokumentasi dan observasi. 42 Langkah kedua yaitu melakukan analisis data klien. Data yang diperoleh dapat melalui wawancara dan dokumentasi. Wawancara yang dilakukan tidak hanya dari satu sumber agar dapat memperoleh data yang lebih akurat dan disesuaikan antara informasi yang satu dengan yang lainnya. Data yang diperoleh dai berbagai macam sumber tersebut kemudian dianalisis dan informasi yang diperoleh dari ketiga sumber tersebut dibandingkan apakah ada kesesuaian atau tidak. Setelah analisis awal kemudian melakukan sintesis data atau merangkum data yang sudah terkumpul sehingga dapat menggambarkan kepribadian klien secara utuh. Selain itu juga dapat diketahui tentang kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh klien. Setelah melakukan analisis dan sintesis kemudian dilanjutkan langkah ketiga yaitu diagnosis masalah. Diagnosis dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk mengenal, menetapkan atau menentukan sifat, serta hakekat dari suatu peristiwa melalui pengamatan terhadap gejala. Sasaran diagnosis yaitu mengenal dan memahami karakteristik masalah klien, latar belakang masalah klien, sebab-sebab timbulnya masalah, sifat masalah, jenis masalah, dan dinamika psikis klien. Metode untuk mengungkap data diagnostik dengan menggunakan wawancara kepada klien, maupun pihak-pihak yang berkaitan seperti guru pembimbing, guru mata pelajaran dan teman klien. Langkah keempat yaitu melakukan prognosis. Prognosis merupakan tahapan yang harus dilakukan sebelum melakukan rekomendasi perlakuan dalam penyelesaian masalah atau treatment dalam proses konseling. Prognosis merupakan langkah yang harus dilakukan untuk memperoleh ketetapan tentang 43 kemungkinan-kemungkinan bantuan yang diberikan kepada klien pada saat konseling. Tujuan dari prognosis merupakan upaya untuk memprediksi permasalahan yang dialami klien. Langkah-langkah prognosis selanjutnya ialah mengambil keputusan sesuai dengan rencana perlakuan. Langkah kelima yaitu pemberian perlakuan treatment. Alternatif perlakuan treatment dirancang berdasarkan diagnosis dan prognosis. Tujuan treatment adalah memberikan perlakuan terhadap masalah yang dihadapi oleh klien dan bersama klien menentukan bentuk pengubahan perilaku, dalam pelaksanaannya harus tercipta hubungan baik antara klien dan konselor. Kemudian konselor menafsirkan data, memberikan berbagai informasi dan merencanakan berbagai bentuk kegiatan. Dalam tahap ini pendekatan konseling yang digunakan adalah konseling realitas yang dilakukan selama enam kali pertemuan. Konseling realitas menurut Wubbolding dengan WDEP system yaitu 1 Fase 1: Keterlibatan involvement Prosedur utama adalah mengkomunikasikan perhatian konselor kepada klien. Dalam tahap ini konselor mengembangkan kondisi fasilitatif konseling, sehingga klien terlibat dan mengungkapkan apa yang dirasakannya dalam proses konseling. Perhatian itu ditandai oleh hubungan hangat dan pemahaman ini merupakan kunci keberhasilan konseling. 2 Fase 2: Eksplorasi Keinginan, Kebutuhan dan Persepsi wants and needs Dalam tahap eksplorasi keinginan, kebutuhan, dan persepsi, konselor berusaha mengungkapkan semua kebutuhan dan kebutuhan klien beserta 44 persepsi klien terhadap kebutuhannya. Kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan bertahan hidup survival, mencintai dan dicintai love and belonging , kekuasaan atau prestasi power or achievement, kebebasan atau kemerdekaan freedom or independence, dan kesenangan fun. Eksplorasi kebutuhan dan keinginan dilakukan terhadap kebutuhan dan keinginan dalam segala bidang, meliputi kebutuhan dan keinginan terhadap keluarga, orang tua, guru, teman-teman sebaya, sekolah, guru, kepala sekolah, dan lain-lain. Konselor, ketika mendengarkan kebutuhan dan keinginan klien, bersifat menerima dan tidak mengkritik. 3 Fase 3: Eksplorasi Arah dan Tindakan direction and doing Eksplorasi tahap ini dilakukan untuk mengetahui apa saja yang telah dilakukan klien guna mencapai kebutuhannya. Tindakan yang dilakukan oleh klien yang dieksplorasi berkaitan dengan masa sekarang. Tindakan atau perilaku masa lalu juga boleh dieksplorasi asalkan berkaitan dengan tindakan masa sekarang dan membantu individu membuat perencanaan yang lebih baik di masa mendatang. Dalam melakukan eksplorasi arah dan tindakan, konselor berperan sebagai cermin bagi klien. Tahap ini difokuskan untuk mendapatkan kesadaran akan total perilaku klien. Membicarakan perasaan klien bisa dilakukan asalkan dikaitkan dengan tindakan yang dilakukan oleh klien. 4 Fase 4: Evaluasi Diri self evaluation Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi tindakan yang dilakukan klien dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginannya: keefektifan 45 dalam memenuhi kebutuhan. Setelah proses evaluasi diri ini diharapkan klien dapat malakukan evaluasi diri bagi dirinya secara mandiri. 5 Fase 5: Rencana dan Tindakan planning Tahap terakhir dalam konseling realitas adalah menentukan rencana dan tindakan planning. Di tahap ini konselor bersama klien membuat rencana tindakan guna membantu klien memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Perencanaan yang baik harus memenuhi prinsip SAMIC 3 , yaitu: a Sederhana simple b Dapat dicapai attainable c Dapat diukur measureable d Segera dilakukan immediate e Keterlibatan klien involeved f Dikontrol oleh pembuat perencanaan atau klien controlled by planner g Komitmen commited h Secara terus-menerus dilakukan continuously done Tindak lanjut dalam tahap ini melakukan kerjasama dengan guru pembimbing, wali kelas, guru mata pelajaran, dan teman klien untuk melakukan pengamatan selanjutnya dan memberikan tindak lanjut kembali kepada klien apabila dibutuhkan. 46 Setelah proses konseling selesai, selanjutnya adalah peneliti menyusun laporan. Penjelasan tentang rencangan penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut: Bagan 3.1 Rancangan Penelitian

