Peraturan-Peraturan Mengenai Pembebasan Lahan

Kabupaten Cianjur me rencanakan pengelolaan kawasan tertentu. Kawasan tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis dan penataan ruangnya diprioritaskan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang. Kawasan tertentu yang ada di Kabupaten Cianjur adalah kawasan tertentu cepat tumbuh kawasan andalan yang memiliki sektor unggulan pertanian dan pariwisata. Salah satu kecamatan dari tiga belas kecamatan yang termasuk ke dalam kawasan andalan yaitu kecamatan Pacet 13 . Obyek dan daya tarik wisata Kecamatan Cipanas dan Pacet adalah Cagar budaya atau istana, villa, hotel dan restoran, kebun teh, kebun botani, taman rekreasi atau perkemahan, dan taman nasional.

5.2 Peraturan-Peraturan Mengenai Pembebasan Lahan

Untuk mendirikan suatu bangunan pasti membutuhkan lahan. Demikian juga dengan pembangunan fasilitas pariwisata Kota Bunga yang merupakan salah satu fasilitas pariwisata, pada awal pembangunannya membutuhkan lahan seluas 15 ha. Kebutuhan akan lahan tersebut dapat diperoleh melalui pembebasan lahan dari masyarakat Desa Sukanagalih dan Desa Batulawang 14 . Ketentuan mengenai pembebasan lahan diatur oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Pemendagri No. 15 Tahun 1975 tentang ketentuan-ketentuan mengenai tata cara pembebasan lahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Permendagri No. 2 Tahun 1976tentang tata cara pembebasan lahan untuk kepentingan swasta. Ada dua cara pembebasan lahan menurut Permendagri No. 151975 yaitu : 1 tata cara pembebasan lahan untuk keperluan pemerintah menggunakan panitia pembebasan lahan yang ditentukan oleh gubernur, 2 tata 13 Dua belas kecamatan lainnya yaitu Cipanas, Sukaresmi, Cugenang, Warungkondang, Gekbrong, Cianjur, Karangtengah, Mande, Cikalongkulon, Sukaluyu, Ciranjang, dan Bojongpicung. 14 Pada penelitian yang akan dibahas lebih lanjut adalah pembebasan lahan di Desa Sukanagalih. cara pembebasan lahan untuk kepentingan swasta tidak menggunakan panitia pembebasan lahan dan peran pemerintah daerah adalah sebagai pengawas proses pembebasan lahan dan pemberian ganti rugi. Permendagri No. 2 Tahun 1976 menyatakan bahwa tata cara pembebasan lahan untuk kepentingan swasta dapat menggunakan tata cara pembebasan lahan untuk kepentingan pemerintah. Hanya saja harus memenuhi syarat bahwa pembebasan lahan untuk kepentingan swasta merupakan merupakan proyek-proyek yang bertujuan untuk kepentingan umum atau untuk pembangunan sarana umum dan fasilitas sosial. Penggunaan tata cara ini harus mendapatkan izin tertulis dari gubernur. Susunan panitia pembebasan lahan berdasarkan Permendagri No. 15 Tahun 1975 adalah : a. Kepala Sub Direktorat Agraria Kabupaten atau Kotamadya sebagai ketua 15 merangkap anggota. b. Seorang perwakilan dari Kantor Sub Direktorat Agraria Kabupaten atau Kotamadya sebagai sekretaris. c. Seorang perwakilan dari Kantor Pemerintah Daerah Tingkat II yang ditunjuk Bupati atau Walikotamadya Kepala Daerah sebagai anggota. d. Seorang perwakilan dari Kantor IPEDA sebagai anggota. e. Seorang perwakilan dari instansi yang memerlukan lahan sebagai anggota. f. Seorang perwakilan dari Dinas Pekerjaan Umum sebagai anggota. g. Seorang perwakilan dari Dinas Pertanian jika lahan yang akan digunakan adalah lahan pertanian. h. Kepala Kecamatan sebagai anggota. i. Anggota dapat ditambah jika diperlukan dan atas izin dari Gubernur. 15 Untuk kasus tertentu, seorang Bupati dapat berperan menjadi ketua panitia. Tugas-tugas dari kepanitian tersebut adalah : a. Mengadakan inventarisasi dan penelitian keadaan lahan, tanaman, dan bangunan-bangunan. b. Mengadakan perundingan dengan pemegang hak atas lahan dan bangunan atau tanaman. c. Menaksir besarnya harga jual lahan 16 . d. Membuat berita acara pembebasan lahan dan pertimbangann ya. e. Menyaksikan pelaksanaan transaksi lahan. Keputusan panitia mengenai besar kecilnya harga jual lahan disampaikan kepada instansi yang memerlukan lahan, pemilik atau pemegang hak atas lahan, dan anggota-anggota kepanitian itu sendiri. Keputusan tersebut dapat diterima atau ditolak oleh instansi yang memerlukan lahan dan pemilik atau pemegang hak atas lahan. Jika keputusan tersebut diterima, maka langsung dilaksanakan pembayaran atas pembelian lahan tersebut. Alasan penolakan akan dipertimbangkan oleh panitia pembebasan lahan. Ada dua pertimbangan, yaitu tetap melaksanakan keputusan pertama atau melaporkan penolakan tersebut melalui surat penolakan kepada gubernur agar keputusannya ditetapkan gubernur. Keputusan gubernur belum tentu diterima pihak pemilik atau pemegang hak atas lahan. Tetapi pada kenyataannya, jika terjadi penolakan, uang pembelian lahan akan dititipkan di pengadilan negeri. Pemilik lahan memiliki dua pilihan, yaitu mengambil uang tersebut atau kehilangan lahan dan tidak menerima uang Harsono dalam Metera, 1996. Hal ini membuat pemilik lahan tidak memiliki pilihan lain selain menerima keputusan panitia pembebasan lahan. 16 Besarnya harga jual lahan harus berdasarkan kesepakatan antara panitia dan pemilik lahan.

5.3 Peraturan-peraturan Mengenai Pembangunan dan Pengelolaan Fasilitas Pariwisata