Peraturan-peraturan Mengenai Pembangunan dan Pengelolaan Fasilitas Pariwisata

5.3 Peraturan-peraturan Mengenai Pembangunan dan Pengelolaan Fasilitas Pariwisata

Kebijakan tentang kepariwisataan di Indonesia diatur oleh Undang- Undang No. 9 Tahun 1990 yang menyatakan bahwa kebudayaan dan pariwisata adalah wahana untuk pengembangan wilayah. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 53 Tahun 1989 tentang pengaturan kawasan industri bahwa dalam menentukan lokasi industri diusahakan tidak mengurangi areal subur. Pembangunan fasilitas pariwisata di tiap kabupaten diserahkan kepada pemerintah Daerah Kabupaten setempat sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa dalam rangka pembinaan, pemerintah memfasilitasi penyelenggaraan otonomi daerah, dalam arti memberdayakan daerah otonom melalui pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi. Untuk mendirikan suatu bangunan yang digunakan untuk suatu usaha tertentu harus memenuhi suatu persyaratan tertentu. Maka hal ini berlaku juga untuk pembangunan suatu fasilitas pariwisata. Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur menetapkan suatu persyaratan tertentu yang harus dipenuhi pihak swasta yang akan mendirikan bangunan untuk usaha. Beberapa persyaratan itu adalah : 1. Mengajukan Surat Izin Investasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur yang ditujukan kepada Bupati. Sebelum surat pengajuan ini dijawab oleh Bupati, pihak yang mengajukan surat tersebut harus menunggu jawaban dari Bupati. Setelah surat tersebut mendapat jawaban yang isinya Bupati mengizinkan pengajuan investasi maka boleh melanjutkan ke persyaratan selanjutnya. 2. Mengajukan Surat Izin Peruntukkan Penggunaan Tanah SIPPT 17 . Dalam persyaratan ini, bangunan yang akan didirikan hanya boleh menutupi lahan sebesar 20 persen dari luas keseluruhan lahan. 3. Mengajukan Surat Izin Mendirikan Bangunan yang ditujukan ke Dinas Cipta Karya 18 . 4. Mengajukan Surat Izin Usaha. Surat Izin Usaha ditujukan ke Kantor Desa yang akan dijadikan tempat usaha. Pada kasus pembangunan fasilitas pariwisata Kota Bunga, pihak Kota Bunga harus mengajukan izin usaha yang ditujukan ke Kepala Desa Sukanagalih. Kepala Desa Sukanagalih kemudian akan membuat pernyataan bahwa di lokasi tertentu akan dibangun suatu fasilitas pariwisata yang ditujukan ke Kecamatan Pacet, kemudian Kepala Kecamatan Pacet mengajukan perizinan tersebut ke Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur. 5. Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur akan mempertimbangkan keputusannya berdasarkan kesesuaian lokasi tersebut dengan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Nasional, RTRW Kabupaten Cianjur dan Peraturan Daerah No. 14 Tahun 2001 Tentang Izin Kepariwisataan 19 . Mendirikan bangunan untuk usaha di sektor wisata harus memenuhi persyaratan khusus, yaitu : 1. Wajib menanam tanaman tahunan pelindung. 2. Pembuangan limbah cair tidak dibuang langsung ke perairan umum. 3. Memperbanyak bidang resapan berupa sumur resapan sebagai upaya memperkecil air limpasan permukaan. 17 Kota Bunga mengajukan SIPPT pada tahun 1992. 18 Pada tahap ini, pembebasan lahan telah dilakukan dan telah ada kesepakatan harga jual beli lahan. 19 Pada saat pembangunan fasilitas pariwisata Kota Bunga, Perda ini belum ada. 4. Kontruksi jalan dan area parkir agar menggunakan bahan yang tidak kedap air. 5. Ketinggian bangunan maksimal 12 meter dari permukaan tanah. 6. Adanya pengelolaan sampah. 7. Membuat jaringan sanitasi. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari Dinas Perhubungan dan Pariwisata Dishubpar Kabupaten Cianjur, peran Dishubpar di bidang pariwisata sebagai pengelola kepariwisataan di Kabupaten Cianjur. Dalam menjalankan tugasnya, Sub Bidang Bina Pariwisata membentuk empat seksi, yaitu : 1. Seksi Pemasaran. Seksi ini bertugas dalam hal promosi obyek dan daya tarik wisata Kabupaten Cianjur, seperti mengadakan pameran pariwisata. Kota Bunga sebagai salah satu obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Cianjur berperan dalam pembuatan media promosi dan pihak Dishubpar berperan dalam mempromosikan fasilitas pariwisata Kota Bunga. 2. Seksi Obyek Wisata. Seksi ini dibentuk sesuai dengan Peraturan Daerah No. 22 Tahun 1999 Tentang Rekreasi dan Olahraga. Peran seksi ini adalah memungut retribusi ke setiap obyek wisata yang ada di Kabupaten Cianjur termasuk Kota Bunga yang terkena retribusi rekreasi. Uang retribusi itu tidak dikelola oleh Dishubpar karena uang tersebut selanjutnya disetorkan ke kas daerah. 3. Seksi Sarana Wisata. Seksi ini dibentuk sesuai Peraturan Daerah No. 14 Tahun 2001 Tentang Izin Kepariwisataan. Seksi inilah yang mengurus perizinan kepariwisataan Kabupaten Cianjur. 4. Seksi Pentas Seni dan Rekreasi. Seksi ini berperan dalam pengadaan kegiatan-kegiatan kepariwisataan di Kabupaten Cianjur. Menurut pihak Dishubpar, Kota Bunga adalah salah satu anggota Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia PHRI sehingga hubungan Dishubpar dan Kota Bunga lebih banyak melalui organisasi ini. PHRI sebagai organisasi yang bergerak di bidang produk wisata selalu mengadakan kegiatan- kegiatan berupa pelatihan. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk mencari dan melatih tenaga kerja lokal yang kompeten untuk ditempatkan di hotel dan restoran anggota PHRI. Pertimbangan dari kegiatan ini adalah untuk membuka kesempatan kerja bagi masyarakat lokal yaitu masyarakat Kabupaten Cianjur. Kegiatan yang pernah diselenggarakan adalah seminar dan pelatihan tentang perhotelan dan restoran, seperti seminar dan pelatihan pembuatan dan pemasaran makanan dan jajanan serta pelatihan bagi pengrajin. BAB VI ALIH FUNGSI LAHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA

6.1 Proses Alih Fungsi Lahan