BAB VIII PELUANG USAHA DAN PELUANG KERJA DI SEKTOR
PARIWISATA
Pembangunan fasilitas pariwisata di perdesaan yang diiringi adanya produk-produk wisata dapat membuka peluang usaha dan peluang kerja di
perdesaan. Seperti yang diungkapkan salah satu aparat pe merintah Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur bahwa pertimbangan dari
pembangunan fasilitas pariwisata di Cianjur adalah untuk membuka kesempatan kerja bagi masyarakat Cianjur. Maka pada bab ini akan dibahas sejauh mana
manfaat pembangunan fasilitas pariwisata di Desa Sukanagalih terhadap peluang usaha dan peluang kerja masyarakat Desa Sukanagalih.
8.1 Peluang Usaha di Sektor Pariwisata
Fasilitas pariwisata yang akan dibahas pada sub bab ini adalah fasilitas pariwisata Kota Bunga. Kota Bunga memiliki tiga produk wisata berdasarkan
produk wisata yang diungkapkan Yoeti 1996b, yaitu : 1. Jasa-jasa pelayanan akomodasi, bar, dan fasilitas rekreasi.
2. Obyek wisata dan atraksi wisata yang terdapat di daerah tujuan wisata. 3. Jasa-jasa pedagang ci ndera mata dan kerajinan serta pusat perbelanjaan.
Dari ketiga produk wisata yang ada di Kota Bunga itu, dapat memberikan peluang-peluang usaha, seperti membuka mini market, berjualan
cindera mata, usaha pelayanan jasa angkutan, usaha kost-kostan atau membuka rumah-rumah makan. Pembangunan fasilitas pariwisata Kota Bunga memberikan
sedikit peluang usaha bagi masyarakat lokal. Peluang usaha yang dapat dimasuki masyarakat lokal yaitu usaha membuka rumah makan dan jasa
angkutan, baik angkutan kendaraan beroda empat maupun kendaraan beroda
dua. Peluang usaha tersebut hanya dapat dimasuki oleh beberapa orang saja. Masyarakat yang dapat memanfaatkan peluang usaha tersebut adalah orang-
orang yang memiliki modal besar dan sanggup menanggung resiko. Resiko yang harus ditanggung adalah kebangkrutan karena modal yang digunakan untuk
membuka usaha adalah uang pinjaman dari bank yang harus dibayar dari hasil usaha. Penghasilan usaha tergantung dari banyaknya pengunjung yang datang
ke Kota Bunga dan jumlah karyawan Kota Bunga yang berasal dari luar Desa Sukanagalih. Mulai krisis ekonomi di tahun 1997, resiko tersebut mulai nampak.
Pengunjung atau konsumen Kota Bunga menurun. Demikian juga dengan jumlah karyawan Kota Bunga. Sekitar tahun 1999, Perusahaan Kota Bunga melakukan
penyusutan karyawan. Penurunan konsumen Kota Bunga berdampak pada penurunan penghasilan dari usaha rumah makan, penjualan cindera mata,
penjualan sayuran dan buah-buahan di sekitar tempat wisata Kota Bunga, sedangkan penyusutan jumlah karyawan Kota Bunga berdampak pada
penurunan penghasilan usaha rumah makan dan kost-kostan. Hal ini terjadi karena karyawan yang berasal dari luar Desa Sukanagalih sebagian besar
memanfaatkan jasa rumah makan untuk kebutuhan pangan sehari-hari dan membutuhkan kost-kostan untuk tempat tinggal mereka selama bekerja di Kota
Bunga. Penyusutan karyawan tentu saja berakibat langsung pada penghasilan dari usaha rumah makan dan kost-kostan.
Usaha lain yang dapat dimasuki beberapa masyarakat adalah usaha jasa angkutan perkotaan. Nama trayek angkutan tersebut adalah Cipanas-Loji.
