58
Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMPMTs Kelas VIII
Tindakan-tindakan tersebut makin menambah kesengsaraan rakyat. Karena rakyat yang menanam, sedangkan hasilnya harus
diserahkan kepada Belanda. Akibatnya, rakyat banyak yang meninggal karena kelaparan. Kesengsaraan rakyat yang diakibatkan oleh
kekejaman Daendels, akhirnya terdengar juga oleh pemerintah pusat di Belanda. Daensdels kemudian dipanggil kembali serta digantikan
oleh Jan Willem Jansen.
2. Masa Kolonialisme dan Imperialisme Inggris di Nusantara Masa Pemerintahan Raffles
Pada 3 Agustus 1811, Angkatan Laut Inggris dibawah pimpinan Lord Minto, berhasil merebut Batavia dan secara tegas meminta Jansen
untuk menyerahkan Pulau Jawa. Namun, Jansen menolak. Terjadilah pertempuran antara Inggris dan Belanda yang dimenangkan oleh pihak
Inggris. Pada 17 September 1811, Belanda menyerah di Tuntang Salatiga. Kemudian, diadakanlah perjanjian di tempat yang sama,
dalam perjanjian tersebut dinyatakan bahwa Pulau Jawa diserahkan kepada Inggris.
Lord Minto selaku Gubernur EIC East India Company yang berkedudukan di India mengangkat Thomas Stamford Raffles untuk
menjadi penguasa di wilayah pemerintahannya, Raffles menerapkan kebijakan berdasarkan pada asas-asas liberal. Tujuannya adalah
menciptakan sistem ekonomi Jawa yang lepas dari tekanan dan paksaan.
Pokok-pokok kebijaksanaan sistem pajak tanah pada masa Raffles adalah sebagai berikut:
a segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa dihapuskan, rakyat diberi kebebasan untuk menentukan jenis tanaman yang
akan ditanamnya; b
peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan sebagai gantinya mereka dijadikan aparat negara yang
bertanggung jawab kepada pemerintah; dan c
pemerintah Inggris adalah pemilik tanah. Setiap petani yang menggarap tanah dianggap sebagai penyewa tanah dan diwajibkan
untuk membayar pajak sebagai uang sewa.
Akan tetapi, kenyataannya tujuan baik tersebut tidak bisa dilaksanakan, karena sistem tanam pajak tanah Raffles tersebut
menemui kegagalan yang disebabkan oleh hal-hal berikut ini: a tidak adanya dukungan bupati yang telah dihapuskan hak-haknya
sebagai pemungut pajak; b rakyat
pedesaan belum mengenal sistem ekonomi uang; c
kesulitan untuk menentukan luas tanah dan tingkat kesuburannya; dan
Gambar 4.4 Thomas Stamford Raffles
Sumber: image.g oogle.com
59
Bab 4 | Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia
d kesulitan untuk menentukan besarnya pajak bagi setiap penyewa
tanah. Raffles kemudian berupaya untuk memperbaikinya. Namun, di
Eropa telah terjadi perubahan karena Perancis kembali kalah dalam Perang Koalisi. Akhirnya, Inggris dan Belanda mengadakan perjanjian
di London 1814. Isi dari perjanjian tersebut adalah Inggris memberikan kembali hak untuk mendapatkan kekuasaan atas Nusantara kepada
Belanda.
Sebenarnya, Raffles tidak setuju dengan kebijakan tersebut karena semasa Belanda berkuasa rakyat nusantara keadaannya sangat
menderita. Raffles meletakkan kekuasaannya sebelum kekuasaan diserahkan kepada Belanda. Penyerahan kepada Belanda dilakukan
oleh penggantinya, yaitu John Fendall.
Karya-karya Raffles untuk Nusantara, antara lain adalah: a
Buku History of Java. b
Perintisan pembuatan Kebun Raya Bogor. c
Penemuan bunga Rafflesia arnoldi.
3. Masa Penjajahan Hindia Belanda
Sejak perjanjian ditandatangani, kekuasaan atas Hindia Belanda jatuh ke tangan pemerintah kolonial Belanda. Penguasa baru ini
kemudian menerapkan berbagai kebijakan yang intinya adalah monopoli, pemerasan, dan pengerahan tenaga rakyat.
Adapun kebijakan-kebijakan tersebut adalah sebagai berikut: a.
Penjualan Tanah Partikelir Tanah partikelir particuliere landerijn sudah ada sejak zaman
VOC hingga awal abad ke-19. Munculnya tanah partikelir berkaitan dengan praktik penjualan atau penyewaan tanah yang dilakukan oleh
orang-orang Belanda dan pemilik tanah jabatan kepada masyarakat swasta. Tanah partikelir tersebut tersebar di daerah pedalaman,
antara lain: di sekitar Batavia dan Bogor, Banten, Karawang, Cirebon, Semarang, Blora, Lasam, Tuban, dan Surabaya. Para pemilik tanah
partikelir biasa disebut sebagai tuan tanah. Mereka terdiri dari orang- orang Belanda, Cina, dan Arab. Kedudukan mereka sangat berkuasa
seperti layaknya kepala desa atau bupati. Misalnya, apabila mereka membeli atau menyewa tanah yang luas, mereka tidak hanya sebagai
pemilik tanahnya, melainkan dengan segenap penduduk yang tinggal di tanah daerah tersebut. Semua penduduk harus tunduk kepada
aturan yang diberlakukan para tuan tanah tersebut. Aturan-aturan tersebut, misalnya:
a
menarik hasil panen secara langsung 10 dari hasil panen; b
menarik uang sewa rumah, bengkel, warung, dan lain-lain; dan c
mengerahkan penduduk untuk kerja rodi.
Gambar 4.5 Bunga Raflesia Arnoldi
Sumber: image.g oogle.com
„ „
Sejak perjanjian ditandatangani,
kekuasaan Hindia Belanda jatuh ke tangan
pemerintah kolonial Belanda.