24 Gambar 1. Prosedur Pengembangan Program Multimedia Interaktif untuk
Pembelajaran Deni Darmawan, 2013:34 Gambar 1 menjelaskan bahwa prosedur pengembangan program multimedia
interaktif untuk pembelajaran dimulai dan diakhiri dengan diseminasi. Diseminasi sendiri diartikan sebagai proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan,
dan dikelola. Jadi, prosedur pengembangan program multimedia interaktif untuk Diseminasi
1. ANALISIS KURIKULUM
Penentuan Topik untuk Judul, Tinjauan, Materi Sasaran,
Tujuan
2. MEMBUAT FLOWCHART
Memahami alur pembelajaran sesuai model interaktif yang
dipilih
3. MEMBUAT STORYBOARD
Organisasi materi dalam bentuk frame tahapan penyajian
4. MENGUMPULKAN BAHAN
Teks, grafis, animasi, video, audio
5. PEMROGRAMAN Produksi
Mengorganisasi seluruh bahan grafis, animasi, video, audio
Pemilihan Software Pembangunan
6. FINISHING
Uji coba program dan revisi
Diseminasi
25 pembelajaran merupakan suatu prosedur yang telah mengalami suatu
pengembangan dan akan menjadi sebuah inovasi pengembangan pada suatu saat nanti. Tahap pertama setelah diseminasi awal, yaitu analisis kurikulum yang terdiri
atas penentuan topik yang akan dijadikan judul, tinjauan, materi sasaran, dan tujuan. Tahap kedua yaitu membuat
flowchart alur pembelajaran sesuai dengan model interaktif yang akan dipilih. Tahap ketiga yaitu membuat
storyboard yang berfungsi untuk mengorganisasikan materi dalam bentuk
frame tahapan penyajian. Tahap keempat yaitu mengumpulkan bahan yang meliputi teks, grafis, animasi,
video, dan audio. Sebelum tahap kelima, terlebih dahulu masuk pada pemilihan software yang akan digunakan untuk membuat multimedia interaktif. Selanjutnya
tahap kelima, yaitu pemrograman, mengorganisasikan seluruh bahan yang telah dikumpulkan. Tahap keenamterakhir yaitu
finishing berupa uji coba program dan revisi.
c. Media pembelajaran mobile
Media pembelajaran mobile menjadi salah satu alternatif belajar yang sedang
populer. Penggunaan media pembelajaran mobile dirasa praktis untuk memperoleh
informasi dalam belajar. Selain itu, pengguna alat komunikasi mobile yang termasuk
di dalamnya adalah siswa sekolah, mampu mengakses bahan ajar dimanapun mereka berada. Menurut Agnes Kukulska-Hulme dan John Traxler 2005: 18,
“mobile learning is certainly concerned with learner mobility, in the sense that learners should be able to engage in educational activities without the constraints of
having to do so in a tightly delimited physical location. ” Deni Darmawan 2013: 15
26 juga menyatakan bahwa,
m-learning adalah salah satu alternatif bahwa layanan pembelajaran harus dilaksanakan dimanapun dan kapanpun. Menurut Megan Poore
2013: 144 , “
mobile learning can be described as ‘anywhere, anytime’ learning that is not fixed by time by schedule or space by location and that is supported by
digital technologies. Mobile learning two main elements: 1 the learner, and 2 a portable digital device or device through which can access content.”Dari
pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran menggunakan media mobile memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri dimanapun dan
kapanpun, sehingga siswa dapat mengakses bahan ajar dengan lebih mudah.
4. Standar Perangkat Lunak ISO 9126
Pengembangan aplikasi yang berkualitas tidak lepas dari standar yang digunakan sebagai indikator kelayakan sebuah
software. Beberapa perusahan pengembang perangkat lunak diharuskan memenuhi standar kelayakan aplikasi, tak
lepas dari itu International Standards Organization atau lebih dikenal dengan ISO,
mengeluarkan standar kelayakan software yang dikemas dalam ISO 9126.
ISO 9126 ISOIEC FDIS 9126-1 mengklasifikasikan pengujian kualitas software berdasarkan tiga kategori yakni, 1 quality model framework, 2 quality
model for external and internal quality, 3 quality model for quality in use. Secara keseluruhan kategori yang harus dimiliki oleh pengembang
software adalah kualitas internal dan eksternal yang mencakup 6 karakteristik.