Perang Bali Sudut Bumi IPS Terpadu Kelas 8 Kurtubi 2009

67 Bab 4 | Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia pimpinan Mayjen A.V. Michiels. Sejak jatuhnya Buleleng, perjuangan rakyat makin lemah. Karang Asam dan Klungkungan masih melakukan perlawanan, tetapi Bedung, Bali, dan Jembrano sudah menyerah. Pada 1849 seluruh Bali dapat dikuasai Belanda.

5. Perlawanan Pangeran Antasari

Untuk menguasai satu daerah, Belanda selalu menggunakan politik adu domba. Begitu juga yang terjadi di Kerajaan Banjar Kalimantan. Pada 1859 Belanda mengangkat Sultan Tajmid yang tidak disukai oleh rakyat menjadi Sultan di Banjar. Padahal, ada yang lebih berhak menjadi sultan di Banjar, yaitu Pangeran Hamid. Pangeran Antasari membela Pangeran Hamid dengan melawan Belanda. Sultan Tajmid yang diangkat menjadi Sultan Banjar oleh Belanda mendapat perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Pangeran Antasari dibantu oleh kepala-kepala daerah. Mereka sepakat untuk mengusir Belanda dari Banjar. Pada 18 April 1959, pecahlah perang yang dikenal dengan nama Perang Banjar. Kekuatan Antasari yang semula 6000 orang makin lama makin bertambah sehingga Belanda mendapat kesulian. Pada Oktober 1862, Pangeran Antasari merencanakan serangan besar-besaran terhadap Belanda. Dalam keadaan pasukan yang siap tempur, tiba-tiba muncul wabah penyakit cacar melanda di daerahnya. Akibatnya, Pangeran Antasari terkena penyakit tersebut dan meninggal pada 11 Oktober 1862 di Bayan, Kalimantan Selatan. Beliau dimakamkan di Banjarmasin. Gelar beliau adalah Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.

6. Perlawanan Tengku Cik Ditiro

Tengku Cik Ditiro dilahirkan pada 1836 dengan nama kecilnya Muhammad Saman. Ia dibesarkan dalam lingkungan agama, kemudian ia menunaikan haji. Pada Mei 1881, Pasukan Cik Ditiro dapat merebut benteng Belanda di Indragiri, kemudian menyerang ke Pulau Breuh dengan harapan pada 1883 Belanda dapat diusir dari Bumi Aceh. Belanda mengalami kesulitan untuk menundukkan Cik Ditiro. Belanda membujuk damai, namun Cik Ditiro menolaknya. Karena Belanda kesulitan membujuk Cik Ditiro, akhirnya Belanda menggunakan cara halus, yaitu dikhianati oleh teman seperjuangannya, seorang wanita, dengan berpura-pura mengantar makanan yang sudah ditaburi racun. Kemudian, beliau sakit dan wafat pada Januari 1891 di Benteng Apeuk Galang Aceh. Gambar 4.13 Tengku Cik Ditiro Sumber: image.g oogle.com 68 Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMPMTs Kelas VIII

C. Gerakan Perlawanan Sosial

Selain perlawanan melalui perang dan bergerilya, rakyat pun melakukan gerakan perlawanan sosial.

1. Gerakan Protes Petani

Gerakan ini merupakan sebuah gerakan yang dilakukan oleh para petani sebagai ungkapan protes terhadap perilaku atau kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial dan penguasa tanah partikelir. Adapun alasan pokok para petani protes adalah sebagai berikut: a Para petani sangat membenci pemberlakuan pungutan pajak. b Tindakan sewenang-wenang penguasa, misalnya apabila telat membayar pajak, maka harus menyerahkan ternak, sawah, rumah, hewan, dan lain-lain. c Adanya praktik perbudakan kerja paksa. d Para petani muak melihat kehidupan mewah kaum bangsawan, seperti: mabuk-mabukan, pesta. e Adanya ingin hidup bebas tanpa penindasan bangsa asing. f Adanya keyakinan bahwa Ratu Adil akan membebaskan mereka dari hidup yang menderita.

2. Daerah-Daerah Gerakan Protes Petani

Gerakan perlawanan sosial melalui gerakan protes petani terjadi di beberapa tempat. Berikut ini uraiannya. a. Gerakan Petani di Ciomas Bogor Jawa Barat Masyarakat Ciomas yang menetap di sekitar Gunung Salak tidak mau menerima perlakuan para tuan tanah yang melakukan praktik pemerasan dan penindasan. Mereka meninggalkan tempat untuk menghindari pungutan pajak yang memberatkannya. Seorang petani Ciomas yang bernama Ar pan berusaha menggalang persatuan untuk melakukan protes terhadap tuan-tuan tanah dan pemerintah. Pada Februari 1886 mereka melakukan penyerangan terhadap camat Ciomas, Aburakhim. Setelah itu mereka mundur ke daerah Pasir Paok. Tokoh petani lain, Muhammad Idris, berhasil menghimpun para petani yang marah kepada para tuan tanah dan agen-agennya. Muhammad Idris dan teman-temannya mengadakan serangan mendadak kepada para tuan tanah yang sedang menyelenggarakan pesta sedekah bumi, pada 20 Mei 1886. Dalam pesta perayaan tahunan, para tuan tanah tewas tatkala menikmati permainan musik dansa, minuman keras, dan perbuatan buruk lain yang tidak disukai para petani.