Kotler berpendapat bahwa produknya yang harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Ini terjadi saat ketergantungan konsumen
terhadap merek rendah.
II.4. Ekuitas Merek
Aaker dalam bukunya Manajemen Ekuitas Merek mengatakan ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu
merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan
perusahaan. Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, keduanya harus berhubungan dengan nama atau simbol sebuah merek. Jika nama dan simbol
merek diubah, beberapa nama atau aset atau liabilitas bisa dipengaruhi dan mengalami kerugian, kendati beberapa di antaranya mungkin sudah dialihkan ke
dalam suatu nama dan simbol baru. Aset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas merek akan berbeda antara satu konteks dengan konteks lainnya. Walau begitu,
keduanya bisa dikelompokkan ke dalam lima kategori: 1.
Loyalitas merek brand loyality 2.
Kesadaran nama nama awareness 3.
Kesan kualitas perceived quality 4.
Asosiasi-asosiasi merek sebagai tambahan kesan kualitas 5.
Aset-aset merek lainnya, paten, cap, saluran, hubungan, dan lain-lain Aaker, 1997:23.
Ekuitas merek hanya bermain pada tataran pikiran dan emosi konsumen. Karena, seperti konsep Aaker ekuitas merek terdapat pada pengenalan merek,
Universitas Sumatera Utara
persepsi kualitas, asosiasi merek dan loyalitas merek. Semuanya ini memerlukan pengalaman konsumen terhadap produk. Memang benar bahwa pengalaman
akhirnya menentukan kekuatan merek. Akan tetapi, pada produk baru sekalipun, terdapat kekuatan merek. Dan kekuatan merek itu bekerja pada area sensasi dan
instuisi otak Simamora, 2002:27. Beberapa ahli pemasaran dalam buku Aura merek, mengatakan ekuitas merek
adalah sebagai berikut: a.
Hana dan Wonzniak 2001, mereka mengatakan bahwa ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan produk. Sepanjang nilai tambah
ada, maka merek memiliki ekuitas. Jadi mereka melihat ekuitas sebagai nilai yang positif.
b. Srinivasan dan Park, mengatakan ekuitas merek dapat dilihat pada
ruang lingkup individu, segmen maupun pasar secara total. Pada ruang lingkup individu, dimungkinkan perbedaan ekuitas merek pada individu
yang berbeda. c.
Aaker 1991, 1996 mengatakan, ekuitas merek adalah seperangkat aset atau kewajiban yang dimiliki nama, merek atau simbol yang dapat
menambah atau mengurangi nilai produk atau layanan Simamora, 2002:47.
Nilai ekuitas merek bisa berpengaruh kepada konsumen maupun perusahaan. Ekuitas merek dapat menambah atau mengurangi nilai produk bagi konsumen.
Konsumen dibantu dalam menafsirkan, memproses dan menyimpan informasi mengenai produk dan merek. Ekuitas merek juga mempengaruhi rasa percaya diri
Universitas Sumatera Utara
konsumen dalam mengambil keputusan pembelian baik itu karena pengalaman masa lalu dalam menggunakannya maupun kedekatan dengan merek dan aneka
karakteristiknya. Yang lebih penting adalah kenyataan bahwa persepsi kualitas dan asosiasi merek bisa meningkatkan kepuasan konsumen dalam menggunakan
produk. Untuk mengetahui nilai ekuitas merek, ada empat hal utama yang diukur, yaitu :
1. Diferensiasi differentitation, yaitu ukuran seberapa berbeda
distinctive suatu merek dibandingkan merek lainnya. 2.
Relevansi relevance merek dengan konsumen. Apakah merek cocok secara personal?
3. Kebanggaan esteem, ukuran tentang apakah merek memperoleh
penghargaan yang tinggi dan dianggap sebagai yang terbaik di kelasnya.
4. Pengetahuan knowledge, yaitu ukuran tentang pemahaman mengenai
merek Simamora, 2002:52.
Berdasarkan gagasan empat aset pertama ekuitas merek, Aaker membuat sepuluh variabel ekuitas merek, yaitu:
• Ukuran loyalitas
• Ukuran kepemimpinanpersepsi kualitas
• Ukuran assosiasidiferensiasi
• Ukuran kesadaran
Universitas Sumatera Utara
11.5. Brand Loyalty