Masa Pemerintahan Daendels Sudut Bumi IPS Terpadu Kelas 8 Kurtubi 2009

58 Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMPMTs Kelas VIII Tindakan-tindakan tersebut makin menambah kesengsaraan rakyat. Karena rakyat yang menanam, sedangkan hasilnya harus diserahkan kepada Belanda. Akibatnya, rakyat banyak yang meninggal karena kelaparan. Kesengsaraan rakyat yang diakibatkan oleh kekejaman Daendels, akhirnya terdengar juga oleh pemerintah pusat di Belanda. Daensdels kemudian dipanggil kembali serta digantikan oleh Jan Willem Jansen.

2. Masa Kolonialisme dan Imperialisme Inggris di Nusantara Masa Pemerintahan Raffles

Pada 3 Agustus 1811, Angkatan Laut Inggris dibawah pimpinan Lord Minto, berhasil merebut Batavia dan secara tegas meminta Jansen untuk menyerahkan Pulau Jawa. Namun, Jansen menolak. Terjadilah pertempuran antara Inggris dan Belanda yang dimenangkan oleh pihak Inggris. Pada 17 September 1811, Belanda menyerah di Tuntang Salatiga. Kemudian, diadakanlah perjanjian di tempat yang sama, dalam perjanjian tersebut dinyatakan bahwa Pulau Jawa diserahkan kepada Inggris. Lord Minto selaku Gubernur EIC East India Company yang berkedudukan di India mengangkat Thomas Stamford Raffles untuk menjadi penguasa di wilayah pemerintahannya, Raffles menerapkan kebijakan berdasarkan pada asas-asas liberal. Tujuannya adalah menciptakan sistem ekonomi Jawa yang lepas dari tekanan dan paksaan. Pokok-pokok kebijaksanaan sistem pajak tanah pada masa Raffles adalah sebagai berikut: a segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa dihapuskan, rakyat diberi kebebasan untuk menentukan jenis tanaman yang akan ditanamnya; b peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan sebagai gantinya mereka dijadikan aparat negara yang bertanggung jawab kepada pemerintah; dan c pemerintah Inggris adalah pemilik tanah. Setiap petani yang menggarap tanah dianggap sebagai penyewa tanah dan diwajibkan untuk membayar pajak sebagai uang sewa. Akan tetapi, kenyataannya tujuan baik tersebut tidak bisa dilaksanakan, karena sistem tanam pajak tanah Raffles tersebut menemui kegagalan yang disebabkan oleh hal-hal berikut ini: a tidak adanya dukungan bupati yang telah dihapuskan hak-haknya sebagai pemungut pajak; b rakyat pedesaan belum mengenal sistem ekonomi uang; c kesulitan untuk menentukan luas tanah dan tingkat kesuburannya; dan Gambar 4.4 Thomas Stamford Raffles Sumber: image.g oogle.com 59 Bab 4 | Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia d kesulitan untuk menentukan besarnya pajak bagi setiap penyewa tanah. Raffles kemudian berupaya untuk memperbaikinya. Namun, di Eropa telah terjadi perubahan karena Perancis kembali kalah dalam Perang Koalisi. Akhirnya, Inggris dan Belanda mengadakan perjanjian di London 1814. Isi dari perjanjian tersebut adalah Inggris memberikan kembali hak untuk mendapatkan kekuasaan atas Nusantara kepada Belanda. Sebenarnya, Raffles tidak setuju dengan kebijakan tersebut karena semasa Belanda berkuasa rakyat nusantara keadaannya sangat menderita. Raffles meletakkan kekuasaannya sebelum kekuasaan diserahkan kepada Belanda. Penyerahan kepada Belanda dilakukan oleh penggantinya, yaitu John Fendall. Karya-karya Raffles untuk Nusantara, antara lain adalah: a Buku History of Java. b Perintisan pembuatan Kebun Raya Bogor. c Penemuan bunga Rafflesia arnoldi.

3. Masa Penjajahan Hindia Belanda

Sejak perjanjian ditandatangani, kekuasaan atas Hindia Belanda jatuh ke tangan pemerintah kolonial Belanda. Penguasa baru ini kemudian menerapkan berbagai kebijakan yang intinya adalah monopoli, pemerasan, dan pengerahan tenaga rakyat. Adapun kebijakan-kebijakan tersebut adalah sebagai berikut: a. Penjualan Tanah Partikelir Tanah partikelir particuliere landerijn sudah ada sejak zaman VOC hingga awal abad ke-19. Munculnya tanah partikelir berkaitan dengan praktik penjualan atau penyewaan tanah yang dilakukan oleh orang-orang Belanda dan pemilik tanah jabatan kepada masyarakat swasta. Tanah partikelir tersebut tersebar di daerah pedalaman, antara lain: di sekitar Batavia dan Bogor, Banten, Karawang, Cirebon, Semarang, Blora, Lasam, Tuban, dan Surabaya. Para pemilik tanah partikelir biasa disebut sebagai tuan tanah. Mereka terdiri dari orang- orang Belanda, Cina, dan Arab. Kedudukan mereka sangat berkuasa seperti layaknya kepala desa atau bupati. Misalnya, apabila mereka membeli atau menyewa tanah yang luas, mereka tidak hanya sebagai pemilik tanahnya, melainkan dengan segenap penduduk yang tinggal di tanah daerah tersebut. Semua penduduk harus tunduk kepada aturan yang diberlakukan para tuan tanah tersebut. Aturan-aturan tersebut, misalnya: a menarik hasil panen secara langsung 10 dari hasil panen; b menarik uang sewa rumah, bengkel, warung, dan lain-lain; dan c mengerahkan penduduk untuk kerja rodi. Gambar 4.5 Bunga Raflesia Arnoldi Sumber: image.g oogle.com „ „ Sejak perjanjian ditandatangani, kekuasaan Hindia Belanda jatuh ke tangan pemerintah kolonial Belanda.