Kelembagaan Desa Sukanagalih Dampak Pembangunan Fasilitas Pariwisata terhadap Perubahan Struktur Agraria, Kelembagaan dan Peluang Usaha di Perdesaan (Kasus di Sekitar Kawasan Pariwisata Kota Bunga, Desa Sukanagalih, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Pro

yang bekerja di sektor pertanian masih menempati persentase terbesar jika dibandingkan dengan mata pencaharian lain yang dilakukan penduduk.

4.4 Kelembagaan Desa Sukanagalih

Desa Sukanagalih dipimpin oleh seorang kepala desa. Dalam menjalankan tugasnya, kepala desa dibantu oleh beberapa aparat desa. Masa jabatan kepala desa adalah delapan tahun, mulai dari tahun 1998 sampai 2006. Kinerja kepala desa dan aparatnya diawasi oleh Badan Perwakilan Desa BPD. Di bawah ini nama-nama aparat desa, yaitu : a. Kepala Desa : H. Dudung Djaenudin b. Sekretaris Desa : H.U.W. Saprudin c. Kepala Urusan Pemerintahan : Sumpena d. Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan : Edeng Abdul Muthalib e. Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat : TB. Dadang Utun Us f. Kepala Urusan Umum : Agus Misbah g. Bagian Keuangan : Euis Cahyani Lembaga kemasyarakatan tingkat desa yang ada di Desa Sukanagalih adalah Kelompok Tani, Karang Taruna, Program Kesejahteraan Keluarga PKK, Kelompok Dasa Wisma 7 , Kelompok Petani Pemakai Air P3A , Kelompok Remaja Islam Mesjid, lembaga keamanan, dan kelembagaan politik. Dari kelembagaan-kelembagaan tersebut, yang akan dibahas lebih lanjut yaitu kelembagaan Kelompok Petani Pemakai Air P3A dan Program Kesejahteraan Keluarga PKK. Dalam kegiatannya, kelompok P3A memanfaatkan air dari mata air Ciburial. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar kebutuhan masyarakat akan air bersih terpenuhi. Realisasi dari tujuan tersebut adalah telah dibangunnya suatu 7 Kelompok Dasa Wisma adalah kel ompok yang berdiri berdasarkan Program Kesejahteraan Keluarga PKK bak besar di dekat mata air Ciburial tersebut sebagai bak induk penampungan air. Dari bak induk, air dialirkan ke bak-bak lain yang ada di setiap dusun. Dari bak yang ada di setiap kedusunan itu, air dialirkan ke tiap-tiap rumah. Anggaran untuk membangun bak induk sebesar 200 juta. Dana tersebut diperoleh dari dua sumber yaitu pemerintah dan swadaya masyarakat. Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur memberikan bantuan sebesar 162 juta, sisanya swadaya masyarakat desa. Dari tujuh dusun yang ada di Desa Sukanagalih, ternyata hanya Dusun Muhara 8 yang belum mendapat saluran air dari bak induk tersebut. Maka dari itu, untuk pengelolaan lebih lanjut, pihak desa akan membentuk Badan Usaha Milik Desa BUMD. Tugas BUMD adalah mengatur penyaluran air dan membuat proposal pembuatan saluran air di Dusun Muhara. Kelembagaan selanjutnya yaitu PKK. PKK terbagi ke dalam empat kelompok kerja Pokja yang masing-masing pokja mendapatkan tugas yang berbeda-beda. Ada satu program yang menarik dari pokja 1, yaitu program pemberdayaan kelompok Perempuan Kepala Keluarga Pekka. Program ini mendapatkan bantuan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur sebesar 13 juta yang diberikan ke janda-janda untuk modal usaha. Kelompok Pekka Desa Sukanagalih merupakan kelompok Pekka terbaik di Kabupaten Cianjur. Selain itu, masih ada lagi prestasi dari kelembagaan PKK Desa Sukanagalih, seperti keberhasilan kelompok Keaksaraan Fungsional KF sehingga berhasil mengeluarkan ijazah Paket A bagi 4 orang ibu rumahtangga dan 11 orang remaja; Juara 1 lomba ASI tingkat kabupaten; dan Juara 2 lomba Pidato tingkat kabupaten. 8 Nama kampung yang tidak teraliri penyaluran air Ciburial adalah mu hara, cineungah hilir, kananga, dan Panggung. Selain kelembagaan-kelembagaan formal seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, ada juga kelembagaan lain yaitu kelembagaan dalam hal penguasaan lahan. Semenjak maraknya pembangunan fasilitas pariwisata, lahan pertanian di Desa Sukanagalih berkurang. Berkurangnya lahan pertanian di Desa Sukanagalih merupakan salah satu faktor berkurang nya penyewa lahan untuk digarap. Faktor-faktor yang lain adalah tidak stabilnya harga-harga input pertanian dan produk pertanian di pasaran. Sebagian besar lahan yang ada di Desa Sukanagalih dikelola oleh pemilik lahan. Pemilik lahan yang memiliki modal besar biasanya mampu menyewa buruh tani untuk menggarap lahan. Sedangkan petani yang berlahan kecil dan tidak memiliki banyak modal, mengerjakan lahan itu sendiri. Hal ini dikarenakan mahalnya upah buruh tani yang disebabkan banyaknya buruh tani yang bekerja di tempat-tempat pariwisata.

4.5 Kepariwisataan dan Profil Kota Bunga