3.3 Fokus Penelitian

Dokumen yang terkait

Penggunaan Konseling Sebaya Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IX MTs Assalam Tahun Pelajaran 2011/2012

0 8 13

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TUMIJAJAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 8 61

UPAYA MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS SEKOLAH MELALUI KONSELING INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR TEKNIK KONTRAK PERILAKU (Penanganan Kasus Pada Siswa SMP Negeri 4 Rembang)

38 233 360

PERAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (studi kasus SMP Muhammadiyah 1 Surakarta) TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

0 1 22

Upaya Mengatasi Permasalahan Rendahnya Tanggung Jawab Belajar Melalui Konseling Individual Dengan Pendekatan Konseling Realita (Penanganan Kasus Pada 3 Orang Siswa Kelas IX D di SMP Negeri 3 Pekalongan Tahun Pelajaran 2011/2012).

0 0 1

Penanganan Kasus Rendahnya Kemadirian Belajar Siswa Melalui Konseling Individual dengan Pendekatan Konseling Behavioristik Teknik Self-Management Pada 3 Orang Siswa Kelas IX.F di SMP Negeri 13 Pekalongan.

0 0 1

Upaya Mengatasi Self Disclosure Rendah pada Siswa yang Orang Tuanya BrokenHome melalui Konseling Individual menggunakan Pendekatan Trait and Factor di SMP N 1 Ungaran (Pada Kasus Enam Orang Siswa).

0 0 1

(ABSTRAK) STUDI KASUS TENTANG MOTIVASI BELAJAR RENDAH PADA SISWA KELAS IX MELALUI KONSELING INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN REALITAS DI SMP N 2 REMBANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 2 2

KEEFEKTIFAN KONSELING MELALUI PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DENGAN TEKNIK TIME PROJECTION UNTUK MENGURANGI PERILAKU MEROKOK (Studi Kasus Pada Siswa Kelas IX C Di SMP N 2 Jaken) -

0 0 75

LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA ( STUDI KASUS PADA SISWA KELAS VIII SMP N 2 TLOGOWUNGU PATI TAHUN AJARAN 20112012 )

0 0 16