Trayek ini melewati tempat fasilitas pariwisata Kota Bunga. Menurut salah satu aparat Desa Sukanagalih, sebelum banyaknya pembangunan fasilitas pariwisata,
angkot yang bertrayek Cipanas-Loji hanya sedikit, tetapi setelah pembangunan fasilitas-fasilitas pariwisata, trayek Cipanas-Loji bertambah bahkan dibuka trayek
baru yaitu Cipanas-Sukanagalih. Pengguna jasa pelayanan angkutan ini adalah
masyarakat setempat, pengunjung Kota Bunga dan karyawan Kota Bunga yang tempat tinggalnya jauh dari tempat bekerja. Oleh karena itu, jumlah pengunjung
dan jumlah karyawan yang bekerja di tempat wisata menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan penghasilan usaha ini.
Selain usaha angkutan yang menggunakan kendaraan beroda empat, ada juga usaha jasa angkutan beroda dua yang biasa disebut ojek. Dulu usaha
ojek hanya dapat dimasuki beberapa orang karena keterbatasan modal untuk membeli motor, tapi sekarang hampir seluruh pengendara ojek dapat memasuki
usaha jasa ojek sehingga tidak memiliki kewajiban untuk membayar uang setoran. Maraknya usaha-usaha jasa angkutan beroda dua ini dikarenakan
semakin banyaknya kredit-kredit motor yang cicilannya ringan, sehingga jumlah pemilik kendaraan beroda dua bertambah.
Berbeda halnya dengan masyarakat yang menjual lahan ke perusahaan Kota Bunga. Adanya pembangunan fasilitas pariwisata yang diiringi adanya
produk-produk wisata, ternyata tidak memberikan peluang usaha bagi mereka. Kenyataannya justru sebaliknya, pemilik-pemilik lahan tersebut tetap memilih
bertani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Hal ini disebabkan produk wisata yang ada di Kota Bunga tidak memberikan peluang usaha bagi
masyarakat. Peluang-peluang usaha yang ada di Kota Bunga justru ditempati oleh pendatang. Penyebab masyarakat setempat tidak dapat memasuki peluang-
peluang usaha adalah keterbatasan modal dan keterampilan berusaha. Tabel 15 menunjukkan hasil uji statistik Chi Square untuk hubungan antara tingkat peluang
usaha dan pekerjaan utama e x-pemilik lahan. Berdasarkan uji ini, peluang usaha yang rendah di sektor wisata tidak mengubah pekerjaan utama masyarakat.
Tabel 15. Hubungan Antara Tingkat Peluang Usaha dan Jenis Pekerjaan Utama Setelah Adanya Kota Bunga
Jenis Pekerjaan Utama Setelah Adanya Kota Bunga Tingkat
Peluang Usaha
Petani Pedagang
Buruh Bangunan
Buka Usaha
Sendiri Total
Rendah 25
1 3
1 30
Total 25
1 3
1 30
Keterangan uji statistik Chi - Square: X
2
hitung = tidak ada nilai karena peluang usahanya konstan.
Sama halnya dengan jenis pekerjaan sampingan masyarakat. Berdasarkan uji statistik Korelasi Rank Spearman menyatakan bahwa rho hitung
untuk hubungan antara tingkat peluang usaha dan pekerjaan sampingan setelah adanya Kota Bunga sebesar 0,00; sedangkan rho tabelnya sebesar 0,364; maka
pada taraf nyata 0,05 tidak terdapat hubungan antara kedua variabel itu. Tabel 16. Hubungan Antara Tingkat Peluang Usaha dan Jenis Pekerjaan
Sampingan Setelah Adanya Kota Bunga Jenis Pekerjaan Sampingan Setelah Adanya Kota
Bunga Tingkat
Peluang Usaha
Tidak Memiliki Pekerjaan Sampingan
Memiliki Pekerjaan Sampingan
Total
Rendah 23
7 30
Total 23
7 30
Keterangan uji statistik Korelasi Rank Spearman; rho hitung: 0,00; rho tabel: 0,364; taraf nyata: 0,05; Keputusan: Tidak ada hubungan.
8.2 Peluang Kerja di Sektor Pariwisata